Powered By Blogger

Jumat, 05 Juni 2020

Sejarah Kutoarjo

SEJARAH KOTA TERCINTA KUTOARJO



"Kita harus Tahu' Siapa kita... Siapa diri kita....dan Jati diri kita

Dan untuk menemukan jati diri kita , satu hal yang harus dilakukan adalah dengan penelusuran sejarah.!"

By. Mr. Peter Carey

"Jika anda tidak tahu darimana anda berasal, anda tidak akan tahu kemana tujuan anda, anda harus mempelajari sejarah anda!"

By. Gill Scott herron, penyanyi Rapper AS Pertama 1949-2011

"sejarah itu ibarat ibu yang melahirkanmu, bila kamu melupakan sejarah sama aja kamu melupakan ibu yang mempertaruhkan nyawanya demi kelahiranmu"

by. N.Kumolo adi

Bismillahirrahmanirrahim, Dengan Nama Tuhan Yang Maha Esa, Semoga Tulisan Sejarah Kota Kutoarjo di kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah yang saya Tulis ini dapat menjaga Memori kolektif kita atau ingatan bersama kita akan keluhuran Para pendahulu kita, Jasa-jasa para pendahulu kita dan perjuangan para pendahulu kita dimana eksistensinya masih utuh sampai sekarang bahkan sepanjang masa. Semoga para pendahulu, para generasi tua, para leluhur yang telah tiada diampuni segala dosa dan kesalahanya semasa hidupnya dan diterima amal ibadahnya semasa hidupnya oleh Tuhan Yang Maha Esa serta Husnul Khotimah juga segala ilmunya dan amal jariyahnya pahalanya selalu mengalir sampai akhir zaman.

Tulisan yang saya tulis disini bersumber dari sumber primer dan sekunder juga data-data serta informasi narasumber ahli waris sehingga terkoneksi, shahih, obyektif, serta ter-validasi.

Sumber sejarah pada dasarnya adalah sesuatu yang memberitahu kita tentang sejarah atau peristiwa di masa lampau.

Sumber sejarah dapat berupa bangunan rumah, bangunan gedung, pendopo, bangunan makam, nisan makam, cungkup makam, surat kekancingan, manuskrip, artefak atau obyek, bendungan, alun-alun, benda-benda bersejarah (pakaian, keris, batik, dsbnya) dokumen-dokumen, catatan-catatan, lukisan, gambar, surat kabar dimana di era kolonial Belanda sudah ada surat kabar, buku-buku, Nara sumber ahli waris, dan sebagainya.

Kita juga harus bisa membedakan mana sejarah, mana mitos, mana cerita rakyat, mana legenda, mana fiksi dan sebagainya.

terdapat dua tipe sumber sejarah yaitu:

  1. Sumber primer.
  2. Sumber sekunder.

Ada dua jenis kegiatan mengetahui masa lalu yaitu mengetahui secara alamiah dan mengetahui secara teknis metodologis. Kegiatan mengetahui secara alamiah hanya sekedar tahu dan sambil lalu tanpa sebuah sikap eksploratif apalagi refleksi. 

Sementara mengetahui secara teknis metodologis adalah sebuah kegiatan untuk menyelidiki peristiwa yang terjadi di masa lalu dengan melibatkan sejumlah metode dan analisis terhadap data-data kongkrit (artefak/obyek, manuskrip, surat kekancingan, surat-surat, lukisan, foto, catatan-catatan, bentuk makam, bentuk bangunan, dokumen, data-data, koran, majalah, jurnal, narasumber ahli waris dan sebagainya ataupun yang samar (dokumen/data-data/surat-surat rusak).

Perbedaan jenis mengetahui ini tentu memiliki tujuan yang berbeda Yang satu hanya sekedar mendapatkan pengetahuan umum sementara yang kedua ingin mendapatkan pemahaman yang utuh, detail, dan menyeluruh mengenai konstelasi sebuah kejadian, situasi, kondisi, peristiwa, dan fenomena.

Tanpa pengetahuan masa lalu secara teknis metodologis, kita selalu terjebak pada spekulasi mengenai apa yang terjadi di saat ini sementara dia terkait keberadaannya dengan masa lalu. Mengetahui masa lalu itu bukan soal menghafal,  tarikh, kejadian, situasi, peristiwa, fenomena tapi menyelidiki, menganalisis, mengobservasi,  interpretasi, apresiasi, konversasi, edukasi, serta memfalsifikasi sebuah kejadian, situasi, peristiwa, fenomena, ataupun sebuah benda.

Hasil mengetahui masa lalu itu bisa dinikmati dengan melihat, mendekati, meraba, membaca, dan menelusuri obyek seperti Napak tilas atau berjalan kaki.

Pusaka Indonesia adalah Pusaka Alam, Pusaka Budaya dan Pusaka Saujana. Pusaka Alam (Natural Heritage) adalah bentukan alamiah yang istimewa seperti hutan, Curug, sungai, gunung, pantai dsbny. 

Pusaka Budaya (Cultural Heritage) adalah hasil cipta, rasa, karsa meliputi seni tari, seni wayang kulit, batik, tosan aji dan sebagainya.

Pusaka Saujana (Cultural Landscape Heritage) adalah gabungan Pusaka Alam dan Pusaka Budaya dalam ruang dan waktu.;

Pusaka Budaya mencakup pusaka tangible (ragawi/benda) dan pusaka intangible (tak ragawi/tak benda). 

Konsep untuk memulyakan pusaka adalah dengan konsep pelestarian. Pelestarian menjadi sangat penting untuk kita bahas karena banyak sekali kejadian pengrusakan pusaka karena kurang pahamnya manfaat dan fungsi pusaka jika dilestarikan. 

Ini akan menjadi tulisan khusus untuk membahas konsep pelestarian pusaka. Benda warisan budaya yang dapat diraba (tangible cultural heritage). Benda warisan budaya yang dapat diraba adalah benda hasil karya manusia yang dapat dipindahkan atau bergerak, maupun yang tidak dapat dipindahkan atau tidak bergerak. Termasuk di dalamnya adalah benda cagar budaya. Menggali, Membongkar, mendokumentasikan (interpretasi), mendiskusikan( apresiasi dan observasi mendalam), melestarikan/konservasi (nguri-nguri), memperkenalkan/edukasi.Tidak ada yang 100 % di dunia ini selain Allah SWT dan Rasul-Rasul-Nya, begitu pula sejarah yang terjadi di masa lalu yg kita tidak melihat dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri juga dengan segenap indrawi kita. 

Sejarah kebenarannya Nisbi yang hanya untuk diambil hikmahnya, pelajarannya, hakekatnya, kesimpulannya juga di upgrade teknologi-teknologi nya bila ada.

Sejarah hanya supaya kita tidak kepaten obor, mengetahui awal mula, mengetahui asal usul, juga kita bisa menentukan star atau arah tujuan ke depannya, juga bentuk rasa tawaduk, syukur, dan terimakasih kepada Generasi Tua. Sejarah mendekati kebenaran jika ada sumber primer, sumber sekunder, data-data, dan sebagainya itupun mendekati kebenaran sekitar 80%, 90%, sampai 99%. Bahkan kalau suda mengetahui Sejarah, jangan sampai hanya untuk sekedar hapalan saja, sekedar tahu, sekedar kepo, untuk kebanggaan, untuk kesombongan, untuk pamer, dan Gimmick strategi marketing saja.

Produk atau hasil dari mempelajari dan memahami sejarah dan budaya adalah berbuah kesadaran, bukan sekedar hapalan, bukan sekedar tahu, bukan sekedar kebanggaan, bukan kesombongan, bukan feodalisme, bukan legimitasi kekuasaan, bukan fanatik sempit, bukan tendensius, juga bukan doktrin. Kesadaran yang dialami realitanya, bukan kesadaran dalam konteks pengetahuan. 

Amatilah, jika sejarah dan budaya tidak sampai ke-kesadaran maka akan selalu akan berujung pada kebanggaan, kesombongan, kemusyrikan, fanatik sempit, feodalisme, legimitasi kekuasaan bahkan perdebatan dan kekisruhan. Sedangkan jika berbuah kesadaran yang tersadari realitanya, maka akan tercipta Akhlakul Karimah, Insan Kamil, Rahmatan Lil Al-Amin, Welas Asih, memayu Hayuning Bawono, dan sebagainya... 

Bukankah itu manifestasi dari tujuan mempelajari dan memahami jg mencintai sejarah dan budaya ?? ....

Dengan menulis dan membaca secara utuh maka akan menolak lupa. Dengan mempelajari dan memahami Sejarah secara utuh maka akan Menolak Amnesia juga mengambil hikmahnya.

Tulisan Sederhana Ini Aku Persembahan untuk Ibuku yang melahirkanku di kota Kutoarjo ini, Para sumber ahli waris, Almahrum Bapak ku, adik-adikku, keponakan-keponakanku, saudara-saudaraku, sahabat-sahabatku, guru-guruku, dan seluruh masyarakat Kabupaten Purworejo khususnya eks Kabupaten Kutoarjo.

  KOETOARDJO  (bahasa Jawa: ꦏꦸꦛꦲꦂꦗ)

Koetoardjo atau ejaan sekarang disebut Kutoarjo adalah kota kecil di Pesisir Pantai selatan Pulau Jawa, Kota tempat kelahiranku. Aku dilahirkan tepatnya di Rumah Sakit Palang Biru Pada Hari Selasa Tanggal 14 Juni 1986.

Pada awal mulanya Kutoarjo adalah sebuah kabupaten yang bernama Semawung, setelah pasca perang Diponegoro berganti nama menjadi Kabupaten Kutoarjo.
setelah wafatnya Bupati Kutoarjo yang terakhir K.R.A.A. Purbohadikusumo pada hari Minggu tanggal 2 April tahun 1933.

Kabupaten Koetoardjo dihapuskan pada tahun 1933. Amar surat penghapusan itu tercantum dalam Lembaran Negara Hindia Belanda No.310 Tahun 1933. Alasan penghapusannya adalah kebijakan penghematan (bezuiniging beleid) pasca resesi dunia pada 1930. Dalam catatan sejarah dulu kutoarjo merupakan pusat pemerintahan kabupaten, karena krisis Depresi Besar (juga dikenal sebagai krisis malaise) (bahasa Inggris: Great Depression) adalah sebuah peristiwa menurunnya tingkat ekonomi yang terjadi secara dramatis di seluruh dunia yang terjadi mulai tahun 1929 dan berlangsung selama sekitar 10 tahunan.
Depresi ekonomi tahun 1929 merupakan peristiwa kompleks yang tidak hanya berdampak pada perekonomian Hindia Belanda di Nusantara (Indonesia). Dalam hal ini, relasi antara pemerintah kolonial dan rakyat menjadi menarik ketika pemerintah berusaha mengatasi masalah dengan kebijakan campur tangan. Depresi ekonomi yang dipicu oleh faktor eksternal dan diperparah oleh faktor internal karena kelebihan produksi berdampak pada merosotnya perekonomian Hindia Belanda. Dampak tersebut menghantam bidang usaha yang digerakan oleh bangsa Eropa dan bumiputra/pribumi. Penghematan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial dan perusahaan swasta menimbulkan peningkatan pengangguran, kemiskinan, dan kriminalitas. Sikap diskriminatif pemerintah kolonial pun menjadi salah satu faktor pemicu respon keras bumiputra. Puncaknya  yaitu melakukan gerakan protes melalui serikat buruh dan organisasi pergerakan. Krisis kepercayaan rakyat terhadap pemerintah kolonial belanda muncul karena ketidakmampuan pemerintah kolonial mengatasi masalah selama masa depresi ekonomi secara proporsional.

Depresi dimulai dengan peristiwa Selasa Hitam, yaitu peristiwa jatuhnya bursa saham New York pada tanggal 24 Oktober dan mencapai puncak terparahnya pada 29 Oktober 1929, Depresi ini menghancurkan ekonomi baik negara industri maupun negara berkembang. Volume perdagangan internasional berkurang drastis, begitu pula dengan pendapatan perseorangan, pendapatan pajak, harga, dan keuntungan.
Kota-kota besar di seluruh dunia terpukul, terutama kota yang pendapatannya bergantung pada industri berat. Kegiatan pembangunan gedung-gedung terhenti. Wilayah pedesaan yang hidup dari hasil pertanian juga tak luput terkena dampaknya karena harga produk pertanian turun 40% hingga 60%. Begitu pula dengan sektor primer lain seperti pertambangan dan perhutanan.

Untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah Amerika Serikat sampai melegalkan Sin Industry (industri hitam seperti, miras, narkoba, judi, dan prostitusi) di Las Vegas sejak tahun 1930-an bahkan sampai sekarang.
Antara 1939 dan 1944, banyak orang mendapat pekerjaan kembali karena Perang Dunia II, dan Depresi Besar pun berakhir.
Di Jawa untuk meminimalisir pengeluaran keuangan pemerintah Hindia Belanda banyak menggabungkan kabupaten-kabupaten ke kabupaten yang punya history atau andil dalam mendukung penumpasan pengikut-pengikut Pangeran Diponegoro, salah satunya kabupaten Kutoarjo yang dihapus setelah wafatnya Bupati Kutoarjo K.R.A.A Purbohadiekoesomoe di bulan April 1933, setelah itu tahun 1934 pihak kolonial belanda resmi meleburkan kutoarjo kedalam wilayah Kabupaten purworejo dan status kutoarjo turun statusnya menjadi ibukota kawedanan.

Kabupaten Kutoarjo saat itu memiliki luas 566 Km2 dengan penduduk 279.750 jiwa sementar luas Kabupaten Purworejo 513 km2 dengan penduduk 281.000 jiwa.

Setelah itu pada tahun 1933 kabupaten kutoarjo dihapus oleh Pemerintah kolonial Belanda Amar surat penghapusan itu tercantum dalam Lembaran Negara Hindia Belanda No.310 Tahun 1933 dan digabungkan dengan kabupaten Purworejo  pada 1 Januari 1934 dan dilebur dengan kabupaten purworejo, dan kutoarjo turun status menjadi ibukota kawedanan (Sumber : Linck, 1935:1) dengan wedana pertama bernama Raden Soedardjo (dilantik 29 Desember 1933), yang pada waktu itu Bupati Purworejo dijabat oleh K.R.A.A. Hasan Danudiningrat (dilantik 24 oktober 1928).

Penghapusan Kabupaten Kutoarjo disebabkan karena Resesi Dunia, setelah itu Kutoarjo turun statusnya seblaagai ibukota Kawedanan. 

Seiring berjalannya waktu Kawedanan bersama karesidenan dihapuskan melalui Perpres No. 22 Tahun 1963 tentang penghapusan Karesidenan dan kawedanan tertanggal 25 oktober 1963. Kawedanan berubah menjadi Pembantu Bupati berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974. Posisi Wedana di beberapa tempat masih di isi oleh pejabat yang disebut "Pembantu Bupati" yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan, wilayah kerjanya disebut wilayah pembantu Kabupaten Di era Presiden Gusdur Pembantu Bupati di hapus. sehingga Kutoarjo semenjak Tahun 1963 turun statusnya menjadi Ibukota Kecamatan.

 "Djakarta, 15 Nopember (Ant.). Presiden Rep. Indonesia dengan peraturannja no. 22/1963 telah menentukan bahwa mulai tanggal 25 oktober 1963 jang lalu semua karesidenan dan kawedanan jang setingkat dengan nama apapun djuga, di seluruh wilalayah indonesia dinjatakan hapus. pelaksanan penghapusan jang harus selesai selambat-lambatnya pada achir tahun 1965..."(Sumber : Koran Sinar Harapan tanggal 15 November 1963)

Pada Era Revormsi tu Presiden Gusdur Kantor Pembantu Bupati dihapus.

 
Judul foto: MERDEKA MONUMENT TE KOETOARDJO.Terjemahan dalam Bahasa Indonesia:
 MONUMEN MERDEKA DI KUTOARJO, Sumber foto: indiegangers.nl Foto terlampir terlihat 2 orang tentara asing yang kemungkinan Tentara Belanda saat Agresi Militer Belanda sedang duduk di sebuah monumen yang dibangun di alun-alun Kutoarjo sebelah selatan.
 Di bagian bawah tugu monumen tertera tulisan:
 "PERINGATAN KEMERDEKAAN
 GENAP 1 TAHOEN
 17-8-1946"
 Sekarang entah kenapa Tulisan inskripsi di tugu monumen alun-alun Kutoarjo itu tidak ada lagi, semoga Pemerintah kembali menulis tulisan tersebut sebagai Memori Kolegtif Masyarakat dan sebagai Monumen Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia. Dan di latar belakang sebelah kanan terlihat sebuah bangunan, kemungkinan adalah paseban seperti di alun-alun Purworejo. 

Secara geografis Ex kabupaten Kutoarjo  merupakan wilayah yang kompleks karena mempunyai Kawasan Pantai dengan laut selatan samudera Hindia, dataran rendah dengan tanahnya yang subur serta kawasan perbukitan yang sejuk di sebelah Utara kota kutoarjo yang dahulu menjadi Kawedanan Kemiri dan Kawedanan Pituruh yang meliputi Kecamatan Bruno, Kemiri, dan Pituruh.
Kutoarjo sekarang adalah sebuah Kecamatan Terkecil di Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak geografis Kota Kutoarjo adalah sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Grabag, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Bayan, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Butuh, sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan kemiri dan kecamatan Bruno.
Luas wilayah kecamatan Kutoarjo 37,59 km². Kecamatan Kutoarjo adalah Kecamatan paling kecil di Kabupaten Purworejo.
Jumlah terdiri dari 21 Desa dan 6 kelurahan di kecamatan Kutoarjo, total ada 27 yang terdiri dari :

  1. Kelurahan Kutoarjo.
  2. Kelurahan Bandung
  3. Keluragan Katerban
  4. Kelurahan Bayem
  5. Kelurahan Semawung Daleman
  6. kelurahan Semawung Kembaran
  7. Desa Kaligesing
  8. Desa Karangrejo
  9. Desa Karang wuluh
  10. Desa Kebondalem
  11. Desa kemadu lor
  12. Desa Kepuh
  13. Desa Kiyangkongrejo
  14. Desa kuwurejo
  15. Desa Majir
  16. Desa Pacor
  17. Desa Pringgowijayan
  18. Desa Purwosari
  19. Desa Sidarum
  20. Desa Sokoharjo
  21. Desa suren
  22. Desa tepus Kulon
  23. Desa Tepus wetan
  24. Desa Tunggorono
  25. Desa Tuntungpahit
  26. Desa Tursino
  27. Desa Wirun

 


Danang Sutawijaya alias Panembahan Senopati.

 

Kutoarjo awal mulanya bernama semawung, Kisah cerita diawali berdirinya Mataram Islam oleh Danang Sutowijoyo atau Panembahan Senopati Loring Pasar putra dari Ki Ageng Pemanahan, Setelah itu terjadi Geger Pecinan di Batavia Pada Tahun 1741.

Semawung sendiri berasal dari nama saudagar Tenun dari Cina yang bernama "Sie mau wong" yang  tinggal disitu. Hipotesisnya semawung ada setelah Geger Pecinan tahun 1741 di era Pakubuwono II.

Kabupaten Semawung berdiri Semenjak Era Pangeran Mangkubumi alias Hamengkubuwono I, Diperkirakan setelah Geger Jenar atau Setelah Pangeran Mangkubumi Naik Tahta Menjadi Raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat Bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono I.

Kutoarjo belum pernah menjadi kadipten, tapi banyk orng salah mendefenisikn antara definisi kabupten dan definisi kadipten, Kadipaten biasanya merujuk pada suatu wilayah bawahan yang tunduk pada suatu kerajaan dan menjadi tempat kedudukan bagi seorang adipati. Pembagian wilayah ini umum dilakukan ketika di Indonesia masih berdiri kerajaan-kerajaan. Pada zaman dulu, jabatan adipati biasanya diisi oleh orang yang berstatus sebagai putra mahkota, yang salah satu tugas utamanya adalah menunjukkan kepada raja maupun rakyatnya bahwa ia mampu memertahankan kerajaan dari musuh-musuhnya. Wilayah kadipaten meliputi beberapa kabupaten yang menjadi bawahan kerajaan tersebut. Di Indonesia saat ini, dikenal adanya wilayah Kadipaten Mangkunegaran di Surakarta dan Kadipaten Pakualaman di Yogyakart.

 

 
Makam cikal bakal semawung saudagar Tenun dari cina yang bernama "Sie mau wong"

Sebagaimana diketahui bahwa dengan terbunuhnya Adipati Jipang yaitu Aryo Penangsang oleh Danang Sutawijaya, Sultan Hadiwijaya Raja Pajang sesuai janjinya memberikan hadiah kepada :

  1. Ki Ageng Pemanahan, deberi tanah hutan Mentaok atau Mataram. 
  2. Ki Ageng Panjawi diberi hadiah Tanah Pati yang sudah Ramai dan punya Kota.
Hadiwijaya segan memerangi Arya Penangsang karena masih sama-sama anggota keluarga Kesultanan Demak. Maka, ia pun mengumumkan sayembara, barang siapa bisa membunuh Arya Penangsang akan mendapatkan hadiah tanah Mataram dan Pati. Ki Pamanahan dan Ki Penjawi mengikuti sayembara atas desakan Ki Juru Martani (kakak ipar Ki Pamanahan). Putra Ki Ageng Pamanahan yang juga anak angkat Hadiwijaya, bernama Danang Sutawijaya ikut serta. Sultan Hadiwijaya  tidak tega sehingga memberikan pasukan  Pajang untuk melindungi  Sutawijaya. Perang antara pasukan Ki Pamanahan dan Arya Penangsang terjadi di dekat Bengawan Solo. Berkat siasat cerdik yang disusun Ki Juru Martani, Arya Penangsang tewas di tangan Sutawijaya.

Hadiwijaya memberikan hadiah berupa tanah  Mataram  dan Pati. 

Ki Ageng Pamanahan yang merasa lebih tua mengalah memilih Mataram yang masih berupa hutan lebat, sedangkan Ki Ageng Penjawi mandapat daerah Pati yang saat itu sudah berwujud kota. Bumi Mataram adalah bekas kerajaan kuno yang runtuh tahun 929. Seiring berjalannya waktu, daerah ini semakin sepi sampai akhirnya tertutup hutan lebat. Masyarakat menyebut hutan yang menutupi Mataram dengan nama Alas Mentaok. 

Danang Sutawijaya memperistri putri dari Ki Ageng Panjawi penguasa Pati yang juga sahabat ayahnya Ki Ageng Pemanahan, yang bernama R.Ay. Waskitajawi untuk di jadikan permaisuri yang nantinya bergelar Gusti Kanjeng Ratu Hemas atau Gusti Kanjeng Ratu Mas Kulon dan melahirkan R.M. Jolang

 

 
Romantisme kota kelahiran ku kutoarjo di malam hari.

Ki Ageng Panjawi adalah cucu Kanjeng Sunan Kali Jogo dari salah satu putrinya kanjeng Sunan Kalijogo yang bernama Ratu Penengah yang makamnya ada di Laweyan Solo dan menikah dengan Ki Ageng Ngerang III Pati dan mempunyai putra bernama Ki Ageng Panjawi, Jadi ibu Ki Ageng panjawi adalah putri kanjeng sunan Kalijaga.
Ki Ageng Penjawi yang juga disebut Ki Ageng Pati karena mendapat hadiah dari Raja Pajang yang berupa tanah perdikan yang sudah berbentuk wilayah, Kota yang ramai dan berpenduduk banyak yang sebelumnya Pati vakum pemimpin

Kyai Ageng Ngerang I (Sunan Ngerang I atau Syeh Muhammad Nurul Yaqin) yang mempunyai wilayah kekuasaan di Juwana dan mempunyai istri Nyai Ageng Ngerang/Dewi Roro Kasihan.
Sunan Ngerang atau Syeh Muhammad Nurul Yaqin ialah putra Ki Ageng Jabung trah Sunan Ngudung ayah dari Sunan Kudus.

Ki Panjawi atau Ki Ageng Penjawi adalah keturunan ke 5 dari Bhre Kertabhumi melalui garis ayahnya Ki Ageng Ngerang III, ibunya adalah Raden Ayu Panengah putri Sunan Kalijaga dari isteri putri Aria Dikara. Semasa anak-anak sampai dewasa Ki Panjawi menerima gemblengan ilmu keagamaan dan ilmu pemerintahan (ilmu tentang tata pemerintahan yang dikuasai oleh Walisongo adalah mengadopsi gaya khilafah atau kesultanan islam jajirah Arab), disamping mendapatkan bekal ilmu dari Sunan Kalijaga, Ki Panjawi juga mendapatkan bimbingan ilmu spiritual dari Nenek dan Kakek-buyutnya Ki Ageng ngerang I yang masih keturunan Sunan Kudus.

Danang Sutawijaya mendirikan Kesultanan Mataram pada tahun 1587 Masehi.
Salah satu Putra Ki Ageng Panjawi yang bernama R.M. Wasis Joyokusuma I menjadi Adipati Pati bergelar Adipati Pragola Pati I.

Tokoh utama Perintis Kesultanan Mataram adalah Ki Ageng Pamanahan, Ki Juru Martani dan Ki Panjawi mereka bertiga dikenal dengan "Tiga Serangkai Mataram" atau istilah lainnya adalah "Three Musketeers from Mataram".

Adipati Pragola Pati I alias R.M. Wasis Djojokoesoema I menjadi Adipati Pati dari tahu 1577 - 1601 M.  Adipati Pragolo I Pati  Secara suka rela tunduk kepada Mataram karena kakaknya dijadikan permaisuri utama bergelar Ratu Mas Kulon alias G.K.R Mas Kulon, sedangkan R.M. Jolang keponakan Adipati Pragolo I Pati dijadikan putra mahkota Mataram. Pada tahun 1590 M Adipati Pragola I Pati ikut membantu Mataram menaklukkan Kadipaten Purabaya atau Madiun. Pemimpin Madiun pada waktu itu bernama R.M. Rangga Jemuna (putra bungsu Sultan Trenggana Demak) yang melarikan diri ke Surabaya setelah penyerangan Panembahan Senopati bersama Adipati Pragolo I Pati.

Bulan Muharram Tahun 1590 Masehi Pasukan Mataram berhasil menembus pertahanan Madiun, menjarah dan membakar rumah-rumah yang dijumpai. Pasukan Madiun tercerai berai. Pangeran Timur alias Panembahan Madiun beserta keluarganya segera diungsikan. Dengan penuh rasa percaya diri Panembahan Senopati dan pasukannya memasuki istana yang ditinggalkan. Ternyata di sana telah menunggu sisa pasukan Madiun yang siap mati-matian mempertahankan kedaton. Pasukan nekat itu dikomandani oleh seorang perempuan.

