Powered By Blogger

Jumat, 05 Juni 2020

Intangible world cultural heritage (Warisan budaya Dunia tak wujud atau tak benda)





Dunia melalui UNESCO telah mengakui wayang, batik, dan keris sebai warisan budaya Dunia tak wujud atau tak benda dalam bahasa Inggris disebut "intangible world cultural heritage" jadi yang dinilai oleh Dunia dari wayang, keris, dan batik bukan bendanya atau wujud nyata bendanya yang dalam bahasa Inggris disebut "tengible"  tapi mereka menilai dari sisi dan sudut dalamnya yang tak kelihatan atau tak wujud yang disebut "Intangible".
Eitsss... Jangan salah paham atau salah kaprah... Nanti dikira Intangible disebut khodam, jin, Danyang, atau roh leluhur hahaha 😂🤣😂🤣...... karena Intangible mempunyai arti tidak kelihatan atau tak wujud atau tak benda.

Yang dimaksud Intangible atau tak kelihatan, tak wujud atau tak benda di dalam keris, batik, dan wayang adalah Filisofi-filosofinya, makna-maknanya, arti-artinya, pesan-pesannya yang ada di dalam keris, batik, dan wayang.
Kalau hanya sekedar benda semua orang bisa tapi untuk sebuah benda yang penuh makna, arti, filosofi, pesan tidak semua orang bisa dan itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang punya peradaban tinggi, Kesadaran murni yang tinggi.
Beruntung nenek moyang kita, leluhur kita adalah orang-orang yang peradabanya tinggi, punya tauhid, punya kesadaran murni.

Salah satu contoh Keris misalnya, keris adalah senjata ksatria yang mencerminkan kepahlawanan dan kebaikan.
Keris bukan semata berfungsi sebagai senjata taktis tradisional.
Keris juga mengandung nilai-nilai filosofis, kosmologis, dan ontologis yang juga berbicara tentang konsepsi hubungan Tuhan dan manusia, maupun hubungan antarsesama manusia.

Artinya, selain bermakna tangible(benda/wujud), yakni aspek seni tempa-lipat, yang utama dari keris adalah aspek intangible(tak benda/tak wujud) yang melekat dengannya, yakni spiritual, filosofis, kisah tutur, tradisi, legenda, mitos, dan juga sejarah.

Sehingga, selain sebagai senjata taktis tradisional, keris juga berfungsi sebagai benda simbolis dan spiritual.

Orang Jawa menyebut fungsi keris itu sebagai sipat kandel yang artinya sesuatu yang dapat mempertebal keyakinan, keberanian, kekuatan diri.

Kita tahu bahwa para pemimpin dan pahlawan banyak yg nyengkelit keris, membawa keris di setiap aktivitas.
Sebagai lambang ksatria, keris mempunyai nilai filosofis "Curiga manjing warangka, warangka manjing curiga" yang secara terang benderang memberi makna atau nilai-nilai dari konsep filosofis manungggaling kawula-Gusti, insan dengan penciptanya, rakyat dengan pemimpinnya yg secara simbolis diejawantahkan pada keberadaan keris.

Pernah sahabat mengamati lukisan, baik yang di pajang di museum atau di pajang di pasar pasar umum kebanyakan. Apa yang membedakan lukisan karya seniman dengan lukisan bukan oleh seniman atau sebut saja pelukis biasa.

Ya, faktanya lukisan yang di pajang di museum jauh lebih bernilai dan memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkann lukisan di pasaran. Anehnya lagi, lukisan seniman di museum memiliki garis garis lukisan yang membingungkan, acak acakan, amburadul, sulit dipahami oleh mata biasa, dan memang yang memiliki nilai seni yang tinggi akan memahami dan memiliki pemaknaan yang tak berbatas terhadap karya tersebut secara Intangible (tak wujud/tak benda). Bandingkan lukisan di pasaran, dengan gambar yang mudah dicerna, diamati, seindah apapun, yg hanya mengutamakan tengible(benda/wujud) tetap saja nilai seninya dipandang biasa sesuai selera orang kebanyakan dan pastinya harganya murah.

Yah, orang orang yang lukisan kehidupannya acak acakan, amburadul, penuh tantangan, lika liku, garis garis yang tak teratur, penuh cobaan dan tantangan, ternyata pada suatu titik mereka menemukan titik keseimbangan dalam kehidupan. Titik keseimbangan itu yang disebut sebagai kualitas kesadaran diri. Dan itu rahasia mereka dengan diri mereka sendiri dan Sang Pencipta.

Saya justeru melihat mereka yang ingin gambar lukisan kehidupannya indah dilihat orang, selalu berambisi agar sempurna, memiliki sisi luar yang terkesan elok, pada akhirnya mereka begitu rapuh saat sebuah keadaam sulit dan penuh tantangan mendera kehidupan mereka.

Tak perlu terlalu berlebihan melihat kehidupan yang selalu penuh lika likunya, kadang tak sesuai logika, acak acakan, tak beraturan,  kadang seolah mempermainkan rasa. Ya, hanya yang berkesadaran tinggi yang mampu menjawabnya dan tak terbawa suasana.

Minggu, 17 Mei 2020

By. Ndandung Kumolo Adi

#Heritage
#Intangible
#Tengible

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kutoarjo

Desa Tursino Kutoarjo di dalam kanccah perang jawa juga tercatat di Babad Kedungkebo Pupuh XXIX Dhandanggula bait syair nomor 23-56 karya Ngabehi Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokrojoyo alias R.A.A. Tjokronegoro I Bupati Pertama Purworejo

  Di Dalam Babad Kedungkebo Pupuh XXIX Dhandanggula bait syair nomor 23-56 karya Ngabehi Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokrojoyo alias R....

Kutoarjo