Namanya Retno Jumilah (ada yang menyebutnya Retno Dumilah. Tapi di Babad Tanah Jawi ditulis Jumilah), puteri Panembahan Madiun. Yang berarti dia adalah cucu Raden Trenggana penguasa Demak. Bersenjatakan sepucuk pistol, serampang dan keris Kyai Gumarang (yang terakhir ini yang paling ditakuti oleh Panembahan Senopati) gadis itu menantang duel sang raja Mataram. Pertempuran sengit pun terjadi.

Pertempuran itu dikisahkan dalam Serat Kandha (halaman 623-625) termasuk duel antara Retno Jumilah vs Panembahan Senopati yang konon berlangsung sehari semalam.

Sebelumnya pasukan Mataram selalu gagal melawan kekuatan koalisi Madiun dan beberapa kadipaten di Jawa Timur lainnya. Tapi Panembahan Senopati melakukan trik tipuan dengan pura-pura menyerah dan menyatakan takluk. Setelah koalisi timur merasa memenangkan perang dan membubarkan diri, Mataram melakukan serbuan mendadak. Retno Jumilah dan pasukannya akhirnya berhasil ditaklukkan. Panembahan Senopati mengakuisisi wilayah Madiun dan menikahi panglima pemberani yang telah takluk itu. Sepertinya itulah awal mula tradisi pembentukan legiun estri, pasukan perempuan Mataram yang kelak di setiap parade militer kerajaan membuat para pejabat Belanda terbengong-bengong. Ya jelas saja, mana pernah orang Eropa melihat di kampung halamannya para perempuan handal berkuda sambil atraksi menggunakan berbagai jenis senjata.

Tradisi memiliki unit pasukan perempuan masih dipertahankan oleh kerajaan-kerajaan eks Mataram. Salah satu istri Sultan Hamengkubuwono II yang bernama Ratu Kencanawulan adalah mantan komandan legiun estri. Dia satu-satunya perempuan yang bikin Daendels ngeri (untuk detilnya silakan baca bukunya Prof Peter Carey).

Tahun 1812 saat keraton Yogyakarta berhasil dijebol Inggris, di antara seluruh korban di pihak Inggris hanya satu perwira yang tewas, itupun bukan dalam pertempuran melainkan saat melakukan penjarahan di dalam keraton. Perwira itu tewas di tangan seorang puteri keraton. Dugaanku sih dia anggota legiun estri. Di balik penampilannya yang lemah dan tak bersenjata sebenarnya dia cukup paham titik mematikan di tubuh lawan dan bagaimana mengeksekusinya dengan menggunakan benda seadanya termasuk tusuk konde bila perlu. Tradisi pembentukan legiun perempuan sejak masa Mataram terinspirasi oleh sosok Retno Jumilah sang puteri Madiun. Babad Tanah Jawi menulis sang puteri bertempur menggunakan pistol (di tahun 1590 berarti model wheellock), menunjukkan kerajaan Madiun merupakan peradaban yang kosmopolit di jaman itu. 

 

 
Lukisan gambar imajinasi dan ilustrasi buatan mas aji prasetyo seorang sejarawan dari jawa timur. lukisan R.A. Retno Dumilah yang akhirnya menjadi istri Raja Mataram Panembahan Senopati dengan nama Ratu Mas Wetan .

sesosok Pendekar atau petarung perempuan di era Mataram Panembahan Senopati yang bernama Retno jumilah putri Penguasa Madiun yaitu Pangeran Timur alias Panembahan Madiun bin R. Trenggono penguasa Demak Bintoro.Dalam gambar itu di gambarkan sesosok Retno Jumilah yg tangguh dn pemberani dengan nyengkelit sepucuk pistol, Wedung, dan memegang keris.

Dan emang faktanya perang-perang zaman dahulu dari semenjaak zaman Majapahit, Mataram, sampai Diponegoro sudah menggunakan senjata-senjata modern dan meriam yg relevan di eranya, Serta tidak menggunakan senjata tradisional. Senjata tradisional hanya digunakan untuk pertarungan jarak dekat.

Pangeran Timur yang memimpin Purabaya/Madiun menolak tunduk kepada Danang Sutawijaya lantaran merasa masih memiliki trah Pajang. pergolakan kekuasaan itu ditandai dengan penyerangan Kadipaten Purabaya oleh Mataram. Kadipaten Purabaya/Madiun mendapat sokongan pasukan dari 15 bupati Mancanegara Timur

Panembahan Senopati dan pasukannya berhasil memasuki istana Ternyata di sana telah menunggu sisa pasukan Madiun yang siap mati-matian mempertahankan kedaton, Pasukan berani mati itu dikomandani oleh seorang Gadis yang tidak lain putri dari panembahan Madiun yang bernama Retno Jumilah. gadis itu menantang duel sang raja Mataram. Pertempuran sengit pun terjadi lama...

Pertarungan antara Retno Jumilah vs Panembahan Senopati memginspirasi beberapa tarian yang diciptakan oleh Mangkunegaran maupun Yogyakarta.

Dan Retno jumilah dianggap sebagai inspirasi dan perintis pasukan wanita atau legium perempuan di era Mataram Sultan agung, amngkurat, Kasunanan Surakarta, kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Mangkunegaran yang pandai berkuda, memanah, menembak, dan bertarung, serta berani mati yang membuat orang eropa terutama belanda kagum karena belum punya legiun atau kesatuan militer wanita.

untuk menaklukkan retno jumilah akhirnya Danang Sutawijaya alias panembahan Senopati membuat strategi dengan pura-pura menyerah, setelah menyerah pasukan Madiun pada bubar dn kesempatan itu digunakan sebaik-baiknya oleh panembahan Senopati untuk menyerang Kedaton kadipaten Purabaya/Madiun dan akhirnya Retno jumilah meeyerah setelah menyerah Retno jumilah di peristri oleh panembahan Senopati Raja Mataram juga sebagai bentuk simbol tunduknya Purabaya/Madiun

Dari pernikahan Panembahan Senopati dengan Retno jumilah menjadi Sebab Adipati pragolo I Pati adik dari Permaisuri panembahan Senopati yang bernama Ratu Hemas marah dan memberontak karena merasa panembahan Senopati menghianti kakak kandungnya.

Pemberontakan Pati di pimpin oleh Adipati Pragolo I Pati pun meletus.

 

 
 Foto kompleks Rumah Dinas Bupati Kutoarjo Pendopo Ex Kabupaten Kutoarjo bergayan indis Jawa-Eropa dengan pilar-pilar besar bergaya Yunani, Setelah Kabupaten Kutoarjo dihapus oleh Belanda lalu rumah dinas dan pendopo kabupaten kutoarjo berfungsi sebagai rumah dinas dan pendopo kawedanan, di era presiden Gus Dur kawedanan dihapus dan rumah dinas dan pendopo kawedanan berfungsi sebagai rumah dinas dan pendopo wakil bupati Purworejo.

Putri R.M. Ronggo Jumeno penguasa Madiun yang bernama R.Ay. Retno Dumilah diambil Panembahan Senopati dan diper-istri sebagai permaisuri ke-dua.
Peristiwa ini membuat Adipati Pragola I Pati kecewa dan sakit hati karena khawatir kedudukan kakaknya.
Lalu Adipati Pragolo I Pati menilai Perjuangan Panembahan Senopati sudah tidak murni lagi, Pemberontakan Pati pun meletus tahun 1600 M. Daerah-daerah di sebelah utara Pegunungan Kendeng dapat ditaklukan Adipati  PragolaI Pati.
Lalu Panembahan Senopati mengirim putranya R.M. Jolang yang tak lain adalah keponakan R.M. Wasis Joyokusuma I/Adipati Pragola pati I ,untuk menghadapi dan meredam pemberontakan Pragola I Pati yang tak lain juga adalah paman dari dari R.M. Jolang.
Paman dan keponakan akhirnya bertempur, Kedua pasukan bertemu dekat Prambanan, Adipati Pragola I Pati dengan mudah melukai keponakannya itu sampai pingsan.
lalu mau tidak mau Panembahan Senopati berangkat sendiri untuk meredam dan menumpas pemberontakan adik iparnya Adipati Pragola I Pati. Menurut Babad Tanah Jawi,  K.G.R. Mas Kulon istri panembahan Senopati sekaligus kakak Adipati Pragolo I Pati sudah merelakan kematian adiknya.
Pertempuran  terjadi di Prambanan. Pasukan Adipati Pragola I pati kalah dan mundur ke Pati. Panembahan Senopati mengejar dan menghancurkan kota Pati. Akhirnya, Adipati Pragola l sembunyi dan hilang tidak diketahui nasibnya.

Kedua Wangsa dan Trah yang sangat dekat dan bersaudara yaitu wangsa Ki Ageng Pemanahan dan Trah Ki Ageng panjawi Pati kembali menumpahkan darah di era R.M. Wasis Joyokusuma II alias Adipati Pragolo II Pati dengan Raja Mataram ke-3 Sultan Agung Hanyokrokusumo,

Adipati Pragolo II Pati/R.M. Wasis Joyokusuma II memerintah dari tahun 1601 - 1628, pertumpahan darah kembali terjadi antara Trah Ki Ageng panjawi dan wangsa Ki Ageng Pemanahan hal itu terjadi karena hasutan Patih endratna bupati Demak. Patih endratna menilai Adipati Pragolo II Pati akan melakukan pemberontakan terhadap Mataram.
Adipati Pragolo II Pati adalah adik ipar Sultan Agung, karena adik Sultan agung menikah dengan Adipati Pragolo II Pati.

Setelah kematian Adipati Pragolo II Pati di pertempuran serta menghancurkan kota Pati, Sultan Agung menemui adikknya dan adiknya menjelaskan bahwa peperangan terjadi karena fitnah Patih endratna bupati Demak, setelah mendengarkan penjelasan itu Patih endratna di hukum pancung oleh Sultan agung.
Sultan agung di saat kemenangan peperangan melawan Adipati Pragolo II Pati memberikan hadiah kepada para prajurit Sentana, punggawa, dan panglima yang ikut pertempuran menumpas pemberontakan Adipati Pragolo II Pati dengan memberikan kinatah emas atau Candra sengkala pada ganja-ganja keris mereka dengan simbol Gajah Ngiwar(Pati) dan singgo Nggeroo (Mataram).

R.M. Wasis Joyo Kusumo atau Adipati Pragola Pati I mempunyai putra :
1.Pangeran Cumantoko atau Kyai Cumantoko (Dalam bagan sisilah ikatan keluarga Balitan Sawonggaling yang disusu Brigjen R.M. Sroehardoyo tahun 1975 ditulis "Pangeran Cumantoko").
2. Kanjeng Ratu Beroek/Putri Moertisari.
3. Raden Mas Baoeredjo.

 

 
Foto Tahun 1984. Makam Mbah Kyai Cumantoko/Tjuemantoko alias Raden Mas Tumenggung Tdjuemantoko sesepuh  semawung/kutoarjo di Bukit Satria Desa Kaliwatubumi, kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah

 Setelah Dewasa Pangeran Coemantoko(Sumber : Bagan Silsilah Trah Balitaran-Sawonggaling yang dibuat Tahun 1975 yang dibuat oleh Almahrum Brigjen TNI Purn. R.M. Sroehardoyo. menyebutkan beliau bernama Pangeran Cumantoko) diberi Mandat oleh sepupunya yang tak lain anak dari Gusti Kanjeng Ratu Mas Kulon yang tak lain Bibinya/budenya yang bernama R.M. Jolang yang telah menjadi Raja menggantikan ayahhandanya, menjadi Raja Mataram ke-2 dengan gelar Sri Susuhunan Prabu Hanyakrawati Senapati ing Ngalaga Mataram (lahir: Kotagede,...?- wafat: Krapyak, 1613 M) adalah Raja ke-dua Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613 M. Ia juga sering disebut dengan gelar anumerta Panembahan Seda ing Krapyak, atau Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna "Baginda yang wafat di Krapyak". Tokoh ini merupakan ayah dari Sultan Agung, Raja terbesar Mataram yang juga Pahlawan Nasional Indonesia.

 

 
Foto kompleks Rumah Dinas Patih Kutoarjo dan Pendopo Kepatihan kutoarjo yang dulu juga pernah digunakan menjadi kawedanan kutoarjo lalu sekarang berfungsi sebagai Kantor Kecamatan Kutoarjo dan Pendopo Kecamatan Kutoarjo

Pangeran Coemantoko diangkat menjadi Penguasa atau Tumenggung di  tlatah bagelen bagian tengah oleh Sepupunya yang bernama R.M. Jolang yang telah menjadi Raja menggantikan ayahhandanya, menjadi Sultan Mataram dengan gelar Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati ing Ngalaga Mataram dan R.M. Tdjoemantoko diberi gelar Kanjeng Raden Mas Tumenggung Tdjoemantoko.
setelah R. Tdjoemantoko wafat dan di makamkan di bukit desa kaliwatubumi kecamatan Butuh yang masyarakat juga sering menyebut dengan "MBAH GIRI TDJUEMANTOKO".

 

 
Foto. Tahun 1984.  Yoni di komplek makam para sesepuh dan Bupati Kutoarjo yang sudah ada sebelum ada makam, komplek makam ini disebut komplek makam keluarga giri tjumantoko di bukit satria desa kaliwatubumi, kecamatan butuh, kabupaten purworejp

 

 
 Foto. Peta Kabupaten Semawung (kutoarjo) saat perang Diponegoro 1825-1830 buatan Mayor De Stuers Menantu Jenderal De Cock. Yang ada simbol-simbol pedang kembar adalah lokasi perang Diponegoro

 

 
foto. peta perang Diponegoro pemberian Pak Roni Sodewo ketua Trah Pangeran Diponegoro (Patrapadi) yang ber-tahun 1825-1830 buatan Mayor De Stuers menantu Jenderal de kock, membuktikan bahwa Nama desa Senepo dan bandong yg pada masa itu masuk wilayah kabupaten semawung dan masa sekarang adalah masuk kecamatan Kutoarjo kabupaten Purworejo, sudah ada di 200 tahun yg lalu saat terjadi perang Diponegoro ini membuktikan desa senepo dan desa bandong adalah desa tua. Senepo dulu bernama "Sneppoe"
Setelah perang Diponegoro berakhir di bulan Maret 1830, Nama senepo dirubah menjadi "Koetoardjo"

  

 
Kaart Zuid - Bagalen van 1830
zie louw klerck - de  javaoorlogdeel V (Peta selatan - Bagalen dari tahun 1830
lihat Louw Klerck - Bagian Perang Jawa V)

Kaart Zuid - Bagalen van 1830
zie louw klerck - de  javaoorlogdeel V (Peta selatan - Bagalen dari tahun 1830
lihat Louw Klerck - Bagian Perang Jawa V)
Di dalam peta ini kabupaten Semawung sudah diganti menjadi nama kabupaten Kutoarjo dan kabupaten Brengkelan sudah diganti menjadi nama kabupaten Purworejo. Ini menunjukkan peta ini dibuat setelah perang Diponegoro berakhir 28 Maret 1830 Masehi.

Di dalam Peta Gunung Tugel Kutoarjo dulu bernama Gunung Sinalangan, Gunung Kembang di daerah pituruh masih menggunakan nama Gunung kembang. 

Gua Sinalangan(Disediyani Luwih Dhisik)

Gua Sinalangan Terletak di administratif Desa Kaligesing, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo.
Sebenarnya Gua ini tidak selayaknya disebut gua karena kedalaman gua kecil banget hanya seperti lubang beberapa meter saja, tapi masyarakat menyebut obyek ini "Gua Sinalangan".
Sinalangan saking tembung salang
Sami kemawon kaliyan tembung disalangi tegese disedhiyani luwih dhisik (Disediakan terlebih Dahulu) Dhasar : Bausastra Jawa, Poerwadarminta, 1939 kaca 540. (Sumber : Mas Bima Dosen prodi sastra Jawa , departemen bahasa dan fakultas ilmu Budaya UGM).

 
Daerah rawan banjir seperti Grabag dan sekitarnya kata Dr E.E Jul Mohr adalah rawa rawa besar. Di era Bupati kutoarjo yang ke-4 Pangeran Purboatdmojo. Daerah rawa-rawa disulap menjadi desa-desa dan lahan pertanian yang subur, irigasi lebih lancar banyak dibangun bendung-bendung serta kanal saluran irigasi.
Daerah Wingko, Lengis, dan Wunut adalah tempat para pendukung Diponegara bermarkas, kata Louw de Klerk. Sekalipun akhirnya para pendukung pangeran Diponegoro menyebar merata di karesidenan bagelen, termasuk para ulama dan Umaro. Seperti K.H. Kastubo alang-alang Ombo (Putra dari K.H.Nur Muhammad alang-alang Ombo), Tuan Guru Loning, R.Ngabei Djojo Prabongso, Basah Djojo sundargo, Tumengung Surodirjo dan sebagainya nama-nama tersebut sering disebut dalam Babad keungkebo ...
Tangsi militer Belanda di karesidenan bagelen berpusat di Kedoeng Kebo.
Ketika Pangeran Diponegoro masih kuat diawal pergerakan tahun 1825 beliau sempat membentuk pemerintahan di berbagai wilayah seperti dengan dengan mengangkat Bupati R.M. Madyokusomo Putra Sayid Hasan Munadi alias K.R.T Dullah Samparwadi Pemimpin Pasukan Suronoto Kesatuan Perang Pangeran Diponegoro yang makamnya di Desa Sidomulyo Kecamatan Purworejo (kampung madyokusuman Sekarang daerah sindurjan sebelum sebelah timurnya dibuat rumah dan pendopo Bupati Purworejo) di kabupaten Brengkelan yang kelak menjadi kabupaten Purworejo.
 
Disamping itu juga diangkat tumenggung, demang, ronggo. Para tumenggung yang diangkat antara lain, Tumenggung Tanggung (wilayahnya meliputi sidomulyo dan sebelah timur Sungai Bogowonto, sekarang disebut Cangkrep), Tumenggung Loning yang sekarang di daerah kecamatan kemiri, di Loning juga terdapat makam tuan guru loning, termasuk penebar agama Islam dan memiliki banyak santri dan ulama di Jawa , Tumenggung Karangduwur, Tumenggung Pacor, Tumenggung Semawung/Kutoarjo, Tumenggung Ambal, Tumenggung Wingko, dan sebagainya...

 
Peta Kabupaten Kutoarjo tahun 1855 
Buatan Geografer Belanda bernama Pieter Melvil Van Cambee dengan Judul "Kaart Van de residentie Bagelen 1855" dalam terjemahan bahasa Indonesia "peta karesidenan bagelen tahun 1855".

 

 
Peta pusat kota kabupaten kutoarjo. Denah dibuat tahun 1928 Sumber : https://maps.library.leiden.edu/. 
 Keterangan Regt adalah Regent/Bupati, Huruf D adalah Kepatihan, Huruf C adalah Rumah Controller.

 

Putra Tumenggung Djumantoko yang bernama R. Kowoe/Ki kowoe menggantikan ayahhandanya menjadi sesepuh. Ki Kuwu mempunyai putra bernama R.M. Gatoel.

setelah dewasa R.M. Gatoel ingin mencari pengalaman, oleh ayahhandanya
R.M. Kowoe/Ki kowoe mengijinkan dan disuruhnya mengabdi Kepada Adipati Joyokusumo. disana R.M. Gatoel pertama kalinya menjadi prajurit biasa saja.
kepandaian R.M. Gatoel dalam olah kanuragan, Beladiri, dan keprajuritan sangat bagus kemudian beliau dijadikan pengawal khusus pribadi "kajineman" Adipati Joyokusumo (
Lihat dalam buku BAPEDA tingkat II Purworejo dan buku bupati purworejo dan DPRD purworejo, Adipati Joyokusumo adalah penguas Roma Jatinegara yang setelah perang Diponegoro disebut kabupaten Karanganyar, sekarang disebut Gombong) mengawal sowan menghadap Raja ke Istana Mataram,
makanya R.M. Gatoel juga disebut dengan Kyai/Ki Jinem.

 

 
 Foto makam Kyai/Ki Jinem alias RM. Gatoel di kelurahan Semawung Kembaran Kutoarjo
 Disebut Djinem karena beliau pernah menjadi Prajurit Kajineman.


Setelah R. Kowoe/Ki kowoe  wafat dan di makamkan di Desa kuwurejo maka otomatis kedudukannya digantikan R. Gatoel/Ki Jinem..

Sejarahnya Ki Jinem juga adalah pedagang atau saudagar pribumi yang suka berkelana sempat menemukan pusaka Kraton didalam kayu jati saat istirahat dan kedinginan lalu membelah kayu jati untuk dibakar di daerah Ledok bruno saat membelah kayu jati menemukan keris kecil di dalam kayu yang dibelah  Pusaka keris kecil, setelah itu  Ki Djinem dalam tidurnya bermimpi kalau itu adalah Pusaka Kraton bernama kyai Sawunggaling dan minta untuk dikembalikan, lalu pusaka itu dikembalikan di kraton dan diterima dengan senang hati oleh Raja ( Lihat dalam buku BAPEDA tingkat II Purworejo).


 R. Gathoel Alias Kyai Djinem mempunyai putri yang diper-istri Kyai Lekor. 

Ki Djinem juga punya putera bernam R.M. Bancak. setelah Ki Jinem wafat dan di makamkan di Semawung Kembaran kecamatan Kutoarjo. maka kedudukan diteruskan oleh putranya yang bernama R.M. Bancak, dan oleh Pangeran Mangkubumi alias Hamengkuwono I diangkat menjadi Bupati Semawung dengan gelar Kanjeng Raden Mas Tumenggung Bantjik Kertonegoro Sawunggaling I, Sawonggaling I adalah pengikut Pangeran Mangkubumi alias Hamengkubuwono I Dalam perang melawan penjajah belanda yang terkenal dengan perang jenar dan mangkubumen.

Dalam Catatan Pusaka-Pusaka (Tosan Aji) Karaton Yogyakarta Di Himpun oleh : R.B. Burhanudin Abdi dalem Karaton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat bagian kawedanan kulon yang melaksanakan kegiatan budaya karaton Ki Sawonggaling dari Bagelen pernah memberikan Pusaka Tombak berdapur Baru kepada Pangeran Mangkubumi untuk melawan Belanda, tombak itu bernama Tombak Kanjeng Kyai Baru yang kini tersimpan di gedung pusaka kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dimaksud Ki Sawonggaling dari Bagelen bisa dipastikan Sawonggaling I Bupati Semawung. Hipotesisis yang dimaksud Ki Sawonggaling adalah Bupati Sewawung K.R.T. Bantjik Kertonegoro Sawonggaling kaping I.

 

 
 Contoh ilustrasi Salah satu pusaka Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah Tombak Kyai Ageng Baru berdapur baru  pemberian Ki Sawaunggaling dari bagelen. Tombak Kanjeng kyai baru sekarang disimpan di gedung pusaka Ngayogyakarta Hadiningrat. Kanjeng kyai baru adalah pusaka berjenis tombak lurus berdapur baru..

 Setelah Sawunggaling I udah uzur lalu digantikan putranya yang bergelar Kanjeng Kyai Adipati Sawung Galing II, pada saat itu pusat pemerintahan dipindah dari Semawung kembaran ke Semawung Daleman.

Hingga saat ini terdapat peninggalan 5 buah umpak bekas umpak kandang kuda di sebelah barat SD Semawung Daleman.

 

 
Foto makam K.R.M.T Bantjik Kertonegoro Sawunggaling I di Kelurahan Semawung kembaran Kutoarjo. Gelar "Sawunggaling" artinya : Ayam Jago Laga Emas(peter carey). Dikarenakan setiap pertempuran nya selalu gemilang dan menang.

Sawunggaling I ber-besan dengan Hamengkubuwono II yang menikahkan Putri ke-73 HB II yaitu B.R.A. Notto Negoro.

Di era Kyai Adipati Sawong galing II adalah era kekalahan Pangeran Diponegoro ditahun 1830, dan setelah perang Diponegoro usai Belanda meminta ganti rugi kepada kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat untuk menyerahkan bang wetan dan bang kulon, maka Kabupaten semawung yang masuk wilayah kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat di bang kulon otomatis menjadi milik pemerintah kolonial Belanda semenjak tahun 1830 M. Serta tata pemerintahan kabupaten semawung semenjak tahun 1830 sudah menjadi tata kelola pemerintahan kolonial Belanda yang berpusat di Belanda.

 

Foto Pepunden Kenteng Hok Tek Tong Parakan, yang dibawa dari Desa Jono (Desa Jono era sekarang terletak di Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo) Saat bedol desa atau pengungsian hari Jumat legi 2 juni tahun 1826. Banyak perjuangan dan linangan air mata membawa pepunden itu dari Desa Jono ke Parakan, Parakan dahulu masuk Kabupaten Menoreh. Pengungsian dikawal oleh pasukan Belanda, karena banyak gangguan yang selalu mengikuti mereka dari belakang saat proses pengungsian, baru sampai Kretek sekarang wilayah Kabupaten Wonosobo, gangguan-gangguan itu hilang. #Foto pepunden saat di dalam tandu akan dikirap Tahun 1954, koleksi foto dari Koko The Han Thong  Sejarawan Tionghoa kelahiran Parakan, beliau keturunan Tionghoa Desa Jono yang masih aktif memorikan sejarah Tionghoa khusus nya Tionghoa Jono sekalipun usianya sudah Sepuh, semoga nantinya banyak generasi muda yang melestarikan sejarah, Di bekas Kabupaten Kutoarjo bagian selatan yang dahulu mayoritas penduduknya adalah orang Tionghoa dan diperkirakan dari Geger Pacinan di Batavia tahun 1741, dan di jono adalah salah satu geger pecinan jilid baru di era perang diponegoro di tahun 1826, serta para tionghoa jono bermigrasi ke wonosobo, parakan, temanggung, magelang. Sayang Pepunden ini hilang di curi orang Tahun 1969.
 
Foto. Almanak Van Nederlandsch Indies Voor Het Jaar tahun 1831

Dengan bukti manuskrip atau catatan "almanak Van Nederlandsch Indies Voor Het Jaar tahun 1831. Karesidenan Bagelen dengan residen nya J.W.H. Smissaert

Kyai Adipati Tjokro Djoyo (Reksodiwiryo/Tjokronegoro I) Bupati Ketanggong

Kyai Adipati Sawong Galing Bupati Sewawong

Raden Adipati Arong Binang Bupati Koetowinangon

Mas Toemenggong Sindoe Pattij Bupati Remoe (Gombong)

Pangeran Ario Balitar(K.P.A. Balitar II) Bupati Urut Sewu (yang kelak menjadi kabupaten Ambal)

Menurut keterangan "Almanak Van den Nederlandsch Indies voor het jaar 1831" yang menyebutkan bahwa "Regentschap Semawong"  diperintah oleh Kyai Adipati Sawung galing II.

Almanak Van den Nederlandsch Indies voor het jaar 1831" juga menyebutkan bahwa "Regentschap Ketanggong" diperintah oleh Kyai Adipati Tjokro Djoyo (Reksodiwiryo/Cokronegoro I) yang lalu Reksodiwiryo alias kyai Adipati Tjokrojoyo memusatkan pemerintahan Kabupaten Ketanggong di Brengkelan.    

"Almanak Van den Nederlandsch Indies voor het jaar 1831" juga menyebutkan bahwa "Regentschap Urut Sewu" diperintah oleh Pangeran Ario Balitar(K.P.A. Balitar II) bin B.P.H. Balitar I bin Hamengkubuwono I, beberapa tahun setelah itu kabupaten urut Sewu berubah menjadi kabupaten Ambal. Pasca Perang Jawa berakhir (1825-1830),  Bagelen diubah statusnya dari "mancanegara kilen" milik Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta hadiningrat menjadi milik Belanda dan dijadikan Karesidenan Bagelen. Jika tahun 1830 Karesidenan Bagelen hanya terdiri dari regentschap (kabupaten) Brengkelan (kelak Purworejo), Semawung (kelak Kutoarjo), Ungaran (kelak Kebumen), Karang Dhuwur (kelak Sedayu) maka beberapa tahun kemudian berkembang nama dan jumlah kabupatenya seperti kabupaten ambal dan ledok. Dalam Regeering Almanak 1865 Karesidenan Bagelen memiliki 5 afdeeling yaitu: Purworejo, Kutoarjo, Kebumen, Ambal, Ledok. 

Afdeeling Kebumen memiliki 2 Regentschap yaitu  Regentschap Kebumen dan Regentschap Karanganyar. Setelah Ambal dihapuskan sebagai kabupaten tahun 1872 maka Ambal menjadi salah satu distrik di bawah Regentschap Kebumen.
Tahun 1901 Karesidenan Bagelen dihapus dan wilayah yang berada di dalamnya dimasukkan menjadi wilayah  Karesidenan Kedu. Kebumen (dahulu bernama Panjer) dan Karanganyar (dahulu bernama Remo Djatinegara) termasuk ke dalam Karesidenan Kedu sejak itu.

Setelah kekalahan Pangeran Diponegoro kabupaten brengkelan dan kabupaten semawung dirubah atas usulan kedua bupatinya, nama Purworejo diusulkan oleh Kyai Adipati Tjokrodjojo selaku bupati brengkelan, Nama Kutoarjo diusulkan oleh Kyai Adipati Sawong Galling (II) selaku Bupati Semawong. 
Brengkèlan dinamakan ‘Purworejo’ (awal dari kemakmuran) dan Semawung ‘Kutoarjo’ (kota yang sejahtera, indah, aman, sentosa, dan, makmur), dua-duanya diresmikan oleh Van Pabst di Pendopo Suronegaran pada malam 26/27 Februari 1831.

setelah resmi nama kabupaten dirubah lalu nama Kyai Adipati Tjokrodjojo memakai Gelar dan nama Kanjeng Raden Adipati (K.R.A) Tjokronegoro (I), sedangkan Kyai Adipati Sawong Galling (II) memakai Gelar dan nama Kanjang Raden adipati (K.R.A) Notto Neggoro.

Sumber dari Laporan komisariat untuk urusan daerah kerajaan, Pieter Herbert Baron Van lawick Van pabst, Semarang, 20 April 1831 no 996 (arsip residentie bagelen 5/20) dan di dukung Babad Kedungkebo karya R.A.A. Tjokronegoro I.

 


Setelah kekalahan Pangeran Diponegoro kabupaten brengkelan dan kabupaten semawung dirubah atas usulan kedua bupatinya, nama Purworejo diusulkan oleh Kyai Adipati Tjokrodjojo selaku bupati brengkelan, Nama Kutoarjo diusulkan oleh Kyai Adipati Sawong Galling (II) selaku Bupati Semawong. Brengkèlan dinamakan ‘Purworejo’ (awal dari kemakmuran) dan Semawung ‘Kutoarjo’ (kota yang sejahtera, indah, aman, sentosa, dan, makmur), dua-duanya diresmikan oleh Van Pabst di Pendopo Suronegaran pada malam 26/27 Februari 1831.
 setelah resmi nama kabupaten dirubah lalu nama Kyai Adipati Tjokrodjojo memakai Gelar dan nama Kanjeng Raden Adipati (K.R.A) Tjokronegoro (I), sedangkan Kyai Adipati Sawong Galling (II) memakai Gelar dan nama Kanjang Raden adipati (K.R.A) Notto Neggoro.
 Sumber : dari Laporan komisariat untuk urusan daerah kerajaan, Pieter Herbert Baron Van lawick Van pabst, Semarang, 20 April 1831 no 996 (arsip residentie bagelen 5/20)

 

Foto. Buku Babad Tjerita Kedungkebo yang asli dan orginal serta tersimpan aman rapi di belanda di Anri, Perpusnas hanya ada salinan atau copyan Babad kedung kebo yang oleh beberapa orang digsanti nama menjadi 'Babad Dipanegara dan Babad Purworejo'

Babad Kedung kebo karya Bupati Purworejo Pertama R.A.A. Tjokronegoro I.
Dalam babad itu, Tjokronegoro menceritakan membela wilayah Bagelen bagian timur dari Serbuan Pasukan dan pengikut Pangeran Diponegoro demi kesetiannya kepada Rajanya Pakubuwono VI sebab wilayah kelahiran Tjokronegoro yaitu bagelen sebelah timur yang meliputi bragolan, cangkrep, Loano, brengkelan adalah termasuk 'mancanegara wetan kerajaan Surakarta".

Di dalam babad Tjokronegoro menceritakan serta menggambarkan ketidaksetujuan nya pada tindakan Diponegoro dan menyamakan junjungannya Raja Surakarta waktu itu yaitu Pakubuwono VI Dengan Tokoh Wayang kulit Baladewa yang dibujuk untuk bertapa oleh Krisna supaya tidak ikut perang Baratayudha di pihak Kurawa.
Sementara Pangeran Diponegoro disamakan oleh tjokronegoro dengan Prabu Suyudana, pemimpin Kurawa yang cemerlang tetapi tergoda pamrih dan antagonis.

Dan memang Pakubuwono VI sebenarnya mendukung dan membantu Pangeran Diponegoro secara sembunyi-sembunyi sampai dia dijadikan Pahlawan Nasional.
Pakubuwono VI sesungguhnya memberikan instruksi kepada anak buahnya untuk melakukan perang pura-pura dengan pangeran Diponegoro, tapi entah kenapa yang terjadi dengan Tjokronegoro yang melakukan tindakan berlebihan???...

Terlihat di dalam Buku Tjerita kedungkebo gambar tokoh wayang baladewa dan Krisna yang ber-gagrak Surakarta, karena memang Bagelen sebelah timur yang sekarang meliputi cangkrep, Loano, brengkelan, bragolan adalah wilayah Kasunanan Surakarta, jadi pengaruh seni budaya Surakarta masih kental.


 
Foto. Lukisan Hamengkubuwono II atau HB II.
Sri Sultan Hamengkubuwono II adalah mertua Kyai Adipati Sawunggaling II alias K.R.A.A. "Noto Negoro" Sawunggaling II. Karena Putri ke-73 HB II dari Garwo Ampeyan atau selir bernama B.M.A. (Bendoro Mas Ayu) Puspitoresmi, Dinikahi Sawunggaling (II) yang bernama B.R.Ay. Noto Negoro Sawunggaling (II) (memakai nama suami).

Kyai Adipati Sawunggaling (II) alias K.R.A. "Nottonegoro" adalah priyayi lokal, lalu setelah kekalahan Pangeran Diponegoro bergelar Raden Adipati Notto Negoro menjadi Bupati Kutoarjo perdana.

Kyai Adipti Sawong Galling (II) alias Raden Adipati Notto Negoro dengan istri B.R.A. Notto Negorro Binti Hamengkubuwono II mempunyai Putra yaitu :

  1. R.A. Soerokoesomo
  2. R.A. Prawiro atdmojo
  3. R.M. Tangkah Rusuk Busono
  4. R.M. Wirotirto
  5. R.M. Tjokro winoto
  6. R.M....

 

 

 
Foto. makam R.A. Prawiroatdmodjo di Semawung Daleman Kutoarjo, putri pertama adipati sawunggaling II dengan B.R.A. Notto Neggoro Binti Hamengkubuwono II.

 

 
Foto. Makam, yang tertulis di dalam nisan bernama Raden Adipati Ario Tjokro Winoto, salah satu putra Adipati sawongg Galling II dengan B.R.A. Notto Neggoro Binti Hamengkubuwono II. Makam berada di semawung daleman

 



 

 
Foto Almanak En Naamregister van Nederlansche Indie Voor Het Jaar tahun 1841 halaman 44 dan Almanak En Naamregister van Nederlansche Indie Voor Het Jaar tahun 1850 halaman 64 yang mencatat bahwa Regent alias Bupati Kutoarjo adalah Raden Toemenggong Sawonggaling II dengan Pengulu Kyai Haji Kastubo bin Kyai Nur Muhammad Alang-alang Omb dan Nama Kabupaten Semawung semenjak tahun 1832 telah dirubah menjadi kabupaten Kutoarjo sekalipun pusat pemerintahan masih di semawung dalemam

 Raden Toemenggong Sawong galing (II) menjabat sampai tahun 1851( Sumber : Koran Bredasche Courant 20 November 1851, Tentang meninggal Dunianya Bupati Kutoarjo Sawonggaling (II) di Tahun 1851) lalu pemerintahan di tahun 1851 - 1857 tidak ditemukan Nama bupati serlanjutnya di Almanak Nederlanche Indie, kemungkinan ada pejabat sementara sebagai pengganti, baru di tahun 1858 dilanjutkan oleh menantunya R.M. Soerokusumo yang sebelumnya menjabat patih di Kabupaten Ambal (Sumber : Bappedda Tingkat II Kabupaten Purworejo). R.M. Soerokoesomo menjabat Bupati Kutoarjo hanya Dua tahunan yaitu tahun 1858-1859 Yang terdapat di dalam Almanak Nederlandsche Indie Tahun 1858 dengan Gelar Raden Mas Toemenggung (R.M.T.). Soerokoesumo.

  
 Foto. Almanak Nedelandsch Indie Tahun 1859, disitu tertulis Bupati Kutoarjo Raden Toemenggong Ario Soero Koesomoe, Djaksa Raden Martoredjo, Penghulu Hajie Moehamat Soehodo. Tanggal 21 Juni 1860 R.M.T. Pringgo admodjo dilantik menjadi Bupati Kutoarjo menggantikan R.M.T. Soerokoesomo

Karena kondisi stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan kabupaten semawung pasca perang Diponegoro masih banyak pengikut pangeran Diponegoro yang melakukan Kraman (kekacauan, pembegalan, pencurian, kejahatan) kepada Belanda dan antek-anteknya maka Belanda sangat perlu mengangkat seorang bupati bekas pengikut dan Pejuang Perang Diponegoro untuk meredam perlawanan sisa-sisa pengikut pangeran Diponegoro di kabupaten semawung dan sekitarnya maka Belanda mengangkat R.M. Soerokusumo bin Gusti Pangeran Hario Balitar I bin Hamengkubuwono I sebagai Bupati Semawung dengan gelar R.M.T. Soerokusumo, pada saat pemerintahan R.M.T. Soerokusumo pusat pemerintahan dari Semawung Daleman dipindah ke Desa Senepo (Sumber : Bappeda Tingkat II Purworejo) dan pada waktu itu Senepo sudah menjadi nama "KOETHOARJO" kutoarjo (bahasa Jawa: ꦏꦸꦛꦲꦂꦗ).

 

 
Foto. Makam Kyai Adipati Sawungaling II alias K.R.A. Noto Negoro Sawunggaling II di Semawung Daleman kutoarjo
Disampingnya ada makam istrinya B.R.A. (Bendoro Raden Ayu) Sawunggaling II binti Hamengkubuwono II.
 Juga ada makam penasehat Spritual nya Habib Abdullah Bafaqih (ada penutup Klambu) dan Habib Zein bin Ghasim baraqbah, yang bisa jadi juga beliau-beliau juga merangkap sebagai "Kapiten Arab".
 Serta ada makam Nyai pandan Sari bersama suaminya, nyai pandan sarii adalah pengawal pribadi istri Sawunggaling II yaitu B.R.A. Sawunggaling II. Nyai Pandan Sari adalah pendiri desa Sidoarum

 

 
 Foto. Makam istri/garwo padmi/permaisuri Bupati Semawung/Kutoarjo K.R.A. Noto Negoro Sawunggaling II yang bernama B.R.Ay. Noto Negoro(janda tumenggung nottonegoro yogyakarta) binti Hamengkubuwono II. G.B.R.A. (Gusti Bandoro Raden Ayu) Sawunggaling II binti Hamengkubuwono II. Di kelurahan Semawung Daleman Kutoarjo, dalam Nissan makam tertulis wafat 13 Agustus 1913. Menurut analisis saya umur beliau ±100 tahun karena hidup di masa perang Diponegoro 1830 Hamengkubuwono II punya putri dari Garwo Ampeyan atau selir B.M.A. (Bendoro Mas Ayu) Puspitoresmi yang melahirkan B.R.Ay. Noto Negoro Sawunggaling II.
 


 
 Foto. Salah satu bukti primer Bagan dan surat kekancingan salah satu ahli waris keturunan dari B.R.Ay. Notto Negoro Sawunggaling II Binti Hamengkubuwono II.
 B.R.A. Notto Negoro adalah istri K.R.A. Notto Negoro Sawunggaling II Bin K.R.T. Kertonegoro Sawunggaling I. 
 
Dari sekian banyak penelusuran, saya menemukan banyak sekali keturunan Sawungaling II Notto Negoro baik itu yg sudah mengurus surat kekancingan baik yg belum mengurus surat kekancingan...Salah satunya mbk Ayu ainul azizah dari Jember..
.Berikut surat kekancingan nya :


Hamengkubuwono II
       I
B.R.A. Sawungaling
       I
R.M. Wiro Tirto
      I
R.M. Djojo dikromo
      I
R.M. Kartodikromo
       I
R. Sumadi kertoatmojo
     I
R.Ngt. Suparti
     I
R. Soni Harsono
     I
Ayu Ainul Azizah

 

Dalam catatan ditemukan perdagangan di Kabupaten Kutoarjo lebih maju di banding kabupaten Purworejo, di kutoarjo waktu itu banyak pengrajin tenun dan barang pecah belah dari tanah liat. Semawung diperkirakan merupakan daerah perdagangan yang cukup ramai, saat itu banyak pedagang-pedagang Cina berdatangan.

 

 
Foto. Makam Pangeran Balitar I di Astana temenggungan lembah Gunung Lawang Kaliwiro selomanik Wonosobo.
  Setelah era pangeran Diponegoro tertangkap para pengikut pangeran Diponegoro banyak yang menggunakan penyamaran, sandi, dan kamuflase untuk menghindari kejaran Belanda, dan pangeran Diponegoro dalam babatnya tidak menulis para pengikutnya yang masih eksis yang ditulis beliu hanya pengikut nya yang sudah menyerah kepada Belanda. Pangeran Balitar setelah perang Diponegoro membabat hutan di lembah Kaliwiro Ledok (Wonosobo) beliau memakai nama Kyai K.R.M.T. Selomanik.
 Pangeran Balitar I adalah ayahhanda Bupati Kutoarjo yang Ke-2 R.M.T. Soerokusumo

 

 
 Foto. Makam Istri Pangeran Balitar di Makam Ageng Loano Surokusuman yang sekarang terletak di desa Loano, kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo. 
 
R.M.T. Soerokusumo saat wafat dimakamkan di makam Ageng Loano, karena ayahnya Pangeran Balitar mendapatkan lemah lungguh untuk Pangeran kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat di wilayah Kasunanan Surakarta Hadiningrat tepatnya di Loano, disitu juga ada makam istri Pangeran Balitar. 
 
 
 Foto. Makam R.M.T. Soerokusumo Bupati Kutoarjo yang Ke-2 Bin Pangeran Balitar bin Hamengkubuwono I di Loano Purworejo.
 Kalau dihitung dari kekalahan Pangeran Diponegoro di bulan Maret 1830 serta kabupaten Semawung/Kutoarjo menjadi full dibawah kekuasaan kolonial Belanda, maka R.M.T. Soerokusumo adalah Bupati Kutoarjo yang ke-2

Ini alasan kenapa makam Pangeran Balitar bin HB I berada di Selomanik.

Dan makam Bupati Kutoarjo yang Ke-2 R.M.T. Soerokusumo bin HB I berada di Loano yang Loano waktu itu adalah wilayah kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Dikarenakan di Selomanik adalah tanah mahosan ndalem untuk Raja HB I yg digunakan Pangeran Balitar putra HB I

Untuk tanah lungguh yaitu tanah gaduhan Raja HB I  untuk para  pangeran kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat ada di loano lalu dipakai buat makan istri Pangeran balitar dan anaknya R.M.T. Soerokusumo

.Lengis, yang sekarang menjadi Desa Kedungkamal, Kecamatan  Grabag kutoarjo, Juga Semawung juga ada tanah Mahosan Dalem Raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat Yogyakarta.

Wilayah mancanegara di luar kotanagari (DIY) terutama bang kulon tepatnya bagelen setelah palihan nagari (perjanjian Janti kalau logat Belanda menyebutkan Giyanti) yang terjadi pada tahun 1755 terbagi secara acak antara kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan kasunanan Surakarta Hadiningrat. Wilayah mancanegara Karesidenan Bagelen setelah perjanjian Giyanti tahun 1755 yang membelah kerajaan Mataram menjadi dua yaitu kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan kasunanan Surakarta Hadiningrat, terbagi secara acak antara Kasultanan dan kasunanan.

Setelah Mataram dipecah sigar semangka dalam Perjanjian Giyanti (1755) sebagai konsekuensinya maka wilayah Bagelen juga dibagi antara kekuasaan Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta dengan batas yang tidak begitu jelas. 

Pembagian yang tumpang tindih serta ketidakjelasan dalam batas wilayah sering membawa pertikaian di kalangan penguasa lokal. Misalnya, terjadi perebutan tanah lungguh oleh para Gunung atau Bupati atau pembesar tanah yang ditugasi oleh keraton. 

Sebagai wilayah Negaraagung pada masa Kerajaan Mataram, pembagian wilayah Bagelen pasca Perjanjian Giyanti juga hampir sama, yaitu  sebagai berikut:

 a. Tanah Mahosan Dalem yaitu tanah lungguh milik Raja/Sultan. 

Untuk Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat meliputi Bapangan (Jenar), Semawung (Kutoarjo) disana ada makam B.R.A. Notto Negoro bin Hamengkubuwono II istri Adipati Sawunggaling II, Ngrawa, Watulembu, Lengis (Kedungkamal) Grabag disana ada makam R.M. Djojo Sundargo alias Basah Djojo Sundargo salah satu panglima Pangeran Diponegoro yang mempunyai seribu prajurit, Selomanik (Wonosobo) disana ada makam Pangeran Balitar, dan Semayu.

Sedangkan untuk Kasunanan Surakarta meliputi Tanggung (Cangkrep) Sidomulyo, Wala/desa nambangan, grabag (dulun pernah masuk kabupaten Ambal lalu di era Bupati kutoarjo Pangeran Purboatdmodjo masuk kabupaten Kutoarjo), Panjer (Kebumen), dan Tlogo (dulu masuk kabupaten ambal).

 

 
Foto-foto : Jirat makam di kompleks makam Sawunggaling (II) Semawung Daleman Kutoarjo yang bergaya "Hamengkubuwanan". Sayang jirat kijing makam Sawunggaling (I) dan (II) sudah diganti tidak sesuai aslinya. 

 b. Tanah lungguh yaitu tanah gaduhan Raja/Sultan untuk para pangeran dan pejabat kerajaan.

Untuk Kasultanan Yogyakarta meliputi Loano ( disana ada makkam R.M. Soerokusumo bin Pangeran Balitar I), Blimbing (Karanganyar), dan Roma Jatinegoro (Karanganyar). 

Sedangkan untuk Kasunanan Surakarta meliputi Merden dan Kutowinangun.

 c. Daerah kerja Gladak yaitu daerah yang penduduknya dikenakan wajib kerja di istana atau hutan. 

Untuk Kasultanan Yogyakarta terletak di Selomerto dan untuk Kasunanan Surakarta terdapat di Gesikan (Kutoarjo).

 d. Tanah bagi para pemuka atau lembaga keagamaan dan penjaga makam yang menjaga makam keramat. Penentuannya bergantung pada kebijakan masing-masing penguasa lokal.

Kondisi Bagelen pasca Perjanjian Giyanti yang mengakibatkan tanah lungguh milik Kasultanan dan Kasunanan saling tumpang tindih membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat. Batas yang tidak jelas membuat keamanan sulit dikendalikan. Misal, penjahat yang melakukan kejahatan di wilayah Kasultanan, dapat melarikan diri dengan mudah ke desa di wilayah Kasunanan karena Tamping (polisi desa) Kasultanan tidak dapat memasuki wilyah Kasunanan, begitu pula sebaliknya.Ketika berlangsungnya Perang Jawa atau Perang Diponegoro (1825-1830), Bagelen yang merupakan wilayah persengketaan antar 

elite Jawa dan elite Kolonial, juga merupakan tempat atau ajang penyusunan kekuatan pasukan pengikut Diponegoro. Oleh karena itu 

trauma perang Diponegoro selalu membayangi Pemerintah Kolonial di wilayah ini.

Setelah kekalahan Pangeran Diponegoro di bulan Maret 1830 dan Setelah ditandatanganinya kontrak politik 27 September 1830, sebagai akibat dari kekalahan Pangeran Diponegoro atau Perang Jawa, terjadilah apa yang disebut sebagai "peralihan nagari", yaitu terlepasnya “mancanegara” Bagelen yang semula merupakan lumbung padi bagi Kasultanan Ngayogyakarta maupun kasunanan Surakarta.

Terlepasnya karesidenan Bagelen dari kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan kasunanan Surakarta Hadiningrat adalah Sebagai kompensasi atas biaya dan kerugian yang sangat besar diderita VOC, sekaligus hukuman belanda terhadap kasultanan Ngayogyakarta maupun kasunanan Surakarta. 

Dengan ditandatanganinya perjanjian 22 Juni tahun 1830 yang kemudian disusul dengan perjanjian 3 November 1830, karesidenan Bagelen resmi menjadi wilayah Residensi Belanda, hanya beberapa bulan setelah selesainya Perang Jawa. Pusat pemerintahan adalah di Brengkelan (Brinkeleen) sebagai ibu kota Karesidenan Bagelen. 

Ibu kota yang semula oleh Belanda di Brengkelan dipindahkan di Kedung-Kebo, bekas benteng stelsel Perang Diponegoro (tangsi VOC) yang seekarng menjadi markas Yonif 412. Wonosobo yang dulu Terkenal dengan nama kabupaten Ledok yang terdiri dari Ledok Dan Gowong (Bruno), awalnya bukan wilayah yang karesidenan Bagelen.

Kedudukan Bagelen sebagai sebuah karesidenan kemudian dihapus pada 1 Agustus 1901 dan digabung dengan Residensi Kedoe di utara (Afdeeling Temanggoeng & Afdeeling Magelang). Dengan demikian terhapuslah nama besar Bagelen, mulai dari nama negaragung Mataram (1600-1755), mancanegara Surakarta & Yogyakarta (1755-1830), lalu menjadi residensi (1830-1901) dan akhirnya digabung dengan Residensi Kedoe (mulai 1901) sehingga akhirnya hanya menjadi nama Kecamatan di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah (saat ini).

 Putra-Putri B.P.H. Balitar I Bin Hamengkubuwono I :

  1. R.M.A. Suryowinoto (krian) sedo ing mekah arab saudi.
  2. R.A. Jayengdipuro - jogja
  3. R.A. Purbowinoto - jogja
  4. K.P.A. Balitar II Bupati urut sewu/ambal sumare ing payaman magelang.
  5. R.A. Kertopengalasan - menjadi istri Basah kertopengalasan.
  6. R.A. Notodipo bupati pertama jogja sumare ing lempuyangan
  7. R.M.T. Soerokoesomoe Bupati Kutoarjo, tinggal di pangen, sumare ing loano.
  8. R.M.A. Pringgo taruno.
  9. R.M.A. Sudirokusumo

Udah menjadi strategi belanda untuk mewajibkan terjadi pernikahan antara keturunan Pengikut pangeran diponegoro dengan keturunan para bupati dan  bangsawan yang pro belanda

Putra-Putri R.M.T. Soerokoesomoe bupati kutoarjo bin B.P.H. Balitar I ;

  1. R.M. Tjokrokoesomoe - ondercollektur Kabupaten Kutoarjo, salah satu istrinya adalah putri bupati purworejo K.R.A. Tjokronegoro I Adik  R.A Sasi tjokroadisoerjo dan adik Tjokronegoro II beda ibu.
  2. R.M. Suyudi sutodikusumo - Patihn Pekalongan. istrinya adalah putri Aroembinang IV
  3. R.A. Kertokusumo
  4. R.M. Sumoatdmodjo
  5. R.M.  Atmodjo kusumo - assisten wedono selomoyo
  6. R.A. Surowilogo - glondong winong/mirit
  7. R.M. Jiwo kusumo - jr. wedono kedung tawon
  8. R.M. Bancak harjokusumo - kweekeling
  9. R.M. Sulur wongsokusumo - wedono kutoarjo
  10. R.A. Melek tirtorejo - istri wedono wonosobo
  11. R.A. Wela asihatmodiwiryo - istri sipir
  12. R.A. Pringgodiharjo - istri guru loano (siti ngaisah)
  13. R.M. Jaret sastrokusumo - wedono Kutowinangun.
  14. R.M. Junus menak agung wiryokusumo - opas (Eyang canggahnya Almahrum Jenderal Sarwo Edhie Wibowo)
  15. R.A. Suryokusumo - bupati gunung kidul
  16. R.M. Adam atmokusumo - assisten wedono banyuurip
  17. R.M. Samut - assisten wedono klegen
  18. R.A. Joyo atmodjo - istri guru pare kediri.  

 

 
Foto. almanak Van Nederlandsch Indies Voor Het Jaar tahun 1832

 

Dengan bukti manuskrip atau catatan "almnak Van Nederlandsch Indies Voor Het Jaar" tahun 1832 

Karesidenan Bagelen dengan residen nya J.W.H. Smissaert

Raden Adipati Tjokro Negoro Bupati Poerworejo

Raden Adipati Noto Negoro (Sawunggaling II) Bupati Kutoarjo

Raden Adipati Arong Benang Bupati Kebumen

Raden Toemenggong Joedo Negoro Bupati Sidajoe.

Menurut keterangan "Almanak Van den Nederlandsch Indies voor het jaar 1832" yang menyebutkan bahwa "Regentschap Koetoardjo" mulai diperintah oleh Raden Adipati Noto Negoro (Nama lain dari Sawunggaling II). Pemerintahan baru ini untuk menggantikan administrasi lama yang bernama Semawong, usai kekalahan Perang Diponegoro.

"Almanak Van den Nederlandsch Indies voor het jaar 1832" juga menyebutkan bahwa "Regentschap Poerworejo" mulai diperintah oleh Raden Adipati Tjokronegoro I yang bernama asli Reksodiwiryo. Pemerintahan baru ini untuk menggantikan administrasi lama yang bernama brengkelan (Ketanggong), usai kekalahan Perang Jawa/Perang Diponegoro.

Secara administratif, pembentukan kota Kutoarjo dan kota Purworejo baru dimulai pasca Perang Jawa (1825-1830) dan menggantikan Kabupaten Semawong dan Kabupaten brengkelan (Ketanggong). Bersamaan pada akhir Februari tahun 1831, Van Pabst datang ke Karesidenan Bagelen dan meminta mengubah nama-nama administrasi lama yaitu Semawung menjadi Kutoarjo, Brengkelan menjadi Purworejo, Ungaran menjadi Kebumen, Karang Duhur menjadi Sedayu (Peter Carey, 2017:200). Termasuk Kabupaten Karanganyar menjadi sebuah administrasi baru menggantikan Remo Jatinegara di tahun 1832.

Kabupaten Karang duhur yang dimaksud bukan Sebuah desa di kecamatan Kemiri kabupaten Purworejo yang bernama karangduwur tapi suatu daerah di Gombong sekitar benteng Van der Wijck

Sayang Bekas bersejarah kadipaten semawung untuk menjadi bukti artefak permulaan Kabupaten Kutoarjo menjadi sebuah administrasi pemerintahan baru sangat minim bahkan bisa dikatakan hilang hanya menyisakan sedikit seperti makam-makam.

 R.M.T. Soerokusumo menjadi Bupati Kutoarjo dari tahun 1858 - 1860 M lalu Bupati selanjutnya atas kebijaksanaan Belanda bukan putra R.M.T. Soerokusumo, tetapi dipilih dari kerabat dekat Kraton kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yaitu K.R.T. Pringgo Atmodjo yang memerintah kabupaten kutoarjo dari tahun 1860 M sampai tahun 1870 M.


 
 Lukisan K.R.T.. Pringgoatdmojo Bupati Kutoarjo yang ke-3, Kalau dari kekalahan Pangeran Diponegoro di tahun 1830 dan Kabupaten Semawung/Kutoarjo menjadi milik full Pemerintahan kolonial Belanda, maka K.R.T. Pringgoatdmojo adalah Bupati Kutoarjo yang Ke-3 terhitung dari Raden Adipati Notto Negorro alias Sawong Galling II.
 Toemenggong Pringgoatdmojo Dilantik menjadi Bupati Kutoarjo tanggal 21 Juni 1860.
 Beliau menjabat Bupati kutoarjo dari tahun 1860-1870

Masa pemerintahan R.M.T. Soerokusumo memindahkan dan membangun pusat kota baru dan kantor Kabupaten dari Semawung Daleman ke daerah di selatan gunung tugel yaitu desa Senepo, diatas tanah seluas 8 hektar, ditambah tanah wakaf dari ulama K.H. Muhammad Kastubo bin K.H. Nur Muhammad Alang-alang Ombo giri Gondo pituruh.
"Koetoardjo" yang artinya Kota yang aman, indah, nyaman, makmur, dan Sejahtera.
Maka resmi sudah kutoarjo menjadi pusat kota dan pemerintahan baru menggantikan pusat pemerintahan lama yaitu semawong Daleman, dan kabupaten Semawung berubah nama menjadi kabupaten kutoarjo.


Peta Kabupaten Kutoarjo Tahun 1860 Sumber : http://maps.library.leiden.edu/. Dapat Dilihat di Tahun 1860  Senepo sudah menjadi Ibukota Kabupaten Kutoarjo yang persis di sebelah Utara Semawung.
ini membuktikan sebelum Tahun 1860 Ibukota Kabupaten Kutoarjo sudah berpindah dari Semawung ke Senepo

K.H. Muhammad Kastubo adalah Pengikut Pangeran Diponegoro(Peter Carey. Kuasa Ramalan) juga perintis dan Pengulu pertama kabupaten kutoarjo sekaligus perintis pengadilan Agama, serta selanjutnya dilanjutkan oleh putra-putra beliau.

 
Makam K.H. Muhammad Kastubo bin kyai Nur Muhammad Alang-alang Ombo giri Gondo pituruh, K.H. Muhammad Kastubo adalah Putra Kyai Nur Muhammad Alang-alang Ombo dengan istri putri Mangkunegaran I. K.H. Muhammad Kastubo adalah Pengulu Kabupaten Kutoarjo era Sawunggaling sekaligus pemberi tanah wakaf Madjid Al Izhar Kutoarjo sekaligus Pengulu pertama kabupaten kutoarjo dan perintis pengadilan agama.



Di dalam buku manuskrip Almanak en Naamregister Van Nederlandsch indie voor Her Jaar 1841 diterbitkan di Batavia

Halaman 44 bisa kita lihat kabupaten Purworejo Bupati nya Cokronegoro dengan penghulunya adalah Haji Badaruddin, Haji Badaruddin adalah mantan pejuang perang Diponegoro yg dipercaya oleh Pangeran Diponegoro sebagai pemimpin pasukan Kaji bernama Suryogomo berjumlah 40 prajurit dan kaji Badaruddin bergelar "Dullah" (sumber babat Diponegoro Manado). Dan Kabupaten Kutoarjo dengan Bupati nya Raden Toemenggong Sawunggaling serta pengulu nya adalah haji Kastubo bin kyai Nur Muhammad alang-alang Ombo (Giri Gondo pituruh). Itu membuktikan setelah kekalahan Pangeran Diponegoro di tahun 1830 kabupaten semawung sudah berganti nama menjadi kabupaten kutoarjo Sekalipun pusat pemerintahan masih di semawung Daleman.
 Dan bupati kutoarjo perdana Kutoarjo di era kolonial Belanda adalah Sawunggaling Nottonegoro.

Pembangunan pusat pemerintahan belum maksimal sampai berakhirnya pemerintahan R.M.T. Soerokusumo di tahun 1860. lalu pembangunan dilanjutkan oleh Bupati selanjutnya K.R.T. Pringgo Atdmodjo sampai tahun 1870 sudah lengkap dengan Alun-alun Kutoarjo, di era Bupati Kutoarjo yang ke-4 Pangeran Purboatmodjo, Masjid di pugar kembali pada tahun 1887.

Kontruksi bangunan masjid agung Al Izhar Kutoarjo berasal dari pindahan dari kabupaten Ambal, empat (4) Batang tiang tengah (Soko guru) berasal dari kediaman KH Muhammad Kastubo yaitu desa giri Gondo alang-alang Ombo pituruh.

 bukti almanak en naamregister van nederlandsch indie voor her jaar tahun 1841kabupaten kutoarjo dibawa bupati Raden Toemenggung Sawonggaling (II)  disitu tertulis pengulunya "Hadjie Kastubo"

sedangkan di almanak tahun 1865 dibawah bupati kutoarjo raden toemenggong pringgo atdmodjo pengulunya adalah "Haji muhhammad suhada"

Masjid Al Izhar kutoarjo adalah masjid dari tanaah wakaf K.H. Kastubo bin kyai nur Muhammad alang-alang Ombo
Ukuran Tanah 75 X 45 M = 3. 375 M²
Ukuran masjid 35 X 19 M = 665 M²
Pernah di pugar di era Bupati Kutoarjo Pangeran Purboatmodjo pada tanggal 9 September 1887 prasasti tahun pemugaran ada di dalam masjid agung Al Izhar kutoarjo.
Kontruksi bangunan berasal pindahan dari kabupaten Ambal, 4 Batang tiang tengah(Soko guru) dari padukuhaan Alang Alang Ombo Giri Gondo pituruh. Masjid Al Izhar Kutoarjon sudah lengkap dengan Gedung Peulu/pengadilan Agama.

Berikut Nama-nama Pengulu Kabupaten Semawung/Kutoarjo semenjak kekalahan Pangeran Diponegoro tahun 1830, dengan pengulu pertama adalah K.H. Kastubo bin kyai Nur Muhammad alang-alang Ombo Giri Gondo pituruh

berikut susunan nama-nama pengulu semenjak kekalahan pangeran diponegoro dan kabupaten semawung menjadi milik kolonial belanda serta dirubah nama menjadi kabupaten kutoarjo serta bupati perdananya adalah Kanjeng Raden Adipati Notto Negoro/Sawong galing II Serta pengulu pertama adalah Haji kastubo :

  1. K.H. Kastubo bin kyai Nur Muhammad alang-alang Ombo 
  2. K.H. Mohammad Soehodo (Syuhadak)
  3. K.H. Abu Bakar
  4. K.H. Abdullah Siradj
  5. K.H. Mohammad Noer
  6. K.H. Machfudz
  7. K.H. R. Mohammad Zein
  8. Kyai Abdul Choliq
  9. K.H. R. Damanhuri
  10. Kyai Hasyim
  11. Kyai Waqrin
  12. Drs. Muhadi syuhadak . Tahun 1972 kantor Pengulu atau KUA dipindah dari masjid Agung Jami'Al Izhar kutoarjo ke kompleks Kecamatan kutoarjo

 

 

 
Alamanak Nederlands-Indie tahun 1865menyebutkan bahwa Di Era Bupati Kutoarjo Regent. Raden Toemenggung Pringgo Admodjo yang menjabatat mulai 21 Juni 1860, Pengulunya adalah Haji Muhhamad Suhada.

waktu pemerintahan R.M.T. Soerokusumo dibangun pula rumah kepatihan yang kini menjadi kantor kecamatan Kutoarjo. sedangkan rumah dinas dan kontrolir yang terletak di dusun tegal desa senepo sebagian masih utuh dan sekarang dijadikan untuk Mapolsek Kutoarjo, kantor Landraad/kejaksaan di sudut alun-alun Kutoarjo yang sekarang dimanfaatkan oleh PDAM.

 


 
Foto Makam Bupati Kutoarjo Ke-3 K.R.T. Pringgo Atdmojo bersama garwo padmi beliau di komplek makam keluarga Giri Djumantoko Bukit satria Desa Kaliwatubumi, Butuh
 Foto  setelah dipugar oleh ahli waris beliau dari  yogyakarta Makam Bupati Kutoarjo Ke-3 K.R.T. Pringgo Atdmojo bersama garwo padmi

Waktu pemerintahan K.R.T. Pringgo Atdmodjo kabupaten Kutoarjo dibagi menjadi empat District atau kawedanan yakni :
1. Kawedanan Kemiri,
2. Kawedanan pituruh,
3. Kawedanan ketawang, dan
4. Kawedanan purwodadi.

 

 
Foto. Dari bukti realita Manuskrip atau catatan administrasi pemerintahan kolonial Belanda yang berjudul "Almanak Voor ned. Ind. Tahun 1930" memperkuat literisasi saya dari segala sumber primer dan sumber sekunder juga data-data serta buku-buku bahwa kabupaten Kutoarjo terutama di era Bupati Raden Adipati Aryo Purbohadikusumo yang menjabat dari tanggal 6 Desember tahun 1915 terbagi 4 kawedanan yaitu
 1. kawedanan Kutoarjo
 2. Kawedanan kemiri (wedono M.Sosrosoepono)
 3. Kawedanan pituruh(wedono  Joedojono)
 4. Kawedanan Purwodadi (R. Ngabei Soesmojo)
 Patih R. Tarijadi alias Nitihardjo
 Regentschapssecretaris alias sekretaris Kabupaten R. Soedarjo

 Sedangkan kabupaten Purworejo di era Bupati Raden Toemenggong Ario Hasan Danudiningrat menjabat dari tanggal 24 Oktober tahun 1928 Terbagi 3 Kawedanan yaitu :

1. Kawedanan Purworejo

2. Kawedanan Loano

3. Kawedanan Cangkrep

 

 
Foto. Pangeran Adipati Purboatmodjo Bin K.R.T. Pringgoatdmojo
Pangeran Adipati Purboatmodjo adalah Bupati Kutoarjo yang Ke-4. Bupati yang mempelajari dan menguasai bidang tata kelola air, pemanfaatan sumber daya alam, konservasi lingkungan, tehnik bangunan bendungan yang jarang dikuasai pribumi.
beliau bupati enviromentalis alias pecinta lingkungan hidup pertama dari pribumi(indonesia) dimasa koloniasl belanda serta satu-satunya orang pribumi yang menjadi anggota organisasi lingkungan hidup Hindia-Belanda. kalau dihitung dari kekalahan Pangeran Diponegoro di bulan Maret 1830, dan kabupaten kutoarjo menjadi full milik kolonial Belanda maka pangeran Purboatmodjo adalah Bupati Ke-4 yang menjabat dari 19 Oktober 1870-1915 (45 tahun)
 Pangeran Adipati Purboatdmojo lahir pada tanggal 19 Oktober 1849 dan wafat pada tanggal 13 Oktober 1928. 

Masjid Jami' Kutoarjo selesai dibangun tahun 1860 lengkap dengan kantor pengadilan agama atau pengulu.
Tahun 1887 saat kemarau panjang masjid jamik Kutoarjo dipugar oleh Bupati kutoarjo ke-4 Pangeran Poerbo Atdmodjo, Prasasti Tahun Pemugaran ada di dalam masjid bertahun 1887

 

 
Masjid Agung Jami'  Al Izhar Kutoarjo, dari tanah wakaf K.H. Muhammad Kastubo bin kyai Nur Muhammad Alang-alang Ombo giri Gondo pituruh.
 Berdasarkan ketuaan bangunan maupun sisi historis masjid Al Izhar kutoarjo dimasukkan ke dalam benda cagar budaya tidak bergerak dengan nomor inventaris : 11-06/Per/TB/27

 pesatnya perdagangan di Kutoarjo setelah dibangun rel Kereta api Yogyakarta - Purwokerto tahun 1880 - 1885 M di Era Bupati Pangeran Purboatmodjo kemudian pada tahun 1890 M dibangun  rel kereta dari Kutoarjo - purworejo.


FOTO BUPATI KUTOARJO PANGERAN PURBOATDMOJO dengan R.A Sandimah yaitu ISTRI/GARWO PADMI PUTERI BUPATI PURWOKERTO (1860-1879) sekaligus menjadi BUPATI BANYUMAS (1879-1913) PANGERAN ADIPATI ARIA MERTADIREDJA III

Pangeran Adipati Purboatdmodjo adalah menantu dari Bupati Purwokerto/Banyumas yang bernama Pangeran Adipati Aria Mertadiredja III, Berikut seklumit biografi K.P.A.A. Mertadiredja III, Mertua dari Bupati Kutoarjo Pangeran Purboatdmojo.
Raden Adipati Mertadiredja III Adalah Putra dari Bupati Purwokerto Pertama yaitu Kanjeng Pangeran Aria Mertadiredja II yang menjabat dari tahun 1832 sampai 1853.
Raden maryadi, nama kecil adipati Mertadiredja III, dikhitan pada usia 13 taun
8 bulan kemudian, pada usia 13 taun 8 bulan, bekerja sebagai juru tulis kabupaten purwokerto
9 bulan kemudian, pada usia 14 taun 4 bulan, diangkat menjadi juru tulis, dengan nama Raden Mertaredja
4 bulan kemudian, pada usia 14 taun 8 bulan, diangkat sebagai mantri polisi distrik purwokerto.
2 taun kemudian, pada usia hampir 17 taun, diangkat menjadi onderkolektur kabupaten banjarnegara.
2 taun kemudian, pada usia 19 taun, diangkat menjadi bupati purwokerto ketiga, menggantikan kakak iparnya, jayadireja, dengan nama mertadiredja III.
Setelah menjabat selama 15 tahun baru pada tanggal 7 November 1875 Gubernur Pangeran Mertadiredja III barulah mendapatkan gelar Pangeran Adipati Mertadiredja III
19 taun menjadi bupati purwokerto, pada usia 38 taun dipindah menjadi bupati banyumas menggantikan cakranegara II.
34 taun lamanya menjadi bupati banyumas, pada usia 73 taun 8 bulan, mengajukan pensiun.
total lamanya bekerja pada belanda, sejak usia 14 taun, adalah 58 taun 8 bulan
Diakhir masa jabatannya bupati menggunakan gelar kehormatan Pangeran Adipati Aria Mertadiredja III, dan mengajukan pensiun pada tahun 1913 dan pensiun dengan hormat pada 6 November 1913.
Pangeran Aria Mertadiredja III mengajukan pensiun dan digantikan oleh putranya yaitu PAA Gandasoebrata yang menjabat dari tahun 1913 hingga tahun 1933. Kemudian digantikan lagi oleh cucunya yaitu RAA Soedjiman Mertadiredja Gandasoebrata yang menjabat mulai tahun 1933 hingga tahun 1950.
RAA Soedjiman Mertadiredja Gandasoebrata 19 April 1942 diangkat menjadi Residen merangkap menjadi bupati Banyumas.
Beberapa medali dan gelar yang diperoleh oleh Pangeran Adipati Mertadiredja III adalah:
• 10 April 1883 mendapatkan tanda kehormatan dari gubernur yaitu medali bintang Jene
• 4 November 1890 mendapatkan tanda kehormatan dari gubernur songsong jene
• 28 Agustus 1900 mendapatakan tanda kehormatan dari ratu Belanda yaitu Ridder Oranje Nassau
• 12 November 1900 mendapatkan gelar kehormatan dari gubernur yaitu gelar Aria sehingga menjadi Pangeran Adipati Aria Mertadiredja III
• 29 Agustur 1901 mendapatkan tanda kehormatan dari Ratu belanda menggantikan Ridder Oranje Nassau menjadi Officier Oranje Nassau. Penghargaan ini diberikan kepada bupati yang telah berjasa pada kontribusi wilayah internasional.
• 27 Agustus 1904 mendapatkan tanda kehormatan dari Ratu Belanda Ridder Nederlandsche Leeuw. Penghargaan ini diberikan oleh Ratu belanda karena jasanya yang sangat istimewa bagi masyarakat.
• 26 Agustus 1910 mendapatkan tanda kehormatan dari gubernur yaitu Pengeran Ngagem Songsong Gilap
14 taun kemudian, pada usia 88 taun, Raden maryadi, atau Raden mertadiredja, atau Adipati mertadiredja III, meninggal dunia.
Pada masa pemerintahan Pangeran Adipati Aria Mertadiredja III merupakan masa-masa awal wilayah karsidenan Banyumas yang merupakan daerah pedalaman mulai dieksploitasi dan dibangun menjadi kota kolonial yang nyaman untuk orang-orang Eropa.
1. Dibangun pabrik gula Klampok pada tahun 1888
2. Pada tahun 1888 dibangun jalur kereta api Yogyakarta Tugu ke Cilacap milik perusahaan Staats Spoorwagon
3. Dibangun pabrik gula Bojong pada tahun 1889
4. Dibangun pabrik gula Purwokerto pada tahun 1894
5. Dibangun jalur kereta Serajoedal Stoomtram Maatschappij 1895
6. Dibangun pabrik gula Kaliredjo di Sumpyuh pada tahun 1910
Pangeran Purboatdmojo adalah Menantu dari Bupati Banyumas Pangeran Aria Mertadiredja III dan juga Menantu Bupati Ambal K.R.A. Purbonegoro.

Berikut Nama - nama Penguasa di Kadipaten/kabupaten Semawung terus kemudian menjadi Kabupaten Kutoarjo :

  1. Raden Bantjak/K.R.M.T. Bantjik Kertonegoro Sawunggaling (I). ( makamnya di Kelurahan Semawung kembaran, Kutoarjo )
  2. Kyai Adipati Sawunggaling (II) alias K.R.A. Notonegoro Sawunggaling II. (  makamnya di Kelurahan Semawung daleman, Kutoarjo ) memerintah sampai tahun 1851. 
  3. R.M.T. Soerokusumo. ( Makamnya di Pesarean Ageng Soerokusuman, Desa Loano, kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo ) memerintah dari tahun 1858 - 1860
  4. K.R.T. Pringgo Atmodjo memerintah dari 21 Juni 1860 sampai tahun 1870. ( makamnya di bukit Satria kaliwatubumi dekat makam Raden Tumenggung Tdjoemantoko I )
  5. Kanjeng Pangeran Adipati Toerkidjo Poerbo Atdmodjo menjabat dari 19 Oktober 1870 - 1915. ( makamnya di makam keluarga Giri Tjumantoko bukit kaliwatubumi )
  6. K.R.A.A. Poerbo Hadikoesoemo menjabat dari 06 Desember 1915 - 2 April 1933. ( makamnya di makam keluarga Giri Tjumantoko bukit kaliwatubumi )

  

 
Foto Makam Patih Kabupaten Semawung  Raden Ngabehi Djojo Probongso Era Sawunggaling II. di makam ditulis meninggal tahun 1829 (Perang Diponegoro terjadi pada tahun 1825-1830) nama beliau sering disebut-sebut oleh reksodiwiryo alias R.A.A.A. Tjokronegoro I Bupati Perdana purworejo dalam babadnya yaitu babad kedungkebo makamnya di Belakang Masjid Jami' At-Taqwa desa Pringgowijayan, Kutoarjo.
 

 

 
Foto makam pangeran Purboatmodjo bin  K.R.T. Pringgoatdmojo bersama Garwo Padmi/Permaisuri Putri dari Banyumass.
Di dalam nissan makam tertulis jelas inkripsi bahwa Pangeran Adipati Poerbo Atdmodjo lahir 19 Oktober 1849 

 

De Locomotif, Semarang maandag(Senin) 15 October 1928

 Pangeran Purboatmodjo

 Zaterdagochtend is te Koetoardjo in den ouderdom van 79 jaar overleden de oud regent van Koetoardjo, Pangeran Purboatmodjo, Een Dier boepati's Van ouden stempel, die Gedurende Een langereeks Van jaren de krachtige drager is gaweest van het gezag in zijn landstreek.

Volle vijf-en- veertig jaren heaft pangeran Purboatmodjo trouw en met onbegrensde toewijding zijn koningin, zizn land en zizn volk gediend. Hiz was nog alechts 21 jaren our toem de sware last Van het regentschap hem op de schouders werd gelegd an Van 1870 TOT December 1915

Toen hij de taak overdroeg op de schouders Van zizn zoon, heeft hij met wije beleid de zorgen der Aan hem toevertrouwde bevolking behartigd

De verdiensten Van den overleden pangeran-boepati zijn Ten vollein het licht gesteld bij het familie-graf der regenten Van Koetoardjo, waar Een enorme menschenschare den overleden eerbiedig de lastate eer bewees. Daar was de resident Van Bagelen, de here de Kanter, daar waren tal Van regenten, Van Wie wij noemen die Van keboemen, temanggoeng, ngandjoek, Magelang, Banjarnegara, Wonosobo, Poerworejo en banjoemas, vertegen woordigers Van de sui-kerfabrieken premboen en Poerworedjo, tal Van Inlanrsche bestuursamtenaren unit het regentschap wn daarbuiten. Vele andere belangstellenden.

Resident de Kanter heeft te kali watoe twee Paal buiten Koetoardjo, de palasts Van familiegraf, de ambtelijke loopbaan en de verdiensten Van den overledene in woorden Van hulde en waardeering in het licht gesteld, waarna de regent van keboemen sprak als vertegenwoordiger Dee boepati's, die in hem een waardig voorbeeld hebben gevonden.

De tegenwoordige regent van Koetoardjo R.A.A. Poerbohadikusumo, zoon Van den overledene, heeft daarna dank gezegd voor de woorden Van hulde en de belangstelling.

Hoezeer de verdiensten Van den oud regent werden gewaardeerd moge blijken unit de toekenning Van het ridderkruis der orde Van den Nederlandschen leeuw en van het officiers-kruis der oranje nassau-orde.

___________________&&&&&

 

Koran De Locomotif terbit Semarang Hari Senin tanggal 15 Oktober tahun 1928.

 

Pangeran Purboatmodjo 

 

Sabtu pagi di Koetoardjo(Sabtu 13 Oktober 1928), dalam usia 79 tahun, Mantan Bupati  Koetoardjo Pangeran Purboatmodjo, yang sudah bertahun-tahun menjadi pemegang kekuasaan berkuasa di daerahnya(Kabupaten Kutoarjo) telah meninggal dunia

Beliu Selama empat puluh lima tahun penuh, Pangeran Purboatmodjo dengan setia dan dengan pengabdian yang tak terbatas melayani Ratu Belanda, negaranya(belanda), dan rakyatnya. Beliau menjabat Bupati ketika masih berusia 21 tahun ketika beban berat kabupaten dibebankan padanya dari tahun 1870 hingga Desember 1915 (45 tahunan)

Ketika dia menyerahkan tugas itu ke pundak putranya(K.R.A.A. Purbohadikusumo), dia telah mengurus dengan baik keprihatinan penduduk yang dipercayakan kepadanya.(tahun 1915 sampai akhir hayatnya 1928 beliau menikmati masa pensiunnya selama 13 tahun)

Kebaikan almarhum Pangeran-boepati Purboatmodjo telah terungkap sepenuhnya di pemakaman keluarga Bupati dari Koetoardjo, di mana kerumunan besar orang dengan hormat memberi penghormatan terakhir kepada almarhum. Banyak warga dari karesidenan Bagelen, warga setempat (kabupaten kutoarjo), banyak bupati berdatangan, di antaranya kami sebut bupati dari keboemen, temanggoeng, ngandjuk, Magelang, Banjarnegara, Wonosobo, Poerworejo dan banjoemas, juga perwakilan dari pabrik sui-ker premboen dan Poerworedjo. , banyak petugas administrasi Van Inlanrsche di kabupaten (Kutoarjo) dan sekitarnya. Serta Banyak pihak lain yang berkepentingan.

Resident de Kanter memiliki dua Paal tanah di Kali watoe di luar Koetoardjo, palast Van familygraf, karir pegawai negeri dan jasa almarhum dalam terang penghormatan dan penghargaan, setelah itu perwakilan para bupati berbicara yang diwakili bupati keboemen sebagai perwakilan Dee boepati, yang di telah menemukannya sebagai teladan yang layak.

Bupati Koetoardjo R.A.A. Poerbohadikusumo, putra almarhum, kemudian mengucapkan terima kasih atas kata-kata penghormatan dan belasungkawa.

Seberapa besar penghargaan mantan bupati kutoarjo itu dapat ditunjukkan dengan pemberian salib ksatria dari ordo singa Belanda dan salib perwira ordo nassau jingga. 

Sumber referensi : Koran De Locomotif terbit hari Senin 15 October 1928

 Karena Jasanya kepada masyarakat, Pangeran Purboatmodjo Bupati Kutoarjo yang membangun bendungan dan saluran air, irigasi di kabupaten Kutoarjo maupun Kabupaten Purworejo, juga berkat lantaran beliau Kutoarjo tidak banjir lagi, beliu mendapatkan banyak penghargaan dan prestasi salah satunya Penghargaan Salib Kstria Ordo Singa dan Salip Perwira Ordo Nassau oranyePenghargaan Salib Kstria Ordo Singa dan Salip Perwira Ordo Nassau oranye

Salah satu penghargaan yang diterima oleh Bupati Kutoarjo yang ke-5 , kalau di era kolonial Belanda semenjak kekalahan Pangeran Diponegoro tahun 1830 beliu adalah Bupati Ke-4 Kutoarjo yang bernama Pangeran Purboatmodjo.

Ordo Oranye Nassau (bahasa Belanda: Orde van Oranje-Nassau, pengucapan Belanda: [oːˈrɑnjə ˈnɑsʌu̯]) adalah sebuah ordo kekesatriaan Belanda dalam bidang sipil dan militer yang dihimpun pada 4 April 1892 oleh pemangku ratu Emma, pelaksana jabatan atas putrinya yang masih di bawah umur Ratu Wilhelmina.

Warna jingga atau oranye terjadi antara merah dan kuning dalam spektrum terlihat pada panjang gelombang sekitar 620-585 nanometer. Dia memiliki warna

Ordo Orange-Nassau/Knight Orange Nassau  adalah Salib Kesatria (kelas 5) dari Ordo Oranye-Nassau yang punya enam kelas

Moto "Je maintiendrai/Saya akan menjunjung tinggi" Dianugrahkan untuk

Orang-orang dengan jasa istimewa bagi masyarakat 

Ordo orange Nassau adalah sebuah ordo kekesatriaan yang terbuka bagi "setiap orang yang memiliki jasa istimewa bagi masyarakat".

Kanjeng Pangeran Adipati Purboatmodjo adalah Bupati kutoarjo ke-4 Bin K.R.T. Pringgo Admojo, Pangeran Purboatdmojo lahir di ambal pada tanggal 19 Oktober 1849 dan wafat pada tanggal 13 Oktober 1928, memulai pendidikan di kwartjesschool regentschap ambal. salah satu istri beliau adalah Putri Bupati Ambal K.R.A.A. Purbonegoro bin Hamengkubuwono III.

Pangeran Purboatmodjo mempunyai empat istri, istri pertama sekaligus garwo Padmi beliau adalah putri Bupati Banyumas K.P.A.A. Mertadiredja III yang bernama R.A. Sandimah, istri kedua adalah putri bupati ambal, istri ketiga adalah putri cina putri cina terkaya di kutoarjo, istri ke empatnya dari Yogyakarta. 
K.R.A.A. Poerbonegoro (bupati Ambal) mempunyai istri sembilan (9) salah satunya menikah dengan M.A. Gedong (dari Puring) memiliki beberapa anak Salah satunya ialah R.A. Sukengsi yang kemudian R.A. Sukengsi menikah dengan Pangeran Poerboatmodjo (bupati kutoarjo ke-4).


jadi bupati ambal (Poerbonegoro) itu adalah mertua dari bupati kutoarjo ke-4.

Dan dari Pangeran Purboatmodjo + R.Ay. Sukengsi bin K.R.A.A. Purbonegoro bupati Ambal. lahir lah 4 Anak yaitu
1.   K.R.A.A. POERBOHADIKOESOEMO (Bupati kutoarjo ke-5)
2. R.Ay. Purwosoedirdjo
3. R.M. Soetedjo (kemiri).

4. R.A. Asmanu (Garwo putro Ngabean).

 

Makam R.A. Asmanoe di bukit satria kaliwatu bumi beliau adalah Putri Pangeran Purboatmodjo dari Garwo putri Bupati ambal K.R.A.A. Purbonegoro yg bernama Raden ayu Sukengsi.
R.A. Asmanoe adalah adik bupati kutoarjo yg terakhir sekakigus putri Ragil Pangeran Purboatmodjo dengan Raden ayu Sukengsi...
Raden Ayoe Asmanoe lahir di kutoarjo 8 Desember 1880 dan wafat di Tjepiring 31 Desember 1922





 

 

 

 

 




 Putra-Putri Pangeran Purboatmodjo dengan Garwo Padmi/permaisuri R.A. Sandimah putri Bupati Banyumas P.A.A Mertadiredja III adalah mempunyai 6 putra-putri yaitu :

1. R.M. Purto Suditjo

2. R.A. Adipati Sosrohadikoesomo (istri Bupati Nganjuk R.M.T.Sosrohasikoesomoe IV Jawa timur)

3. R.M. Somitro

4. R.M. Sudjadi

5. R.A. Widojodiseno ( istri patih..)

6. R.M. Sidin

 HUBUNGAN ANTARA KABUPATEN KOETHOARDJO dan KABUPATEN BERBEK (Nganjoek) di tahun 1901 - 1936
Pangeran Purboatmodjo mempunyai Menantu seorang Bupati yaitu Bupati Berbek (Nganjoek).
Bupati Berbek/Nganjuk Jawa timur yang bernama R.M.T. Sosrohadikusumo IV.

Raden Tumenggung Sosrohadikusumo IV menjabat Bupati Berbek/Nganjoek semenjak taahun 1901-1936
R.T. Sosrohadikusumo IV lahir di Pakuncen, Ngrowo (Tulungagung) pada tahun 1876. Ia diangkat sebagai Bupati Berbek pada usia 24 tahun melalui besluit No. 10 tanggal 2 Maret 1901 menggantikan ayahanda nya R.M.A. Sosrokusumo ( III) yang mengundurkan diri pada tahun 1901.
Sebelum menjadi Bupati Berbek R.T. Sosrohadikusumo IV adalah asisten wedono di cungkup Blitar.
Sama seperti prestasi mertuanya Pangeran Purboatmodjo Bupati Kutoarjo yang menyukai tata kelola air, tahun 1913 membuka pintu saluran bendungan sungai Brantas. pada tahun 1909 ia mendapatkan gelar "Ario" dan pada tahun 1920 mendapatkan gelar Adipati. Pada tahun 1923 ia diberi anugerah dari pemerintah Hindia Belanda anugrah Songsong emas.
Dalam rangka "Jubelium" 25 tahun sebagai Bupati Berbek (Nganjuk) pada tahun 1926 oleh pemerintah Hindia Belanda beliau diberi bintang jasa tingkat ke-empat yaitu bintang Officer Van de oranje Nassau orde.

Beliau dalam surat kabar Belanda saat wafatnya mertua beliau Pangeran Purboatmodjo dan wafatnya Saudara ipar beda ibu yaitu Bupati Kutoarjo yang terakhir KRAA Purbohadikusumo, dalam berita koran Belanda "De locomotif" yang terbit di Semarang Senin 15 otober 1928 melayat ke kutoarjo dalam rangka pemakaman Mertuanya Pangeran Purboatmodjo dan koran Belanda "DE SUMATERA POST" VAN VRIJDAG 21 April 1933 yang memberitakan kehadiran Bupati Nganjoek saudara ipar bupati kutoarjo yang terakhir dalam pemakaman wafatnya Bupati Kutoarjo yang terakhir KRAA Purbohadikusumo.

Pada periode Bupati Raden Mas Toemeengung (R.M.T) Sosrohadikusumo juga diambil kebijakan oleh pemerintah Hindia Belanda perubahan nama status resmi Kabupaten secaara nomenklatur diubah menjadi kabupaten Nganjuk tepatnya pada tahun 1929 saat itu pemerintah Hindia Belanda dibawah gubernur jenderal Andries C.D. de Graeff (menjabat 1926-1931) atas persetujuan Raad Van Nederlandsch indie (dewan Hindia Belanda) dan jg vollkraad (dewan rakyat/Parlemen) Indische staatsregeling (penetapan peraturan tata negara Hindia Belanda) tahun 1925 bertempat di Cipanas pada tanggal 9 Agustus 1928 menerbitkan surat keputusan No. 1x tentang pemberian status daerah otonom kepada Kabupaten Nganjuk dan juga menetapkan pergantian nama dari kabupaten Berbek (regentschap Berbek) menjadi kabupaten Nganjoek (Regentschap nganjoek) keputusan dari gubernur jenderal tersebut diundangkan pada lembaran negara tanggal 21 Agustus 1928 no 310. Keputusan tesebut mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 1928.

Berikut susunan administrasi pejabat Kabupaten Berbek(Nganjoek) yang bersumber dari Regeering almanak voor Nederlandsch indie tahun 1904 :

Bupati Raden mas tumenggung Sosrohadikusumo bupati Berbek diangkat 2 Maret 1901
Raden Sosro Prawiro Patih Kabupaten Berbek diangkat 2 maret 1901
Raden Reksodiwiryo ondercolektur di nganjoek diangkat 11 Oktober 1901
Raden nggabei Puspodipuro ondercolektur di Kertosono diangkat 7 Juni 1901
Raden nggabei hariyodirejo wedono Nganjuk diangkat 14 April 1901
Raden sastrokusumo wedana Berbek diangkat 31 Januari 1897
Raden adhiwinoto wedono Kertosono diangkat 28 Mei 1897
Raden Sumanegara wedana Lengkong diangkat 22 Juni 1902
Mas wongsodirjo wedana warujeng diangkat 18 Juni 1899

R.M.T. Sosrohadikusumo IV wafat pada tanggal 30 Desember 1936

 

 
Foto denah makam giri tjumantoko keluarga besar Trah salah satu Bupati Kutoarjo Pringgoatdmajan 
 Di bukit satria kaliwatu bumi kecamatan butuh kabupaten Purworejo Jawa Tengah

Pangeran Adipati Purboatmodjo Bupati Kutoarjo yang ke-4 , karena sistem Administrasi pemerintahan dikelola oleh kerajaan Belanda lebih-lebih pasca perang Diponegoro selasai, dimulai dari :

1. K.R.A. "Noto Negoro" Sawunggaling II, yang memerintah dari tahun 1830-1851
2. R.M.T. Soerokusumo (1858 sampai 1860)
3. K.R.T. Pringgoatdmojo (21 Juni 1860-1870)
4. Pangeran Adipati Purboatmodjo (19 Oktober 1870-1915)
5. K.R.A.A. Purbohadikusumo (06 Desember 1915 - 02 April 1933)

 
Sebelum kekalahan Pangeran Diponegoro di bulan Maret 1830 kabupaten semawung masih dengan Bupati Sawunggaling II dengan gelar Kyai Adipati Sawunggaling II, laku setelah kekalahan Pangeran Diponegoro Sawunggaling II bergelar Kanjeng Raden Adipati (K.R.A.) Notto Neggoro.
Dilihat dari bangunan makam Pangeran Purboatmodjo bergaya eropa dan lantainya saya pastikan dulu awal mulanya sangat megah, dengan lantai yang indah, kijing dari marmer.

Beliau adalah Bupati Kutoarjo yg sangat berjasa bagi masyarakat kutoarjo.
Waktu itu kutoarjo sering dilanda banjir, lalu oleh beliau di bangun saluran air saudagaran/kali pereng Utara kota kutoarjo, beliau juga membangun gedung Societiet "Tanggal Pandriyo Dharmo"
Selama ini banyak orang menyangka dan menduga, pembangunan bendungan di Kutoarjo dan purworejo ditangani oleh para ahli bendungan dari belanda.
Namun sejarah menunjukkan bendungan di Kutoarjo dan purworejo yamg dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda ditangani oleh arsitek bendungan pribumi yang bernama R.M. Toerkidjo Purboatmodjo bin K.R.T. Pringgo Atdmojo Bupati kabupaten Kutoarjo

       

 
Gambar dan berita dari surat kabar De Locomotief yang terbit 18 Oktober 1928 : "Wijlen pangeran poerbo atmodjo gedurende ruien 45 jaren, van 19 Oktober 1870 tot 7 December 1915 bupati van koetoardjo en in den ouderdom van 79 jaar na een toege wijd leven kalm heengegaan" Terjemahan : Mendiang pangeran poerbo atmodjo selama masa mengabdi 45 tahun, dari tanggal 19 Oktober 1870 sampai dengan tanggal 7 Desember 1915 bupati van koetoardjo dan wafat dengan tenang pada usia 79 tahun setelah berbakti
 "Dezer dagen heeft het regentschap Koetoardjo zijn ouden Pangeran de laatste eer bewezen ziin stoffelijk overschot aan den schoot der aarde toevertrouwd, in het familiegraf Giri Tjoemantoko......"
 Terjemahan :  Saat ini Kabupaten Koetoardjo telah memberikan penghormatan terakhir kepada "Pangeran sepuhnya", menitipkan jenazahnya ke pangkuan bumi, di makam keluarga Giri Tjoemantoko......
 Sumber : surat kabar De Locomotief yang terbit 18 Oktober 1928

dari sumber surat kabar De Locomotief yang terbit 18 Oktober 1928 menyebutkan julukan dari masyarak kutoarjo kepada Bupati Kutoarjo ke-4 adalah "Pangeran Sepuh"

 

 
Foto buku biografi Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, di dalam buku ini jenderal Sarwo Edhie Wibowo menuliskan kalau beliau adalah keturunan dari Bupati Kutoarjo yang Ke-2 R.M.T. Soerokusumo Bin Pangeran Balitar I bin HB I.


R.M. Toerkidjo Purbo Atmodjo sejak muda dikenal sebagai seorang yang senang pada tehnik bangunan air, akhirnya mendapat kesempatan belajar di kalkuta India untuk mempelajari masalah irigasi di Kalkuta India.
R.M. Toerkidjo Purbo Atmodjo mempelajari tehnik bangunan bendung sungai Gangga India. setelah kembali, pengetahuan yang didapat dari India diterapkan didaerahnya.
KRAA Tjokronegoro II Bupati Purworejo ke-2 minta dibangunkan bendungan di sungai Bogowonto, atas keberhasilannya membangun bendung Boro, akhirnya diangkat sebagai mantri Bendung atau mantri Pengairan.
Selain bendungan dan selokan yang mengambil air dari sungai Bogowonto, R.M. Toerkidjo membangun pula bendungan sawangan di sungi jali, bedono, dan gebang. bendung-bendung tersebut antara lain :

- Bendung Kedung Glagah Desa Puspo Bruno
- Bendung sawangan di Sungai Jali.
- Bendung Bandung di Sungai Jali.
- Bendung Siwatu di sungai Jali.
- Sluis Saudagaran.
- Sluis Suren.
- Saluran Loning.

sedang dari Sungai bedono dan Gebang dibangun pula :

- Bendung pekatingan.
- bendung Kedung Gupit wetan dan kulon, Pituruh.
- Bendung Kalimeneng.
- Dam Rebug.

 

 
Foto lama. pintu bedung Bandung Sleuis Kutoarjo sekaligus sebagai katulampa kota kutoarjo, yang airnya diambil atau disodet dari kali jali untuk dialirkan di kanal sungai kali anyar yang baru dibangun oleh Bupati Kutoarjo yang ke-4 Pangeran Adipati Purboatmodjo, supaya kota kutoarjo tidak terendam banjir lagi. Beliau seorang Bupati merangkap ahli drainase, irigasi dan bendung.


 
 Foto. Jembatan dan saluran air Loning juga pintu air karya Bupati Kutoarjo yang ke-4 Pangeran Purboatdmodjo yang terletak di dusun jeblog perbatasan desa loning dan desa tursino kecamatan Kutoarjo, sekalipin berusia ratusan tahun jembatan dan pintu air masih kuat dan kokoh.

 

 
Foto. Bendung Kalimeneng, Kemiri karya bupati kutoarjo ke-4 pangeran purboatdmojo

 

 
Foto. Bendung kedung gupit wetan, Pituruh


Saluran Saudagaran atau kali pereng adalah Sebuah kanal kecil mengalir di sepanjang sisi utara kota kutoarjo dan selatan gunung tugel. Masyarakat Kutoarjo menyebutnya Kali pereng.
Saluran Kali Anyar merupakan bagian dari saluran air Sudagaran yang sudah ada terlebih dahulu. Mulai dibuat pada abad ke-19, saluran kali anyar awalnya dibuat kepentingan irigasi sawah-sawah yang ada di wilayah selatan Kutoarjo. Mulut saluran tersebut berada di Semawung yang terletak di selatan Kutoarjo.

 

 
Foto Rumah Colekturan Kabupaten Kutoarjo bergaya Indis (jawa-Belanda/eropa) berusia ± 200 tahun yang terletak di sebelah timur pasar kutoarjo. yang dulu menjadi tempat tinggal onder collectur R.M. Tjokro kusumo bin R.M.T. Soerokoesumo

 

 
Foto. R.M. Suwongso Tjokro Koesoemo Bin R.M Tjokro koeusumo. R.M. Suwongso Tjokro Koesoema adalah Colektur Kabupaten Karanganyar. makam beliau ada di Gunung Tugel Kutoarjo

 

 
Foto. Makam R.M. Tjokrokoesoemo bin R.M.T. Soerokusumo. Makam beliau ada di makam keluarga besar Soerokusumo yang disebut makam Ageng Loano Soerokusuman sekarang terletak di desa Loano kecamatan Loano Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa tengah.

Silsilah Mayjend TNI (Purnawirawan) Unggul Kawistoro Yudoyono dari Pangeran Balitar dan Sawunggaling III

Hamengkubuwono I

(sumare ing Imogiri)

             I

Bendoro Pangeran Hario Balitar I

(sumare ing Selomanik Wonosobo)

             I

R.M.T. Suerokusumo + Putri Sawonggaling II (Bupati Kutoarjo)

(Sumare Ing Loano)

             I

R.M. Tjokrokoesomo + putri Tjokronegoro I bupati purworejo (Ondercollectur Kabupaten Kutoarjo)

(Sumare ing Loano)

             I

R.M. Suwongso Tjokrokoesomo (Ondercollectur Kabupaten Karanganyar)

(Sumare ing Gunung Tugel Kutoarjo)

             I

R. Sucipto (Asisten Residen afdeeling Magelang)

             I

R. Prastowo (Mantan Tentara Pelajar di makamkan di taman makam pahlawan kalibata Jakarta)

             I

R. Mayjend TNI (Purnawirawan) Unggul Kawistoro Yudoyono.

 

---------------------------+++++++

 

Raden Toemenggong Sawong Galing II

                    I

R.A. Suerokusumo (istri R.M.T. Soerokusumo Bupati Kutoarjo)

                    I

R.M. Tjokrokoesomo (Ondercollectur Kabupaten Kutoarjo)

                    I

R.M. Suwongso Tjokrokoesomo (Ondercollectur Kabupaten Karanganyar)

                    I

R. Sucipto (Asisten Residen afdeeling Magelang)

                   I

R. Prastowo (Mantan Tentara Pelajar dimakamkan di taman makam pahlawan kalibata Jakarta)

                   I

R. Mayjend TNI (Purnawirawan) Unggul Kawistoro Yudoyono.

Sebelum Kali Pereng atau salura Saudagaran dibangun, banjir yang disebabkan oleh meluapnya Kali Jali senantiasa menerjang Kota Kutoarjo. Puncaknya terjadi pada 23 Februari 1861 saat pemerintahan Kanjeng Raden Toemenggong Pringgoatdmojo, ketika banjir besar setinggi 4,5 meter menggenangi Kota Kutoarjo. Beberapa tempat tertimbun sedimen banjir setinggi satu meter. 

Bupati Kutoarjo Toemenggong Pringgoatdmojo menyiapkan Putrnya yang bernama Toerkidjo Purboatmodjo untuk belajar tehnik tata kelola air, drainase, tehnik irigasi, tehnik bangunan bendungan, sampai Purboatmodjo mendapatkan kesempatan untuk belajar di kalkuta India.

Untuk mencegah banjir, maka dibuatlah pintu bendung di mulut saluran sehingga saluran Sudagaran (yang warga masyarakat sekarang menyebutkan dengan nama kali pereng) merangkap fungsi sebagai saluran irigasi dan drainase banjir. Fungsi ganda tersebut ternyata menyebabkan konflik wilayah hulu dan hilir saluran. Saat pintu bendungan ditutup, maka wilyah di hulu di utara pintu mengalami banjir. Sebaliknya, apabila saluran air dibuka, maka wilayah hilir di selatan pintu yang dekat dengan saluran akan mengalami kebanjiran karena minimnya sarana drainasenya di sana.

Keberatan dari penduduk di wilayah selatan dijawab dengan pembuatan pintu air baru pada 1878. Namun pembangunan tersebut menuai protes dari penduduk Kutoarjo karena dikhawatirkan aliran air banjir yang tertutup pintu akan menambah debit air banjir di wilayah tersebut. Konflik kepentingan tersebut akhirnya menjadi dilema tersendiri bagi pemerintah Belanda karena biaya perawatan yang tinggi tidak diikuti dengan manfaatnya sebagai saluran air seperti yang dikehendaki.

 

 

 
Stasiun Kereta Api Kutoarjo, stasiun kebanggaan masyarakat kutoarjo

Saat itu, Kutoarjo dipimpin oleh Bupati K.R.A.A. Poerboatmojo, bupati Kutoarjo ke-4 yang menjabat dari umur 21 tahun menjabat tahun 1870-1915.
Sebelum menjabat sebagai bupati, beliau bertugas di Dinas Topografi Karesidenan Bagelen dan mantri pengairan Bendungan Boro era Bupati Purworejo K.R.A.A. Cokronegoro II.
Purboatmodjo sempat Bersama residen Bagelen, belajar ke Kalkuta India untuk menimba ilmu pengairan, bendungan, dan irigasi dari para insinyur pengairan Inggris yang berhasil membendung sungai Gangga.

Memahami bahwa sistem tata kelola air di kabupaten kutoarjo tidak bekerja sesuai rencana, maka Pangeran Poerboatmojo sebagai Bupati Kutoarjo bersama B.O.W (Burgerlijke Openbare Werken), jawatan pemerintah kolonial Belanda yang bertanggung jawab dalam bidang proyek pembuatan saluran air, memutuskan untuk melakukan perbaikan sistem tata kelola air di kabupaten Kutoarjo.

Ketika merencanakan proyek perbaikan tersebut, B.O.W berupaya memenuhi semua kepentingan baik dari pihak yang tinggal di hulu maupun di hilir. B.O.W kemudian melakukan proyek penggalian saluran di pinggiran utara Kutoarjo. Di pertemuan saluran ait dengan Sungai Jali, akan dibangun pintu air dengan material yang lebih kuat. Di samping itu, B.O.W juga memisah saluran menjadi dua antara saluran drainase banjir dengan saluran banjir, sehingga di atas saluran banjir, terdapat akuaduk yang berfungsi sebagai saluran irigasi. Proses penggalian saluran dimulai pada akhir tahun 1897 dan bagian pintu air dibangun selama musim kemarau tahun 1898 dan 1899.
Sepanjang proses pembuatan pintu air, bagian pondasi dijaga tetap kering dengan pompa bertenaga manual. Material pondasinya terbuat dari batu gunung yang diambil dari bukit-bukit di sekitar proyek. Sementara bagian dinding terbuat dari beton yang dilapisi dengan batu alam yang diprofilkan.
Pintu saluran terbuat dari besi yang dibuat oleh depo kereta api S.S. di Purworejo. Saluran air baru tersebut juga dilengkapi dengan jalan inspeksi,jembatan dan tangga yang dapat digunakan penduduk sekitar untuk mandi di saluran. Dengan dimensinya yang besar, banyak memotong lahan sawah serta saluran irigasi yang rumit, maka proyek senilai 96.940 gulden tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi B.O.W, terutama insinyur Grinwis Plaat yang merancang saluran tersebut.

 
Foto. Kantor dan Rumah penyembelihan hewan eks kabupaten kutoarjo, di jalan gunung tugel kutoarjo

  

 
  Foto Rumah Sakit "Mardi Oesodo" Kutoarjo 
pada tahun 1922 atas usaha Bupati Kutoarjo terakhir yang bernama K.R.A.A. Poerbohadikusumo dan perkumpulan yang bertujuan mengadakan usaha kesehatan untuk penduduk. Perkummpulan yang berkedudukan di Kutoarjo ini bernama "Mardi Usodo". Dana yang diperoleh berasal dari perkumpulan koperasi, antara lain koperasi pembelian kopra, dan dari sumbangan desa-desa. Pada tahun 1922 perkumpulan ini mendirikan rumah sakit di Kutoarjo, namun sayang, tidak dapat meneruskan aktifitasnya Akhirnya rumah sakit ini disewakan kepada pemerintah untuk membuka poliklinik. Usaha selanjutnya tidak ada, para anggota tak bersepakat dan pengurus tak cakap, sekalipun pihak Zending bersedia membantu. Karena tidak ada usaha, maka pada tahun 1926 sumbangan dari desa-desa dihentikan oleh Residen. Dana yang sudah ada selanjutnya dipergunakan mendirikan poliklinik diantaranya di desa Bubutan dan Ketawang. Rumah poliklinik itu dihadiahkan kepada desa-desa yang ketempatan.*

Upaya penangan banjir di Kutoarjo tak hanya berhenti sampai di situ, Pangeran Poerboatmojo juga turut menghijaukan kembali tanah perbukitan di sebelah utara Kutoarjo yang disebut Gunung tugel termasuk desa wonosuko, desa sidodadi, desa dilem. Wilayah pantai selatan Kutoarjo juga turut dihijaukan dengan menanam pohon Nyamplung sehingga pantai menjadi teduh dan tidak tergerus angin, juga menahan angin merusak sawah-sawah penduduk, rawa-rawa dirubah menjadi persawah dan desa-desa di daerah bonorowo contohnya, Atas pengabdiannya di bidang lingkungan, Pangeran Poerboatmodjo mendapat banyak penghargaan dari kerajaan Belanda.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya masyarakat Kutoarjo berterima kasih kepada Pangeran Poerboatmodjo karena berkat jasanya, Kutoarjo terbebas dari banjir besar, juga eksistensi nya masih utuh dan dinikmati sampai sekarang.

Hampir semua bendungan yang dibangun pada masa R.M. Poerboatmodjo meskipun umurnya sudah tua dan lebih dari satu abad masih banyak yang kokoh. Termasuk Sluis suren hingga saat ini masih berfungsi baik.
R.M. Poerboatmodjo yang dikenal sebagai ahli tehnik bangunan air, pada tanggal 19 Oktober 1870 dengan surat keputusan Gubernur Jendral Pemerintah Hindia Belanda di Bogor ditetapkan menjadi Bupati Kutoarjo.

Bupati yang dikenal ahli bangunan irigasi, pada tanggal 30 Juli 1887 mendapat gelar adipati atau lengkapnya disebut Kanjeng Raden Adipat disingkat K.R.A. Poerboatmodjo.

Kemudian pada tanggal 01 oktober 1910 medapat gelar Pangeran, hingga wafatnya bernama Pangeran Adipati Poerbo Atmodjo dimakamkan di makam keluarga giri tjumantoko Gedung Papak bukit Satria  desa Kaliwatubumi Kecamatan Butuh.

R.M. Purboatmodjo mendapatkan gelar Pangeran dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda, beliau merupakan ahli bangunan bendungan yang mensejahterakan masyarakat di lingkungan Kabupaten Kutoarjo bahkan kabupaten Purworejo  pada eranya yang sekarang masih terawat dengan baik .
pada tahun 1913 di Depok Jawa Barat, dan tahun 1919 ditunjuk 55 lokasi natur monument/cagar alam di Indonesia. Dewasa ini jumlah cagar alam telah mencapai 527 (tahun 2011) dalam bentuk taman nasioal, cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman hutan raya. Kesemua cagar alam ini diawali dari hasil kerja Dr. S.H. Koorders sebaai pelopornya. Usulan penunjukan kawasan konservasi di Indonesia bukan prakarsa dari Pemerintah Hindia Belanda, tetapi berawal dari perkumpulan perlindungan alam Hindia Belanda (NEDERLANDSCH INDISCHE VEREENIGING TOT NATUURBESCHERMING) yang didirikan oleh Dr. S.H. Koorders pada tanggal 22 Juli 1912 di Buitenzorg (Bogor) dan Dr. S.H. Koorders merupakan ketua pertama dari perkumpulan tersebut (1912-1919).

dalam buku sejarah perlindungan alam ini, saya menemukan susunan organisasi perkumpulan perlindungan alam Hindia Belanda tanggal 1914 yang beranggotakan 24 orang terdiri dari orang Belanda yang didominasi oleh para sarjana terutama di bidang biologi (naturalis), satu-satunya bangsawan asal Jawa adalah PANGERAN POERBOATMODJO (Regent van Kutoarjo) Bupati Kutoarjo yang diangkat sebagai anggota dalam perkumpulan tersebut.

Perkumpulan tersebut telah diberikan hak sebagai badan hukum dimana Anggaran Dana dan Anggaran Rumah Tangga (statuten) dikukuhkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 3 Pebruari 1913 No.36 (Gouvernement Beslvit Van Nederlandsch-Indi Van 3 Pebruari 1913 No. 36)

Pengangkatan Pangeran Poerboatmodjo sebagai anggota perkumpulan perlindungan alam sudah 

 

 
Gambar. Pangeran Poerbo Atmodjo di Koran Bataviaasch Nieuwsblad, 25 Oktober 1913. Perihal Pangeran Purboatdmodjo menjadi satu-satunya anggota Pekumpulan Lingkungan Hidup Hindia-Brlanda yang berasal dari golongan Pribumi. 
 
sewajarnya setelah mendapatkan gelar "Pangeran" dari Gubenur Jenderal Hindia Belanda tanggal 1 Oktober 1910, karena jasa beliau dalam menyejahterakan masyarakatnya di berbagai sektor sala satunya pertanian khususnya sebagai ahli teknik bangunan irigrasi pengairan.

Pangeran Purboatmodjo oang yang sederhana, hidup tanpa kemegahan seorang bupati, membesarkan anak-anaknya dengan cara modern, semua belajar bahasa belanda, dan salah satu anaknya belajar di Delf-Belanda.
Hasil karya Pangeran Purboatmodjo kurang lebih 11 bendungan irigrasi yang dibangun. meskipun usia bendungan sudah tua dan lebih dari satu abad lebih, namun bangunan-bangunannya masih kokok dan berfungsi dengan baik contohnya Sluis Suren.

Nama asli Pangeran Poerboatmodjo adalah Raden Mas Toekijo, putra dari K.R.A.A Pringgoatmodjo (Raden Mas Sarimin) Bupati Kutoarjo yang Ke-5 atau kalau dihitung dari kekalahan Pangeran Diponegoro di bulan Maret 1830 beliau Bupati ke-4 era kolonial Belanda. Raden Mas Toekijo pernah menjabat Mantri Pengairan Boro di kabupaten Purworejo era Bupati cokronegoro II.

sudah saatnya masyarakat sadar sehingga mempunyai rasa terima kasih dan syukur terhadap generasi tua dengan menjaga, merawat, dan melestarikan sejarah dan cagar budaya berupa makam, masjid, bangunan pendopo kabupaten kutoarjo, bendungan, dan sebagainya.
Pangeran Toerkidjo Poerbo Atmodjo dimakamkan di makam keluarga giri tjumantoko desa Kaliwatubumi Kecamatan Butuh.

Pangeran Toerkidjo Poerbo Atmodjo  Ber-Besan dengan Sampeyan Dalem K.G.P.A.A Pakoe Alam V Yogyakarta. yang menikahkan Putra-nya yang kelak meneruskan kepemimpinan beliau dengan Putri kedua Sampeyan Dalem K.G.P.A.A. Pakoe Alam V dengan garwo/istri ampeyan R.A. Tedjosari.

 

 
Foto. Lukisan K.G.P.A.A. Pakualaman V
 Pakualaman V adalah mertua dari Bupati Kutoarjo yang terakhir K.R.A.A. Purbohadikusumo, di sislilah dalem pakualaman, Purbohadikusumo mendapat gelar P.A.A. ( Pangeran Adipati Ario)

  K.G.P.A.A. Pakualaman V adalah Mertua Bupati Kutoarjo yang terakhir K.R.A.A. Purbohadikusumo.

K.G.P.A.A. Pakualaman V mempunyai putri B.R.A. Soemiyati.B.R.A. Soemiyati adalah istri permaisuri atau Garwo Padmi Bupati Kutoarjo yang terakhir KRAA Purbohadikusumo.

di silsilah ndalem pakualaman K.R.A.A. Purbohadikusumo mendapatkan gelar Pangeran Adipati Ario yang disingkat P.A.A. 

Paku Alam V lahir pada tanggal 23 Juni 1833 di Yogyakarta. Nama aslinya adalah K.P.H Suryodilogo. Ia merupakan anak dari Paku Alam II dan selirnya. 
K.P.H. Suryodilogo adalah seorang komandan Legium Pakualaman yang terpilih sebagai pengganti almarhum Paku Alam IV.

Pada tanggal 10 Oktober 1878, KPH Suryodilogo ditahtakan sebagai kepala Kadipaten Paku Alaman ke 5 dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (K.G.P.A.A.) Prabu Suryodilogo. Saat pemerintahannya, ia memegang kewajiban yang berat. Kewajiban tersebut diantaranya adalah melunasi hutang almahrum kepala Kadipaten Pakualaman dan memelihara serta menegakkan ketertiban dan keamanan di wilayah Pakualaman. Pakualaman pun mengalami kemajuan yang baik. Karena banyaknya perubahan yang baik, maka pada tanggal 20 Maret 1883, secara resmi diperkenankan memakai gelar (K.G.P.A.A) Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam V. Ia tidak terlalu menyenangi dunia sastra, ia justru lebih tertarik dalam bidang ekonomi.

Pada tahun 1892, Paku Alam V harus menerima pukulan berat karena angkatan perang Pakualaman dibubarkan. Berbeda dengan pendahulu-pendahulunya, Paku Alam V merintis anggota keluarga Paku Alam untuk menuntut ilmu di sekolah-sekolah Belanda antara lain di Sekolah Dokter Jawa. Bahkan mulai tahun 1891 ia mengirim beberapa putra dan cucunya ke Negeri Belanda. Paku Alam V wafat pada tangggal 6 November 1900. Ia kemudian dimakamkan di Girigondo, Adikarto, Kulonprogo Yogyakarta.

Walaupun Paku Alam V menjalankan beberapa kewajiban yang berat namun ia mampu mengerjakannya dengan baik, sehingga banyak kemajuan yang dialami oleh Pakualaman. kata yang pernah di ucapkan pakualaman V adalah "Seberat apapun tugas yang kita emban, laksanakan dengan sebaiknya dan jangan mudah mengeluh".

Sumber Referensi : Soedarisman Poerwokoesoemo, KPH, Mr (1985) KADIPATEN PAKUALAMAN, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 

 
Foto Bupati Kutoarjo yang terakhir K.R.A.A Purbohadikusumo bin Pangeran Adipati Purboatmodjo bersama Garwo Padmi/Permaisuri R.Ay. Soemiyati binti K.G.P.A.A. Pakualaman V
 K.R.A.A. Purbohadikusumo menjabat Bupati Kutoarjo tanggal 06 Desember 1915 - 02 April 1933

 

 
Foto keris kyai Cinde berdapur Sinom milik Bupati Kutoarjo yang terakhir K.R.A.A. Poerbohadikusumo. Yang sekarang dirawat salah satu keturunan beliau di Babarsari Yogyakarta

 

Di dalaam almanak voor Nederlandsch indie tahun 1930 disebutkan bahwa Purwodadi adalah sebuah kawedanan dibawah kabupaten Kutoarjo dengan Bupati K.R.A.A. Purbohadikusumo yang menjabat dari 6 Desember 1915 sampai meninggal dunia di bulan April 1933. nama wedono Purwodadi waktu itu adalah R. Ngabei soesmojo.
Dan Jenar dibawah kawedanan Purwodadi
"Pesta di perusahaan gula Djenar

Steenhoff dan istrinya berdiri. Duduk ke-6 dari kiri Raden Adipati Ario Poerboadikoesoemo dari Koetoardjo. Duduk di sebelah kiri meja, Bu Abbas, di sebelahnya adalah suaminya, pengurus pabrik. Duduk di ujung kanan kursi Ny. Koesnoen Hadir pula: Hettenaar, Nona Haspers, Hissink, Nyonya Dumpel, Nyonya Dumont, Nyonya Thorborg."

Tanda rak
KITLV 140683
1930
Sumber referensi purwodadi adalah sebuah kawedanan kabupaten kutoarjo : Regening Almanak voor Nederlandsch indie Tahun 1930

 






















 


 
Foto. "SUIKERFABRIEK GULA DJENAR" yang pada masa itu jenar/purwodadi adalah sebuah kawedanan dari Kabupaten kutoarjo


Setelah Pangeran Toekirjo Poerbo Atdmodjo mengajukan pensiun kepada Belanda pada tahun 1915, pemerintahan dilanjutkan Putra beliau  yang bernama K.R.A.A. Poerbo Hadikusumo dengan garwo Padmi adalah Puteri kedua Sampeyan Dalem K.G.P.A.A  Pakoe Alam V Yogyakarta saking garwo/istri ampeyan R.Ay. Tedjosari bernama B.R.Ay Purbo Hadikusumo dengan nama asli Timur B.R.Ay Soemiyati.
B.R.Ay. Soemiyati adalah Puteri Kinasih/kesayangan K.G.P.A.A. Pakoe Alam V. Makam B.R.Ay. Purbo Hadikusumo/B.R.Ay Sumiyati tidak di Kutoarjo tapi di Makam Pakualaman Giri Gondo Yogyakarta. sedangkan kakak kandung B.R.Ay. Sumiyati yang berarti juga Kakak Ipar K.R.A.A Poerbo Hadikusumo, yang bernama K.P.A.A. Kusumoyudo dengan Asmo/Nama Belanda Lan Raad Van Baheer menjadi Bupati Ponorogo Jawa Timur, dan beliau dimakamkan/dikubur di Negeri Belanda.

Foto. Makam K.R.A.A. Poerbo Hadikusumo di bukit satria desa kaliwatu kecamatan Butuh kabupaten Purworejo.


Sedangkan garwo Ampeyan (istri pertama) dari K.R.A.A Poerbo Hadikusumo adalah Putri Bupati Wonosobo yang bernama R.Ay. Siti Djoharin Chotidjah binti K.R.A.A. Tjokro Adhi Soerjo (bupati Wonosobo) bin R.M.A. Djajadiningrat (Bupati Karanganyar) bin Pangeran murdaningrat bin Hamengkubuwono II. 

 

Makam R.Ay. Siti Djoharin Chotidjah binti Tjokro Adhie Soerjo bupati Wonosobo bin R.M.A Djajaningrat bupati Karanganyar bin Pangeran murdaningrat bin Hamengkubuwono II.
R.Ay. Siti Djoharin Chotidjah adalah Garwo Ampeyanb/selir bupati kutoarjo yang terakhir di bukit desa kaliwatubumi kecamatan butuh kabupaten Purworejo 

 

R.A. Siti Djoharin dimakamkan di bukit Satria kaliwatubumi, dan dengan garwo ampeyan ini cuman punya tiga anak, anak pertama yang menjadi Bupati Kendal dengan Nama R.M.Czarewitz  atau K.R.M.T. Purbo Atdmodjo Adisuryo yang makamnya juga ada di Kutoarjo tepatnya di bukit satria desa kaliwatu bumi, kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo.

 

R.A. Siti Djoharin Chotidjah binti KRAA. Tjokroadisurjo (Bupati Wonosobo) bin R.M.A.A. Djajaningrat ( Bupati Karanganyar/Gombong) bin Pangeran Murdaningrat bin Hamngkubowono II bin Hamengkubuwono I.

R.A. Siti Djoharin Chotidjah/R.A. Purbohadikusumo istri atau Garwo Ampeyan/Selir Bupati Kutoarjo yang terakhir K.R.A.A. Purbohadikusumo.

 

Hasil pernikahan antara K.R.A.A. Purbohadikusumo dan R.A. Siti Djoharin Chotidjah/R.A. Purbohadikusumo mempunyai dua putra dan satu putri yaitu :

 

1. R.M. Crawitz alias R.M.T. Purbo Adhi Soerjo (Bupati Kendal) sumare/dimakamkan di bukit satria kaliwatu bumi kecamatan butuh, kutoarjo.

2. Letnan Kolonel R.M. Poerbo Soemitro (Lulusan KMA Breda Belanda tahun 1939) sumare/dimakamkan di belanda.

3. R.A. Soetinem (Melik)

 

R.M.T Poerbo Adhi Soerjo (Bupati Kendal) mempunyai putra :

1. Sri Mulati (Annie)

2. Sri Johar manik (Nuning)

3. Sri Sarwati ( Wiwiek)

4. Moenardi (Didik)

 

Letnan kolonel R.M. Poerbo Soemitro mempunyai dua putra yaitu :

1. Robyy

2. Heryy

 

R.A. Soetinah (Melik) mempunyai satu putra yaitu :

1. Adhisoegondo

 


Foto. makam Sri Johar Manik/nuning di bukit satria kaliwatubumi kecamatan butuh, beliau salah satu putri bupati kendal R. M. Czarewitz alias R.M.T. Purboatmodjo adhi soerjo bin K.R.A.A. Purbohadikoesomo (bupati kutoarjo yang terakhir)


 

Lukisan R.M.T. Tjokroadisurjo Bupati Wonosobo.

R.M.T. Tjokroadisurjo adalah Putra R.M.T. Djajadiningrat (Bupati Karanganyar/Gombong) bin Pangeran Murdaningrat bin Hamngkubowono II bin Hamengkubuwono I.

R.M.T Tjokroadisurjo bupati Wonosobo adalah mertua dari Bupati Kutoarjo yang terakhir KRAA Purbohadikusumo.

KRAA. Purbohadikusumo menikahi putri R.M.T. Tjokroadisurjo (Bupati Wonosobo) yang bernama R.A. Siti Djoharin Chotidjah atau biasa disebut R.A. Purbohadikusumo.

 

Foto. kakak beradik kedua putra Bupati Kutoarjo yang terakhir KRAA Purbohadikusumo, sebelah kiri yaitu R.M.T. Poerbo Adhi Soerjo (memakai blangkon) yang mempunyai nama kecil R.M. Czarewitz sebelum menjadi Bupati Kendal beliau pernah menjabat sebagai wedono jatilawang Kabupaten banyumas. Beliau menjabat Bupati Kendal dari tahun 1939-1942.

Foto. Sebelah Kanan adalah Letnan Kolonel R.M. Poerbo Soemitro bin KRAA Purbohadikusumo (Bupati Kutoarjo), R.M. Poerbo Soemitro adalah lulusan KMA Breda belanda, sebuah sekolah elit Akademi militer yang hanya dikhususkan untuk para bangsawan yang terpandang. beliau lulus KMA Breda tahun 1939.

 Foto. Yang memakai blangkon adalah Bupati Kendal R.M.T. Poerbo Adhi Soerjo bin KRAA purbohadikusumo (bupati kutoarjo).

Beliau menjabat Bupati Kendal tahun 1939 - 1942.

 

Foto RAy. Titiek Notokuworo binti R.M. Noto kuworo bersama kedua putranya Robby dan Hery.

R.Ay Titik Notokuworo adalah istri dari Letnan Kolonel R.M. Poerbo Soemitro bin Bupati Kutoarjo yang terakhir K.R.A.A. Poerbohadikusumo.

R.A. Titiek Notokuworo adalah menantu Bupati Kutoarjo yang terakhir K.R.A.A. Purbohadi Koesumo.

berikut silsilah R.A. Titiek Notokuworo :

 

Hamengkubuwono I

          I

Panngeran Notokusumo/Pakualaman I

          I

Raden Tumenggung Natadiningrat/Pakualaman II

         I

Pangeran Haryo Surya Dilaga/Pakualaman V

         I

Pangeran Noto dirojo

         I

R.M. Notokworo

         I

R.A. Titie Notokuworo +  Letnan Kolonel R.M. Poerbo Soemitro

        I

1. R.M. Robby

2. R.M. Harry..

 

Foto. Raden Mas Notokworo bin Pangeran Notodirodjo bin Pangeran Haryo Suryo Dilogo/K.G.P.A.A. Pakualaman V.

 

R.M. Notokworo adalah besan dari Bupati Kutoarjo yang terakhir K.R.A.A. Poerbohadikusumo.

Mertua dari R.M. Poerbo Soemitro bin K.R.A.A. Poerbohadikusumo.

R.M. Poerbo Soemitro menikahi Putri dari R.M. Notokworo yang bernama R.Ay. Titiek Notokuworo

RM. Notokworo, lahir di Yogyakarta pada 17 April 1886, anak tertua Pangeran Notodirodjo, kakak Pakoe Alam VI sekaligus penasihat dan pembantu utama sang raja Pakualaman.

Notodirodjo menganggap pendidikan Barat sangat penting bagi generasi muda tanpa harus melupakan budaya Jawa. Dia pun menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah Belanda (ELS dan HBS) di Semarang. Bahkan mereka tinggal dengan keluarga Belanda.

Notokworo adalah orang Indonesia pertama yang menjadi dokter dari Universitas Leiden tanpa lebih dulu mengikuti pendidikan STOVIA (Sekolah Dokter untuk Bumiputra) di Hindia Belanda. Mas Asmaoen lebih dulu masuk STOVIA kemudian melanjutkan ke Belanda.

Notokworo berangkat pertama ke Negeri Belanda. Disusul adik adiknya yakni Noto Soeroto, Gondowinoto, danNotodiningrat.

Madelon Djadjadiningrat Nieuwenhuis dalam (“Noto Soeroto: Aristo-demokrat Tanpa Pendukung,” Kalam, No. 16 tahun 2000) menyebut Notodiredjo terus mengawasi anak-anaknya, sepanjang perjalanan dari Jawa, banyak memberi nasihat dan mengingatkan mereka untuk tidak membuang-buang waktu, sebab membiayai empat anak untuk bersekolah di Belanda merupakan sebuah tekanan berat bagi sumber keuangannya.

Mereka lulus ujian negara sebagai syarat masuk universitas.Notokworo mendaftar di kedokteran Universitas Leiden pada September 1905. Noto Soeroto dan Gondowinoto mengambil jurusan hukum di Universitas Leiden pada 1908 dan 1910. Sedangkan Notodiningrat masuk jurusan teknik di Universitas Delft.

Kecuali Noto Soeroto, mereka menyelesaikan pendidikannya pada 1918. Luar biasa, semuanya menyandang “yang pertama.” Sejarawan Harry A. Poeze dalam (Di Negeri Penjajah) mencatat: Notokworo menjadi orang Indonesia pertama yang lulus ujian dokter Belanda dengan program Belanda tanpa lebih dulu mengikuti pendidikan STOVIA (Sekolah Dokter untuk Bumiputra). Notodiningrat menjadi insinyur Indonesia yang pertama. Gondowinoto menjadi orang Indonesia pertama yang memperoleh gelar meester in de rechten (Mr.) atau sarjana hukum.

Sekembalinya ke Indonesia,Notokworo berpindah-pindah tempat kerja. Buku Orang Indonesia yang Terkemuka di Jawa mencatat, Notokworo menjadi dokter gubernemen di Semarang. Kemudian pindah menjadi dokter residen Banyumas. Kembali ke Semarang menjadi dokter di Rumah Sakit CBZ (Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting). Sempat pindah menjadi dokter di CBZ Jakarta bagian roentgen, kemudian kembali lagi ke Rumah Sakit CBZ Semarang sebagai dokter ahli roentgen (roentgenoloog). Dia sempat menjabat wakil kepala Rumah Sakit CBZ Semarang. Setelah sempat pensiun sekitar dua tahun, dia kembali bekerja di Rumah Sakit Umum Negeri Surabaya sebagai roentgenoloog.

Dikutip dari (radiologirscm.com) Notokworo merupakan orang Indonesia pertama yang mengaplikasikan pemeriksaan radiologi di Rumah Sakit Semarang dan Surabaya. Namun, orang Indonesia pertama yang mendapat brevet (ijazah) roentgenoloog (ahli radiologi) adalah dr. Wilhelmus Zacharias Johannes, asisten Prof. Van der Plaats, pada 1939. Van der Plaats, spesialis radiologi asal Belanda, memimpin bidang radiologi di fakultas kedokteran dan rumah sakit CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo) di Jakarta.

Sumber.

(https: //historia.id/sains/articles/dokter-indonesia-pertama-ahli-radiologi-vgLGJ)

'Raden Mas Notokworo studeerde in Leiden'.

Leiden, Nederlands 1900-1925

NMvW__7082-nf-1619-1

 

Foto. R.M. Poerbo Soemitro putra Bupati Kutoarjo yang terakhir K.R.A.A. Purbohadikusumo saat menjadi kadet KMA Breda di Belanda Sebelum perang dunia kedua.

Di dalam foto R.M Poerbo Soemitro bin K.R.A.A. Poerbohadikusumo di nomer dua dari kanan.

Sedangkan Sjarif Hamid Alkadrie di Breda ia memakai nama Mozes Alkadrie, adalah putra Sultan Pontianak Sjarif Mohamad Alkadrie ada di nomer dua dari kiri.

R.M. Poerbo Soemitro setelah kemerdekaan RI memilih melanjutkan karier kemiliteran nya di Belanda, Dan beliau wafat di Belanda, sedangkan anak cucunya sekarang masih hidup di Belanda.

Sumber referensi : Buku KNIL, Petrik matanahasi.

 

 

 


Dalam koran Belanda "SOERABAIASCH HANDELSBLAD" yang terbit pada hari Sabtu tanggal 16 Desember 1933 menyebutkan proses-proses, langkah-langkah, musyawarah-musyawarah, dan rapat-rapat dalam rangka penggabungan dua kabupaten yaitu kabupaten kutoarjo dan kabupaten Purworejo, setelah meninggal dunia nya Bupati Kutoarjo K.R.A.A. Purbohadikusumo di tanggal 2 April tahun 1933 serta Bupati Purworejo saat itu di jabat Raden Toemenggong Hasan Danudiningrat.

Kabupaten kutoarjo saat itu memiliki luas wilayah yang lebih luas ketimbang kabupaten Purworejo.

Sekalipun populasi penduduk sedikit lebih kecil dan pembangunan besar-besaran terjadi di kabupaten Purworejo karena kabupaten Purworejo dulu dijadikan kota dan kantor pusat karesidenan Bagelen, makanya bisa kita lihat bangunan-bangunan era kolonial Belanda banyak di kabupaten Purworejo beserta makam-makam belanda atau kerkof. Kantor Residen Bagelen di kota Purworejo sekarang berfungsi sebagai kantor dinas Bupati Purworejo.

Sekalipun begitu sejarah mencatat perekonomian kabupaten kutoarjo lebih maju karena banyak pedagang dari cina berdatangan di kutoarjo, lebih-lebih di Era Bupati Pangeran Purboatmodjo kota kutoarjo dilalui jalur kereta api, juga berkat Tata kelola air Pangeran Purboatmodjo, kutoarjo menjadi salah satu lumbung padi terutama di daerah grabag, di kutoarjo banyak pengrajin industri tenun, pecah belah, kopra, dan sebagainya.

Serta terjadi simbiosis mutualisme antara Kabupaten Kutoarjo, kabupaten Purworejo dan kabupaten Kebumen bahkan dari kabupaten-kabuparen sekitarnya seperti Magelang, Wonosobo dan sebagainya.

Kutoarjo dulu adalah pusat perdagangan yang sangat ramai.

Perekonomian kabupaten kutoarjo juga bergantung dari kabupaten Purworejo dan kabupaten kebumen karena banyak pedagang dari Purworejo dan kebumen berdatangan ke kutoarjo untuk menjual dagangannya serta sebaliknya banyak pedagang dari kutoarjo juga menjual dagangannya ke kabupaten Purworejo dan kabupaten kebumen juga kabupaten-kabupaten sekitarnya

___________$$$$

Koran Belanda "SOERABAIASCH HANDELSBLAD"

Derde Blad zaterdag 16 Desember 1933

(Sabtu 16 Desember 1933)

Koetoardjo - Poerworedjo

De Regentschappen Koetoardjo en poerworedjo behooren beide tot de kleine Regentschappen, die uit een be stuursoogpunt weinig moelijkheden geven. Koetoardjo besiat een opervlakte Van 566 K.M² meet Een bevolkingsaantal Van rond 279. 750 zielen.

Poerworedjo heft Een oppervlakte Van 513 K.M² e nround 281.000 inwoners. Na de samenvoeging zal get vergroote poerworedjo derhalve Een oppervlakte Van 1079 K.M² beslaan met een zielen aantal Van rond 560.750, wat niet boven de capaciteit van een notmaal regentschap uitgaat.

Ethnografisch vormt de bevolking van Koetoardjo met die van poerworedjo Een geheel, terwijl economisch Koetoardjo grootendeels op poerworedjo is aangewezen; slechts het zuidwesteljk deel is in dit opzicht meer op keboemen georinteerd.

Dat de bezwaren, welke uiteraard aan elke samenvoeging van Regentschappen verbonden zijn, in dit geval niet van Groote beteekents kunnen worden geacht, is dan ook wel duidelijk; de noodzakelijke bezuiniging moe: daarom in casu den doorslag geven.

(Koetoardjo - Poerworedjo

Kabupaten Koetoardjo dan Poerworedjo sama-sama tergolong kabupaten kecil, yang tidak banyak menimbulkan masalah dari segi pengelolaan. Koetoardjo mempunyai area seluas 566 K.M² dengan ukuran populasi penduduk sekitar 279.750 jiwa.

Poerworedjo memiliki luas wilayah 513 K.M² dengan penduduk sekitar 281.000 jiwa. Setelah penggabungan, poerworedjo yang diperbesar akan mencakup wilayah seluas 1079 km² dengan jumlah jiwa sekitar 560.750 jiwa, yang tidak melebihi kapasitas sebuah kabupaten biasa.

Secara etnografis, penduduk Koetoardjo merupakan satu kesatuan dengan penduduk Poerworedjo, sedangkan secara ekonomi Koetoardjo sangat bergantung pada Poerworedjo; hanya bagian barat daya yang lebih berorientasi pada keboomen dalam hal ini.

Oleh karena itu jelas bahwa keberatan-keberatan yang tentu saja terkait dengan penggabungan kabupaten/kota tidak dapat dianggap penting dalam hal ini; Oleh karena itu, pemotongan yang diperlukan harus menentukan dalam kasus ini.)

 Sumber : Koran Belanda "SOERABAIASCH HANDELSBLAD" Derde Blad zaterdag 16 Desember 1933

 

     

 
Makam Garwo Padmi atau istri permaisuri Bupati Kutoarjo terakhir K.R.A.A. Purbohadikusumo yang bernama R.Ay. Soemiyati binti G.K.P.A.A. Pakualaman V, makam ada di pemakaman kadipaten Pakualaman Girigondo, Kulonprogo, Yogyakarta.


K.R.A.A. Poerbo Hadikusumo meninggal dunia tanggal 2 April tahun 1933, atas kebijakan kolonial Belanda untuk penghematan karena resesi dunia, pada tahun 1934 kabupaten kutoarjo digabungkan dengan kabupaten Purworejo dan Bupati Purworejo saat itu adalah R.M. Hasan Danudiningrat. akhirnya penggabungan dua Kabupaten terjadi pada tahun 1934.

Setelah meninggal Dunia bupati Kutoarjo di tanggal 2 April 1933 lalu pada tanggal 11 April 1933 terbit sebuah koran Belanda de locomotif perihal rencana penggabungan antara kabupaten kutoarjo dan kabupaten Purworejo.

De locomotif Van Dinsdag 11 April 1933
( Koran Lokomotif, Selasa 11 April 1933)

Het Regentschap Koetoardjo.

Reeds tijdens het leven van den regent van Koetoardjo, wijlen R.A.A. Poerbohadikoesomo, is er sprake Van geweest dat het Regentschap Koetoardjo na het heengaan van den boepati zou samengevoegd worden met het Regentschap poerworedjo. Nu de regent overleden is, wordt de samenvoegingskwestie weer druk besproken. In bestuurskringen wist men ona alleen Mede te deelen dat de Regentszetel van Koetoardjo voorloopig voor den tijd Van waarschijnlijk langer dan zes maanden onbezet val blijven en dat gedurende dien tijd de Patih, Raden Tariadi nitihardjo de
Functie zal waarnemen.

(Kabupaten Koetoardjo.

Sudah semasa bupati Koetoardjo, almarhum R.A.A. Poerbohadikoesomo, kabarnya Kabupaten Koetoardjo akan digabung dengan Kabupaten Poerworedjo.
Kini setelah bupati meninggal dunia, masalah itu kembali dibahas.
Di lingkungan pemerintahan hanya diketahui bahwa kursi Jabatan Bupati Koetoardjo untuk sementara akan tetap kosong selama lebih dari enam (6) bulan dan selama itu Patih, Raden Tariadi Nitihardjo menjalankan
Fungsi pemerintahan (wakil Bupati) akan mempertimbangkan.)


Setelah kabupaten Kutoarjo digabungkan dengan kabupaten Purworejo, dan kabupaten kutoarjo diturunkan menjadi kawedanan atau district, pemerintah kolonial Belanda memberikan kebijakan agar keturunan K.R.A.A. purbohadikusumo tetap menjadi Bupati tetapi di Kendal maka Belanda mengangkat putra K.R.A.A. purbohadikusumo dengan istri garwo Ampeyan/selir R.Ay. Siti Djoharin Chotidjah yang bernama R.M. Czarewitz yang sebelumnya menjadi wedono kayulawang Banyumas, oleh Belanda ditetapkan menjadi Bupati Kendal dari tahun 1939 - 1942 dengan gelar K.R.M.T. Poerboatmodjo Adhi Soerjo, makam Bupati Kendal K.R.M.T. Poerboatmodjo Adisoerjo ada di bukit desa kaliwatu butuh.

Kabupaten Semawung dari awal berdirinya adalah kabupaten yang ramai juga dengan perekonomian yang dinamis, bahkan sampai pusat pemerintahan di pindahkan ke selatan gunung tugel dan berganti nama menjadi kabupaten kutoarjo, semawung atau kutoarjo tetep ramai sekalipun dari tahun 1934 kabupaten kutoarjo digabungkan dengan kabupaten Purworejo tetep daerah kutoarjo yang ramai dengan perekonomian yang Tinggi sekalipun pembangunan besar-besaran di pusatkan di Purworejo.

 

Dari koran majalah "De Locomotief" terbit dinsdag/Selasa tanggal 25 April 1939

 

KENDAL

 

R.M. CZAREWITZ TOT REGENT BENOEMD

 

"Naar wij vernemen, zal binnenkort de benoeming afkomen Van den heer R.M Czarewitz, wedono Van Djatilawang tot Regent Van Kendal. 

Zooal men weet, heft deze benoeming lang getraineerd, aangezien men hierbij meet zeer vele factoren rekening moest houden in verband net diverse opvolgingskwesties ten aanzien Van de candidaten, die voor deze functie in aanmerking kwamen.

R.M. CZAREWITZ ia de zoon Van den oud-regent Van Koetoardjo R.M Poerboatmodjo, den laatste, die optrad als boepati Van dit regentschap, hetwelk eenige jaren galeden werd opgeheven. 

R.M. CZAREWITZ stam ada van get oude regentengeslacht Van Koetoardjo, dat als een der waardligste vertegenwoordigers had zijn grootvader, den bekenden pangeran Van Koetoardjo".

 

Dialihkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih begini :

 

Kendal

 

R.M. CZAREWITZ (KRMT. Poerboatmodjo Adhi Soerjo) BUPATI YANG DITUNJUK

 

"Kami akan segera melaksanakan bahwa Tuan R.M CZAREWITZ (KRMT Poerboatmodjo Adisoerjo), Wedono dari Djatilawang Banyumas yang ditunjuk sebagai Bupati Kendal, akan diangkat segera menjadi Bupati Kendal. 

Seperti yang Anda ketahui, penunjukan ini butuh waktu lama untuk diselesaikan, karena banyak faktor harus dipertimbangkan sehubungan dengan berbagai masalah suksesi terkait dengan kandidat yang memenuhi syarat untuk posisi ini. 

R.M. CZAREWITZ ia adalah putra dari mantan bupati dari Koetoardjo R.M. Poerboatmodjo (nama lain dari K.R.A.A. purbohadikusumo, nama Nunggak semi dari bapaknya Pangeran Purboatmodjo), yang terakhir, yang bertindak sebagai Bupati kabupaten ini, yang dihapuskan selama beberapa tahun. 

R.M. CZAREWITZ adalah Trah dari keluarga bupati lama Koetoardjo, yang sebagai salah satu perwakilan paling berharga dari kakeknya, Pangeran Van Koetoardjo yang Terkenal (Pangeran Purboatmodjo)." Sumber : "De Locomotief" terbit dinsdag/Selasa tanggal 25 April 1939

 

 

______________

 

*Pangeran Purboatmodjo pada masanya adalah orang yang sangat dihormati dan terkenal dengan segudang prestasi dan penghargaan. Sekalipun Kabupaten Koetoardjo dihapus tapi keturunan beliau tetap dijadikan Bupati oleh pemerintah kolonial Belanda di Kabupaten Kendal*.

 

 
Foto Bupati Kendal RMT Purboatmodjo Adhi Soerjo atau R.M. Czarewitz Bin K.R.A.A Purbohadikusumo.





 
Bukti primer sebuah berita koran milik Belanda tentang keris "Kyai Semawung" milik regent (Bupati) Kendal RMT. Poerboatmodjo Adisoerjo pemberian Bapaknya Regent (Bupati) Kutoarjo K.R.A.A. Poerbohadikusumo.

keris Kyai Semawung lagi dipakai dengan model dianggar oleh Bupati KRMT Poerboatmodjo Adisoerjo*

 

 
Foto Seri Komite Pameran Batavia

(Serie van het ComitĂŠ Batavia Tentoonstelling)

Yang menampilkan Jajaran Boneka yang menggambarkan Sosok Bupati Kutoarjo dan Raden ajoe dan para pengawalnya,

Dalam catatan sejarah dulu kutoarjo merupakan pusat pemerintahan kabupaten , dan sejak tahun 1934 pihak belanda meleburkan kutoarjo kedalam wilayah Kabupaten purworejo , dan status kutoarjo berubah menjadi setingkat diatas kecamatan (kawedanan)

(by. Author; E.M. van de B.V.J.C. Den Haag 1894 No inv: RV-A269-7)

 

 
Makam Bupati Kendal R.M.T. Purboatmodjo adhiesoerjo alias R.M. Czarewitz Bin K.R.A.A. Purbohadikusumo Bupati Kutoarjo yang terakhir. Makam di makam keluarga Giri Tjumantoko bukit kaliwatu bumi kecamatan butuh


R.M.T. Poerboatmodjo adhiesoerjo mempunyai nama kecil Czarwist, Beliau adalah Putra Bupati Kutoarjo yg terakhir yang bernama K.R.A.A. Poerbohadikusumo dengan istri selir (Garwo Ampeyan) sekaligus istri pertamanya yg bernama RAy. Djoharin Chatidjah binti KRAA. Tjokro Adhisoerjo 

 

 Berikut silsilah R.M.T. Poerbo Adhie Soerjo alias R.M. Czarewitz :

 

(Bupati Wonosobo).

Hamengkubuwono I

            I

Hamengkubuwono II

            I

Pangeran murdaningrat

           I

R.M.A.. Djajadiningrat bupati Karanganyar

          I

R.M.T. Tjokroadisurjo Bupati Wonosobo

          I

R.A. Siti Djoharin Chotidjah + K.R.A.A. Poerbohadikusumo ( Bupati Kutoarjo)

           I

1. R.M.T Czarewitz Poerbatmodjo Adhie Soerjo(Bupati Kendal)

2. R.M. Poerbo Soemitro

3. R.A. Soetinem (Melik)

 

_____&&&&&

 

R.M.T. Pringgoatdmojo (Bupati Kutoarjo)

             I

Pangeran Purboatmodjo (Bupati Kutoarjo)

             I

K.R.A.A. Poerbohadikusumo (Bupati Kutoarjo)

             I

1. R.M.T Czarewitz Poerbatmodjo Adhie Soerjo (Bupati Kendal)

2. R.M. Poerbo Soemitro

3. R.A. Soetinem (Melik)

_&&___

 

 

 

 
Foto Landraad (pengadilan) Kabupaten  Koetoardjo ,tahun 1899 (Koleksi Museum KITLV Leiden Belanda 30943)

Landraad adalah lembaga pengadilan yang memiliki yurisdiksi se-kabupaten dimana hakim yang bertugas di landraad adalah hakim-hakim professional.
Dulu lokasinya di pojok alun-alun Kutoarjo atau komplek Rumah Bupati yg sekarang mungkin sudah hilang dan berfungsi menjadi kantor PDAM.

 
Foto. R.M.A.A. Koesoema Oetoyo cucu Bupati Kutoarjo yang Ke-2 R.M.T. Soerokusumo. Koesoema Oetoyo adalah mantan bupati Ngawi, mantan Bupati Jepara, Anggota Volksraad, sekaligus salah satu tokoh Pergerakan Nasional. Epos Pangeran Diponegoro masih melekat di jiwanya dimana kakeknya K.R.A.A. Soerokusumo Bupati Kutoarjo yang Ke-2 juga kakek buyutnya yang bernama Pangeran Balitar ikut berjuang mendampingi Pangeran Diponegoro di perang Jawa, beliau sangat bangga dengan kakek dan kakek buyutnya itu.

 



Foto. Ketika R.M.A.A. Koesoemo Oetoyo cucu Bupati Kutoarjo R.M.T.. Soerokusumo yang masih mendapat kesempatan bertemu dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Paleis (istana Negara sekarang) yaitu Andries Cornelis Dirk de Graeff (1926-1931) dan Bonifacius Cornelis de Jonge (1931-1936)

kemanapun juga dan dimanapun juga Koesoemo Oetoyo selalu berpenampilan seperti di foto itu yaitu berpakaian Jawa dengan belangkon Jogjanya, beliau sangat berkarakter dan bersahaja.

 

 

Foto. pernikahan adik R.M.A.A. Koesomoe Oetoyo di Pendopo Kabupaten Purworejo yang bernama R.M. Oetaryo dengan Putri Bupati Purworejo R.M.T.A. Soegeng Tjokronegoro IV yang bernama R.A. Mursinah. foto di samping kanan adalah R.M.A.A. Koesomoe Oetoyo. foto disamping mempelai wanita adalah bupati purworejo R.M.T.A. Soegeng Tjokronegoro IV.

Semasa hidupnya koesomo oetoyo yang membiayai hidup dan menyekolahkan adiknya Oetaryo sampai ke negeri belanda.

koesomo oetoyo dan oetaryo adalah trah balitaran-sawonggaling kutoarjo
 


Setelah pangeran Diponegoro tertangkap sisa-sisa pengikut pangeran Diponegoro di kabupaten semawung (kutoarjo) dan sekitarnya tetap melakukan perlawana. Maka Belanda membutuhkan bupati sosok figur untuk meredam perlawanan sisa-sisa pengikut pangeran Diponegoro di kabupaten semawung (kutoarjo) lalu diangkatlah seorang mantan pejuang perang Diponegoro R.M. Soerokusumo bin Pangeran Balitar bin Hamengkubuwono I untuk menjadi Bupati kutoarjo menggantikan mertuanya K.R.T.  Sawunggaling II, Sekalipun Soeroekoesomo menjabat bupati hanya beberapa tahun.





 
Penyerahan Kota Kutoarjo dari Belanda kepada Tentara Republik Indonesia terjadi tanggal 19 Oktober tahun 1949 Lalu Penyerahan Kota Kemiri dari Pemerintah Belanda kepada Tentara Indonesia terjadi pada tanggal 18 Oktober 1949
 
Foto satu lokasi di jalan Diponegoro dekat perempatan jalan, depan hotel kencana jaya...Silahkan di chek dan di cocokkan


Perlawanan terhadap kolonial dan sistem ekonomi liberal tersebut dilakukan secara grilya yang dinamakan "Kraman", Kraman adalah suatu pembrontak atau perang Grilya dengan melakukan penyerangan terhadap kereta gerobak milik belanda yang melintas di jalan dan kemudian setelah berhasil para penyerang menghilang. Belanda menyebut orang-orang yang melakukan penyerangan kraman adalah Brandal atau Gerombolan Kecu. Perlawanan tersebut berlanjut kadang-kadang dilakukan secara pererongan/individu sehingga kemudian perlawanan tersebut merupakan salah satu tolak ukur keberanian Laki-laki di daerah Kutoarjo.

 

 
Kantor dan rumah Controlleur bergaya indis(jawa-Belanda/eropa) untuk mengawasi gerak-gerik bupati kutoarjo
 Yang terletak di kompleks Mako Brimob Kompi 4 Batalyon C Pelopor Jawa tengah yang bermarkas di kota kutoarjo ada sebuah bangunan bergaya perpaduan Jawa dan Eropa yang disebut arsitektur indis, tepatnya di belakang kantor Polsek Kutoarjo. Bangunan tua itu dulu dihuni oleh controleur kabupaten Kutoarjo


untuk mengawasi gerak - gerik para Bupati Kutoarjo Belanda menempatakan controleur atau pengawas di Dusun Tegal yang sekarang digunakan untuk Kantor Mapolsek Kutoarjo.

Rumah Controller eks Kabupaten Kutoarjo bergaya indis berada Di kompleks Mako Brimob Kompi 4 Batalyon C Pelopor Jawa tengah yang bermarkas di kota kutoarjo ada sebuah bangunan bergaya perpaduan Jawa dan Eropa yang disebut arsitektur indis, tepatnya di belakang kantor Polsek Kutoarjo.
Bangunan tua itu dulu dihuni oleh controleur kabupaten Kutoarjo.

Dalam birokrasi pemerintahan kolonial Belanda, pemerintahan dipecah menjadi dua, yaitu :
1. Europesche Bestuuratau pemerintahan Eropa yang dipimpin gubernur jenderal, residen, asisten residen, controller.
2. Inlandsch Bestuur atau pemerintahan pribumi yang dipimpin oleh seorang Bupati, wedono, asisten wedono, glondong.

Untuk mengawasi gerak-gerik pemerintahan pribumi, contreleur dipasang dengan Bupati. Pangkat controller setingkat di bawah asisten residen.
rumah Controleur eks Kabupaten Kutoarjo bergaya arsitektur perpaduan Jawa dan Eropa dengan Ciri  bisa dilihat dari atapnya yang berbentuk Limasan lebar seperti rumah-rumah Jawa, jendelanya tinggi besar bergaya eropa dan ada beranda di bagian depan jg Ukuran rumah yang besar itu jg ukuran rumah orang Eropa.
Dan orang-orang Belanda yg membangun kantor juga rumah dinas untuk pejabat-pejabat Belanda masih memiliki rasa hormat kepada bupati-bupati pribumi dengan tidak membangun rumah memunggungi kediaman bupati kutoarjo yg sekarang berfungsi menjadi kantor dan rumah dinas wakil bupati purworejo.
Hebatnya kolonialisme Belanda adalah masih menghormati seni, budaya, dan tradisi Nusantara, maka simbol-simbol kraton, pakaian kebesaran ala Jawa, topi kullup, keris, tombak, payung Songsong, gelar-gelar keningratan dan sebagainya masih disandang dan dipakai.
Bahkan pemerintah Hindia Belanda memberikan dn menghadiahkan gelar-gelar, simbol-simbol ala kraton Jawa seperti gelar pangeran, Adipati, tumenggung,  payung Songsong untuk para pejabat pribumi yang ber-prestasi.. dan sebagainya.
Apabila rumah bupati dibangun menghadap ke selatan, maka pejabat Belanda membangun rumah menghadap ke utara.
John C. van Dyke menyebutkan "kepercayaan, adat istiadat, dan tradisi kaum pribumi masih dihormati oleh penjajah Belanda karena tujuan penjajahan Belanda bukanlah untuk mengubah kebudayaan, melainkan “hanya untuk menguras sumber daya alam”."

Kabupaten Semawung dari awal berdirinya adalah kabupaten yang ramai juga dengan perekonomian yang dinamis, bahkan sekalipun pusat pemerintahan di pindahkan ke selatan gunung tugel yaitu desa senepo dan berganti nama menjadi kabupaten kutoarjo, semawung atau kutoarjo tetep ramai walaupun di tahun 1934 kabupaten kutoarjo digabungkan dengan kabupaten Purworejo oleh pemerintah kolonial Belanda, tetap saja daerah kutoarjo yang terramai dengan perekonomian yang Tinggi juga sekalipun pembangunan besar-besaran di pusatkan di Purworejo.

 

Foto makam M.Herz yang dimakamkan di Cilacap, beliau adalah mantan Asisten Residen kabupaten Kutoarjo saat menjadi afdelling sendiri di era Bupati Pangeran Purboatdmojo Bupati Kutoarjo yang ke-4.
Di Era Bupati Kutoarjo yang terakhir K.R.A.A Purbohadikoesomoe, Kabupaten Kutoarjo menjadi afdelling kabupaten Purworejo dan kabupaten Kutoarjo hanya di tempatkan controller yang kantornya ada di kompleks Mako Brimob Kutoarjo.

 

 
Foto buku Biografi R.M.A.A. Koesoema Oetoyo bin R.M. Soejoedi Soetodikoesoemo (Asisten Wedono Bedog di daerah purworejo setelah itu menjadi Patih Pekalongan) Bin K.R.A.A. Soerokusumo (Bupati Kutoarjo) bin Pangeran Balitar bin Hamengkubuwono I. 

Beliau pernah sekoalah di ELS Purworejo tahun 1878 dan Di HBS Semarang.

 Beliau adalah mantan bupati Ngawi, mantan Bupati Jepara, anggota Volksraad, sekaligus Tokoh Pergerakan Nasional. Ibunya bernama R.A. Soeratinem bin Aroembinang IV, sekalipun kedua kakeknya berbeda politik dalam perang Jawa atau perang Diponegoro dimana dari kakek jalur ibunya aroembinang IV menentang sikap politik Pangeran Diponegoro dan berhasil menewaskan Kolopaking IV, serta dari jalur kakek ayah K.R.A.A. Soerokusumo Gigih berperang melawan Belanda di dalam barisan pangeran Diponegoro. 

Tapi epos Pangeran Diponegoro terpatri di dalam dirinya "bahwa priyayi harus membela kaum alit kalau perlu dengan mempertaruhkan jiwa"

Sumber : DE SUMATERA POST VAN VRIJDAG 21 APRIL 1933 - VIERDE BLAD

 

De regent vant Koetoardjo overleden

 

UIT ZIJN LOOPBAAN

 

Na Een zeer kortstondige ziekte is in de kaboepaten Koetoardjo op zaterdag middag 1 dezer om 2.30 uur in den ouderdom Van 73 Jaar overleden R.A.A. Poerbohadikusumo regent vant Koetoardjo

De overledene stond bekend als Een goed en hulpvaardig bestuurs ambtenaar die groote belangstelling had voor zijn werk.

Vooral de bevordering Van den landbouw veeteelt en tenoen-industrie had zijne groote aandacht.

Hij Was de oprichter  en voorzitter Van de Koetoardjosche zieken zorg vareeniging "maerdi oesodo", die in totaal poliklinieken onderhoudt.

 

Uit  zijn 48-Jarige loopbaan als regent vant Koetoardjo vermeldt de loc , het volgende: als jongeling Van 25 jaar trad hij in dienst bij de staatsspoor als mandoer.

Eenige jaren later ging hij naar het B.B. hij wer geplaatst als magang bij het districts-kantoor Van Pituruh

Na een paar jaren werd hij benoemd als schrijver bij den wedana Van loewano. Zijn bevordering tot assisten-wedana van watoe malang vind plaats, Nadat hij Van loewano was overgeplaatst, naar Poerworejo als schrijver bij den regent aldaar

Als assisten-wedana was hij achtereen volgens geplatst te bajan in Poerworejo en te kre ek in Karangganjar.

Hierna werd hij bevorderd  tot Wedana Van Leksono zijn bevordering tot Patih Van Wonosobo volgde na 8 jaren.

Toen zijn Vader, pangeran  Purboatmodjo, regent vant Koetoardjo, in 1915 met pensiun ging, werd hij als diens opvolger benoemd.

 

Indrukwekkende plechtigheid

 

Onder de zeer talrijke gasten, die naar Koetoardjo waren gekomen om de laatsteeer te bewijzen Aan wijlen R.A.A. Poerbohadikusumo

Regent vant Koetoardjo be vonden zich ook velen Van buiten het regentschap.

In de eerste plaats noemt de loc , den gouverneur Van midden-java, Den heer A.H. Neys, den resident Van kedoe de assistentresidenten Van Koetoardjo en Poerworejo, den voorzitter Van den landraad, Mr, dr. Soepomo vertegenwoordigers van-het pakoe-alamche huis, de regenten Van keboemen, Magelang, Poerworejo, temanggung, Wonosobo, batang, Demak, en Van ngandjoek de laatste een zwager Van den overledene

Ook was aanwezig de majoor Van der horst

Verder bevenden zich in de bangsal alle europesche bestuurs ambtenaren uit de afdeelingen Poerworejo en Koetoardjo

En ambtenaren Van andere takken van dienst.

Eenige admistratuert uit de cultures, vooraanstaande personen uit den handel, industrie en bankwezen waren Mede verschenen. Een Groot aantal kransen getuigde eveneens Van de geveoelens

Een Groot aantal kransen getuigde eveneens Van de gevoelens

Van hoogachting, welke men den overledene toedroeg

Verder werden opgemerkt Alle leden Van den regentschapsraad, alle oelama's Van Koetoardjo

En alle inheemsche bestuurs ambtenaren uit het regentschap als ook vele inheemsche ambtenaren uit de residentie

En naburige Afdeelingen, Allen gekleed in Groot tenue.

Ook zag men den wijkmeester Der chineezen te Koetoardjo

En vele verdere chineesche ingezetenen

Ten slotte waren uit het geheele regent schap alle dorpshoofden naar de kaboepaten gekomen om hun hoogsten chef de laatste eer te bewijzen.

 

Terjemahan bahasa Belanda ke Indonesia :

 

Bupati Koetoardjo meninggal Dunia

 

karirnya berakhir

 

Setelah sakit yang sangat singkat, di kaboepaten Koetoardjo pada Sabtu siang (jatuh sakit) tanggal 1 april lalu pukul 2.30 pagi  (masuk hari Minggu tanggal 2 April 1933), dalam usia 73 tahun R.A.A. Bupati Poerbohadikusumo bupati Koetoardjo meninggal dunia.

Almarhum dikenal sebagai petugas administrasi yang baik dan mencintai pekerjaannya.

Beliau sangat suka pada industri ternak, pertanian, dan industri tenun.

Beliau adalah pendiri dan ketua asosiasi perawatan sakit Koetoardjosche "Maerdi Oesodo", yang mengelola total 4 klinik rawat jalan.

 

Dalam koran Lokomotif menyebutkan hal-hal berikut dari karirnya selama 48 tahun sebagai bupati vant Koetoardjo : 

Awal Karir nya dimulai dari usia 25 tahun.

Sebagai seorang anak muda usia 25 tahun, ia bergabung dengan perusahaan kereta api negara sebagai seorang mandor.

Beberapa tahun kemudian dia pergi ke B.B.  ia ditempatkan sebagai pegawai magang di kantor distrik Pituruh.

Setelah beberapa tahun ia diangkat sebagai penulis bersama wedana Loewano. 

Lalu beliau di promosikan menjadi assisten-wedana watu malang,

Setelah itu beliau dipindahkan dari Loewano ke Poerworejo sebagai penulis dengan bupati Poerworejo saat itu.

beliau menjadi pembantu wedana(asisten wedana),  ditempatkan secara berurutan di Bayan di Poerworejo dan di anak sungai di Karangganjar.

Setelah itu beliau dipromosikan menjadi Wedana Leksono, juga di promosikan menjadi Patih Wonosobo menyusul setelah 8 tahun.

Ketika Ayahnya, Pangeran Purboatmodjo, Bupati Koetoardjo, pensiun pada tahun 1915, ia diangkat sebagai pengganti ayahnya untuk menjadi Bupati kutoarjo.

 

Upacara yang mengesankan

 

banyak tamu yang datang ke Kabupaten Koetoardjo untuk memberikan penghormatan terakhir Kepada almarhum R.A.A. Poerbohadikusumo

Bupati Koetoardjo, diantara tamu yang datang banyak yang berasal dari luar kabupaten kutoarjo.

di antara tamu yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir koran lokomotif menyebutkan Gubernur Jawa Tengah Bapak A.H. Neys, Residen Kedoe, asisten residen Koetoardjo dan Asisten Residen Poerworejo, ketua Van den landraad, Bp. dr. Soepomo.

perwakilan saudara R.A.A. Poerbohadikusumo dari Kadipaten pakualaman(garwo padmi R.A.A. Poerbohadikusumo adalah putri G.P.A.A. Pakualam V yg bernma R.A. Soemiyati), bupati keboemen, bupati magelang, bupati poerworejo, bupati temanggung, bupati wonosobo, bupati batang, bupati demak, dan bupati ngandjuk yang terakhir yg merupakan saudara ipar almarhum.

Mayor Van der Horst juga hadir

Selanjutnya, semua pejabat administrasi Eropa dari divisi Poerworejo dan Koetoardjo juga Hadir memberikan penghormatan terakhir.

Dan pejabat Dari cabang layanan lainnya.

Beberapa pengurus kebudayaan, tokoh perdagangan, industri, dan perbankan juga hadir.

Sejumlah besar karangan bunga juga bersaksi Untuk turut berdukacita, Sehubungan dengan apa yang dilakukan almarhum.

 

Selanjutnya tercatat semua anggota dewan kabupaten, semua ulama kabupaten Koetoardjo juga hadir memberikan penghormatan terakhir.

Dan semua pejabat administrasi adat dari kabupaten serta banyak pejabat adat dari kediaman.

Dan departemen tetangga, semua berpakaian lengkap(jangkep).

Sipir distrik Der chineezen di Koetoardjo juga terlihat.

Dan masih banyak lagi warga Tionghoa lainnya.

Akhirnya, semua kepala desa dari seluruh kabupaten datang ke kaboepaten untuk memberikan penghormatan terakhir kepada kepala tertinggi mereka.

 

Sumber : DE SUMATERA POST VAN VRIJDAG 21 APRIL 1933 - VIERDE BLAD

 

Foto. stasiun kutoarjo sekitar tahun 1970an

 

 
Foto Bung Karno saat pidato di stasiun Kutoarjo sekitar tahun 1960an, stasiun kebanggaan masyarakat kutoarjo.

Hasil jepretan nya eyangnya Mas Agus jerapah dari kelurahan Katerban kutoarjo.

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEha40Lm-TZqaIDcoDvrNrGzbzCOuY0KOFvUXhezZp2-eZmuHn90xaJcLizu0HemNJ11lyrVsTVZFFYuNNdO6vnVKt9ey0RAHuLtS5-Fx8kYZwdx9mCAGGKXDQDnB2hY4Yxco-RWwLCrY7LV/s320/FB_IMG_1592033383545.jpg

Foto bapak Dr. Ir. H. Erman Soeparno M.BA, M.Si kelahiran desa Duduwetan kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo pada tanggal 20 Maret 1950.

Beliau mantan menteri tenaga kerja dan transmigrasi kabinet Indonesia bersatu era presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

 

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgMQvDWlFoR83xwGTyTjcG-OShv-HbflEd1ekEAwh-K1Kar6-Da3EagzKGGcJXL_ipZNeaylR7bMQB-21vNniGXM-4323HXMMqIFh8mo-rV7GJCxmy1gkfOcnMT9EYr03dQMqlgoWinHuj/s320/FB_IMG_1592034974812.jpg

Foto Mayor Jenderal TNI (Purn.) Slamet Kirbiantoro Lahir di Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah, 18 Maret 1948 – meninggal di Jakarta, 19 Juli 2018 pada umur 70 tahun) adalah seorang purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Darat dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal.

Pak Kirbiantoro lulus Akademi Militer di Magelang pada tahun 1970, dia lebih dikenal sebagai mantan Pangdam Jaya Pada tahun 2000-2001 pada masa jabatan presiden Abdurrahman Wahid.

 

Jabatan terakhir beliau di TNI adalah Wakil Irjen Mabes TNI dengan pangkat Mayor Jenderal.

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhirypuoDUfo0MXhG0LH-weCRc7U7Rpz1vF7a9dn92BmpSoZ2lIsHfLai-FXB30JYJrr_t-tbV15PQDt6EB91r-aF18Qb2u4BRqBLQyVG3wdfBIzxMUY47tqq351V9jSYtlYdctjfqEj-Z/s320/FB_IMG_1592042034203.jpg

Foto Danurwindo, pesepakbola Nasional asli kelahiran kutoarjo, 15 Mei 1951.

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQWFVM8D3GSxHp-BYC2vMhoxXABgaQ57IvjNcvQcokKJUeW9iFLvbBu5z7Bp3jKAaGpbe4eQv5RyTiSS-4B90GRGR5-Bbrn7vHnSafkH9rbhF49Nr6qsxxI7v9YD_XEhZ4fQh6jSfNUH6V/s320/FB_IMG_1592043376338.jpg

Karel Heijting

Midfielder.

17 caps. 0 goal.

Clubs: HVV Den Haag.

Senior caps: 1907-1910.

Bronze medalists at the 1908 Summer Olympics football tournament.

Born in Koetoardjo, Central Java, Dutch East Indies.

Departed: August 1951.

Aged: 68.

 

Karel Heijting

Gelandang.

17 topi. 0 gol.

Klub: HVV Den Haag.

Caps senior: 1907-1910.

Peraih medali perunggu di turnamen sepakbola Olimpiade Musim Panas 1908.

Lahir di Koetoardjo, Jawa Tengah, Hindia Belanda.

Berangkat: Agustus 1951.

Umur: 68.

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4iDFf6wpJIh5Jb213_WI4lNzpDB1WXg7LMQMDPGPa2NhLXARi6_jX69UGhzFihwvZm0nahYMomB2s8b6JsYXqQUjOaOoXQs3CqC0v2CrgJscmdCi-JcFwYxkvRn1Kg_CFO8AgyrMAaT-g/s320/FB_IMG_1592055808457.jpg

Foto Mayor Jenderal Purnawirawan TNI Unggul kaswitoro Yudoyono SH bersama istrinya.

Beliau mantan perwira tinggi TNI AD yang pernah menjabat sebagai komandan pusat polisi militer TNI AD.

Beliau adalah Keturunan bupati kutoarjo yang ke-4 K.R.A.A. Soerokusumo. Beliau lahir di Wonosobo 22 Desember 1957 tapi tinggal di rumah colekturan kutoarjo.

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY-VyeCo2woXaLhFgCJD9kFdDS6CeZqbOO8_XvpKLllJFGjZOV9xug5Fo1AVt4bQaHY2Atag8bAlRBTWSIGGwH16ad9o37qVSt7hj6e7ZCMPL5HJf4jRs7A1Xi4vpBPeHm4E0IA8FUUmqq/s320/IMG-20200517-WA0026.jpg


Foto Pak Ganjar Pranowo, Politikus dan Gubernur Jawa Tengah Asli Kutoarjo, kelahiran Karanganyar, 28 Oktober 1968.

di dalam foto lain Pak Ganjar lagi berdoa di Pusara makam Ibunya Almahrum Sri Suparni di kompleks makam keluarga dan trah Adipati Sawong Galling II Bupati Semawung/Kutoarjo di kelurahan Semawung daleman, kecamatan Kutoarjo. Pak Ganjar masih keturunung Adipati Sawong Galling

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgzRt97wtWTNP2QQYOJtCQ7funrJ1dZ_FHwItgbXfMXtEFM8XV6_dDsiA_B0gPVIjeRMcGXYiONjWA6GUkNl2xONvSFrY4GflT7Y1JxEhnzsyPeOQCfAx9u7wqXA5SB5J06GcBjBRDgD-5/s320/IMG_20200617_212103.jpg

Foto. Dr. Pri Pambudi Teguh, SH., MH. Asli kutoarjo Kakak Pak Ganjar Pranowo, sebagai Hakim Agung pada Kamar Perdata

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtnpLYovxYP1V7lf2rKurMfLoYdUQVBPJ5AvRsl8AsJgEW0Mu9eSGzjh3LxruDG0DdylAiFj_mcIXkogAhx58hYHls3EhJJQUxZFnZq3mBKjxfRS_BVS8YhKvP8jDXYav2tGIKlJezTToM/s320/IMG_20200613_210944.jpg

Foto Almarhum Bapak Kelik Sumrohadi mantan Bupati Purworejo. Lahir di desa grabag 27 Desember 1955.

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK69GVXLNsyVrxTTr_vKbCSepwVcoNU_C4K7PUnsuSe7u1Yl5S2xlDvsfcdBc8AZvRxG0TfwQnaoCfgfh3eh14ApZ9ctYKaIXo8uExswRx8C1MabRSaaitIEwpAsYuEg5ok18_lpm6mFrX/s320/IMG_20200713_152849.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgk6MWZsKaj0GDkVI8Cs75LAPSogKoRWxubK07V8Y-g7bb6e-lyE1KVpoo1zfxvV3X3NhFaZFqLqNu069-bK4gbmOjl4ytxjrWFrN7QrOommISmQC7Fp6_vtKJPaSyIKqODq4Fl6FO0UT8M/s320/IMG-20200713-WA0046.jpg

Foto. Mayor Jenderal TNI (Purn.) Dr. Imam Edy Mulyono, S.I.P., M.Sc., M.S.S.

lahir Kutoarjo 24 Maret 1961, putra Bapak Satibi Pasar Kutoarjo alumni SMPN 1 Kutoarjo yg sekarang menjadi SMPN 3 Purworejo.

Pak imam adalah seorang Purnawirawan perwira tinggi TNI-AD yang sebelumnya menjabat sebagai Panglima PBB di Sahara Barat dan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat.

Mayjen Imam Edi Mulyono merupakan Perwira Tinggi Tinggi TNI ketiga dari Indonesia yang mendapatkan kepercayaan menduduki jabatan strategis pada pasukan perdamaian PBB.

Sebelum nya Pada tahun 1976-1978, Mayjen Rais Abin menduduki posisi Force Commander pada UN Emergency Force (UNEF) di Mesir, dan Brigjen Susilo Bambang Yudhoyono (SBY mantan presiden RI) menjabat sebagai Chief Military Observer pada misi United Nations Transitional Authority in Eastern Slavonia, Baranja and Western Sirmium (UNTAES), Kroasia (1995-1996).

Mayjen Mulyono sebelumnya menjabat Komandan Pusat Misi Pemelihara Perdamaian (PMPP) TNI (2011-2013) dan juga terlibat dalam sejumlah operasi Misi Perdamaian PBB, di antaranya sebagai Observer Militer pada Misi PBB UNOMIG (United Nations Observer Mission in Georgia).

Mayjen TNI (Purn) Dr. Imam Edy Mulyono, M.Sc., MSS. Sekarang menjadi Duta besar RI untuk Republik Bolavarian Venezuela, merangkap Republik Trinidad & Tobago, Grenada, St. Lucia, Dominica (Commonwealth) dan St. Vincent & The Grenadies, berkedudukan di Caracas.

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjod1-Gvxk2IOjXnF86k1kINQVBlklXFOifgsudl3vyLLsOAr5dTnWVODGtVu4pRGk51C6RYYCtlx1lr5Ae4oUaaDpYd2auFkHpKro89kYbRhAyprL4RQr_Bokd7Wgq2CrvrlyMbK6GSeZ1/s320/IMG_20200724_052258.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUTGgypFi-YkvlB1iDSWONIY6UIU4jpazCSqY53we6ck4TvjYB9sL-nk3zqpXZYjFsTK6qZ9ipAWevZK_tL9odIO_GbqToVd-aaFZ3Uc3ihA4CAbWVItSH5oy9H0PnYBDNbHlpptNEcJOf/s320/IMG_20200724_052600.jpg

Foto. Keluarga Jenderal Purnawirawan Sarwo Edhie Wibowo keturunan Bupati Kutoarjo yang Ke-2 R.M.T. Soerokusumo

Di dalam foto ada foto menantunya yang bernama Jenderal Purnawirawan Susilo Bambang Yudhoyono Mantan Presiden RI yang Ke-6 bersama Putrinya Ani Yudhoyono juga kedua cucunya Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas.

Pangeran Balitar dan Tumenggung Kertonegoro Sawunggaling II ber-besan yang menikahkan putra putri mereka yaitu R.M.T. Soerokusumo bin Pangeran Balitar Dan R.A. Soerokusumo Binti Tumenggung K.R.A Sawunggaling Notto Neggoro II

 


Foto R. Danusuganda Bupati Magelang, menjabat Bupati Magelang dari tahun 1908 - 1939.

sebelum tahun 1908 R Danusuganda menjadi Asisten Wedana Blekatuk Pituruh kabupaten kutoarjo, beliau tinggal di desa blekatuk pituruh.

R. Danusuganda Sebelum menjadi bupati magelang pernah menjadi asisten wedana di blekatuk pituruh kabupaten kutoarjo.

 


 
Foto masjid Jami Ar Ro'fii Loning berdiri sebelum perang Diponegoro yang berumur lebih dari ±300 tahun.
 Masjid terletak di desa Loning kecamatan Kemiri kabupaten Purworejo Jawa tengah.
 Masjid di dirikan oleh Waliyullah dan ulama besar di masanya Guru dari Mbah Imam Puro bernama K.H. R.M. Mansyur alias K.H. Abdul Rofingi alias Muhyiddin Arrofingi alias Tuan Guru Loning bin K.H. R.M. Sandeyo Alia Kyai Nur Iman Mlangi Yogyakarta bin Amangkurat IV Jawa.
 Tuan Guru Loning juga adalah guru, penasehat, dan mertua Pangeran Diponegoro.

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjt2ZsqiE_sFjcxxZj5lxIs1niAeDV_TdXNJJYxRa2gCu-uWbiRuVWWwwpSoCJ28-AOfLkywqWMuXpH0_B84VbCXE9euGE6xsRDb_uM3zAfPcNJSbxUdKltA-bF881J5AOmxQTZZ1ODYTiA/s320/FB_IMG_1594185496434.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhySWo1jJ_EWYRbPqOlYBVcfC1Yqcv7fyGF5uL1FjkH_-lRtlfsxbw1ZacQiqw4fhCH-IgYeDi2TMrvLVCdP4OyfHSUZ46-Y6AaLCTxO5LMNoK2oZHzaXG-yIu3i1_P3R4LEHNOX0xjPdQm/s320/FB_IMG_1594185743285.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPMnwCjq6JUihHgEDL1hkBW0zxPAMCSDbW-mqh9YIZ_4SllrTOXjOKWI0l1nlDBeWs75pxqfOkuHfGMppBE8_3qNCA6X3rHwZCO78WdcYNpzDE1fUOsRdXrCLgByZ1ppETlzRYt-z-7w3R/s320/IMG20200422153432.jpg


Foto. Asisten wedana Kalikotes Pituruh kabupaten kutoarjo Eyang Muhammad Yusuf purbohadiwijoyo.

Setelah jadi asisten wedana Kalikotes yang sekarang setingkat kecamatan, beliau lalu oleh pemerintah kolonial Belanda dijadikan Wedono salam (Magelang), dan terakhir menjadi Wedono Prembun.

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGP67L95S23bBurlSP_2J8AtIg1kcDc54EJnbpQoKzACRncNzJ2f_9fB4V2ZMypQ8WIJ7mORC6UcKb1yhjrEE4bb4ogtE2CCC-oK8gL6ul8MJPNpZfwHJ8FzBtfnidGTqpYxYMzHCSXgKZ/s320/IMG_20200728_200832_276.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiNE_WZuSA_5vHjYUK-oN829wjEncGYdQMQU8eZm7Gx5QdR_IttUcxADvZFYf0FTHN1yrcPgdxccmnTFjj5Vp8MgG04advl7ibi0X7aVniVnCy9HM_2R4wImKoRYqnx7hrIHEfqsC62vV7/s320/FB_IMG_1592112531829.jpg

 

 
Kyai Sadrach dan bangunan Gereja kuno bernama Gereja Kristen Jawa Karangjoso adalah gereja tertua di pulau jawa dari desa langenrejo kecamatan butuh, kabupaten purworejo, Kyai Sadrach adalah seorang pengginjil tanah Jawa sekaligus perintis gereja Kristen Jawa (GKJ) di Indonesia

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGLAW-81Onmxzm4YgeS-ck8ZwzcXtUQsgAuouDT0tVDl9GkZt1afp1MOXs9pSUHhOL1LOsBsOjzoqv4Y0irN8k4SBvHTOVD3EIgJSTysrPievBbCZyd0Vi9LkE86GtPBUhws8X9JyFDhmT/s320/FB_IMG_1599584415923.jpg

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ-xw24_T76o5Yt85Lnyj3oNYU7re_RJnsiw8Oni2qktufNTXD6YHYNLYYMSbfRQ3TdtbEyqIK6qcjIw6v4aT55fTqkVdNGUa9WdrS9OGx6doXVEFLOxTLAcqafMtc19uRGAL4FNtSEYEB/s320/FB_IMG_1599584436920.jpg


Foto. keluarga Tuan Philips di tuk songo Purworejo, kyai Sadrach(perintis gereja Kristen Jawa di Indonesia) bahkan masa keci/remaja R.M. Purboatmodjo/Pangeran Purboatmodjo(bupati kutoarjo ke 8) yg kelak dianugerahi gelar Pangeran oleh pemerintah kolonial Belanda lewat gubernur belanda di bogor, Pernah di titipkan ke Tuan Philips.

tahun 70 an seorang penulis perancis C.Guillot yg datang ke Purworejo dlm bukunya menyebutkan bahwa rumah tuan Philips masih berdiri bahkan dia masih bisa mengidentifikasi kuburan kuburan belanda di kerkop Purworejo.

 

 
Foto. Bapak Soemarsono kelahiran Kutoarjo tokoh kunci pertempuran 10 November Surabaya sekaligus penggagas hari pahlawan 10 November. https://purworejo-connect.org/soemarsono-putra-kutoarjo-tokoh-kunci-pertempuran-surabaya/

 

 
Direktur Jenderal Kebudayaan pertama Indonesia Almarhum R.M. Indrosugondo Menantu Bupati Kutoarjo terakhir.
 Beliau menikah dengan Salah satu putri K.R.A.A. purbohadikusumo yang bernama R.A. Soeminah.
 Tahun 2019 beliau mendapatkan penghargaan Nasional di bidang Kebudayaan oleh pemerintah Republik Indonesia dan diserahkan oleh Presiden Jokowi kepada ahli waris beliau. Beliau wafat 7 November 1976 dn dimakamkan di pemakaman trah pakulaman sunyoragi Yogyakarta.


 
Foto. Sosok maestro pemberdayaan diri, Yang banyak menelurkan Master pemberdayaan diri yg punya omset puluhan juta bahkan ratusan juta.

Beliau adalah kakak ipar mas iwang Gilanggalan Kutoarjo senepo, Istri suwargi pak Yan Nurindra bernama Gayatri S Rini kakak dari mas iwang yg tinggal di senepo selatan nomer 21 kelurahan Kutoarjo kecamatan Kutoarjo kabupaten Purworejo. Almahrum Grand Master Yan Nurindra kelahiran Salatiga 31 Januari yang tahunya saya lupa....

Fto mas iwaang bersama mbk Gayatri  saat mendampingi keluarga kakaknya istri dari maestro Grand master pemberdayaan diri Indonesia Almarhum Pak Yan Nurindra.

Beliau di beri gelar bapak hypnotherapi indonesia ..oleh salah satu murid beliau ..pak Adi Gunawan, master Adi Gunawan aktif membuat organisasi hypnotherapis yg masuk ke jalur pendidikan ..beliau juga pengarang buku ..dan master pemberdayaan diri jg hipnoterapis Indonesia..  Suwargi pak Yan Nurindra itu type nya ilmu yg orang yg di anggap mistik atau ngga masuk akal akan di di terjemahkan secara ilmiah dan bisa di logika. Beliau Grand Master Pemberdayaan diri yg tidak hanya terkenal di dunia Nasional tapi juga internasional... Siapa tokoh-tokoh pemberdayaan diri sehebat apapun dan terkenal di Indonesia raya ini yg tak kenal Nama besar Almahrum Yan Nurindra. bahkan teryata banyak tokoh-tokoh pemberdayaan diri adalah murid beliau sendiri.  Alfatihah buat master yan Nurindra semoga ilmu2nya bermanfaat, dan pahala dari ilmu2nya terus mengalir ke beliau..Amin...

 

Foto menteri termuda di indonesia sampai saat ini yaitu Setiadi Reksoprodjo lahir pada tanggal 18 September 1921 di Kutoarjo. Setiadi berusia 25 tahun 7 bulan saat ia diangkat menjadi Menteri Penerangan, menjadikannya menteri termuda di Indonesia sampai saat ini. adalah putra tertua dari bangsawan Jawa Soekirdjo Reksoprodjo dan Koespirah Soemodidjojo. Ayahnya, Soekirdjo Reksoprodjo, menjabat sebagai Bupati Kudus dari tahun 1952 sampai 1954.


Foto. Makam ibunda K.H. RM Mansyur alias Tuan Guru Loning yang Bernama Nyai Ngadiluwih di Dusun Bedungus Desa Samping Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo.
Nyai Ngadiluwih adalah salah satu istri K.H Nur Imam Mlangi alias K.H BPH Sandeyo bin Amangkurat IV.

 
Foto. Muhammad Achadi menteri kesayangan presiden bung karno kelahiran Kutoarjo 13 Juni 1931.

masa mudanya pernah menjadi Tentara pelajar, lalu karena kecerdasanya beliau bisa sekilah ke luar negeri di universitas reading oxord.

Beliau mantan Ketua Pemuda dan Pelajar Indonesia di Eropa pada akhir tahun 1950-an, suatu saat Bung Karno berkunjung ke Eropa dan berdialog dengan para pemuda dan pelajar Indonesia di sana. Pertemuan itu diakukan di Paris. Bung Karno tertarik akan gagasan-gagasan ekonomi Pak Achadi dan meminta dia pulang untuk menjadi Menteri Transmigrasi dan Koperasi pada kabinet Bung Karno yang terakhir.
Bung Karno tidak ingin membangun perekonomian kita di atas landasan kapitalisme yang diumpamakan sebagai manusia mengisap darah sesama manusia. Bung Karno juga tidak ingin perekonomian kita dibangun seperti gagasan Karl Marx dan Lenin, yaitu rakyat hanya sebagai buruh tanpa ide dan kreativitas yang semata-mata tergantung pada negara sebagai majikan,” Semasa hidupnya, Mohammad Achadi sempat menulis buku Kabut G30S: Menguak Peran CIA, M16, dan KGB. Dalam buku itu diungkapkan, dalang peristiwa Gerakan 30 September 1965 bukan hanya dinas intelijen Amerika Serikat, tapi juga intelijen Uni Soviet (sekarang Rusia) dan dinas intelijen Inggris, yang dilengkapi dokumen-dokumen. Achadi memang pelaku sejarah yang mengetahui bagaimana Bung Karno dijatuhkan dari kursi kepresidenan. Achadi bahkan merupakan Rektor Universitas Bung Karno pada tahun 1960-an, sebelum perguruan tinggi tersebut dibubarkan oleh rezim Orde Baru.

Achadi pernah ditahan rezim Orde Baru. Dalam bukunya, ia mengungkapkan bagaimana dirinya bertemu dengan tokoh-tokoh Partai Komunis Indonesia dan tokoh-tokoh yang diindikasikan terlibat Gerakan 30 September 1965 di penjara. Mereka antara lain Jenderal Supardjo (Wakil Pemimpin Senko/Sentral Komando Gerakan 30 September), Letkol Untung (Pemimpin Senko Gerakan 30 September), Jenderal Sabur (Komandan Tjakrabirawa), dan Pono (Biro Khusus Partai Komunis Indonesia). Dari pertemuan dengan tokoh-tokoh tersebut, Achadi semakin teguh berkesimpulan bahwa Bung Karno sama sekali tidak terlibat, baik langsung maupun tak langsung, dengan Gerakan 30 September 1965. Achadi juga berpandangan, Soeharto mengetahui akan adanya pergerakan malam 30 September 1965.


 

 
Foto. seni tari mawar melati anom lalu berubah nama menjadi jatikusuma, seni tari yang dirintis eyang singoyudo prajurit kabupaten panjer dibawah pimpinan K.R.A.T Kolopaking IV, setelah gugurnya kolopsaking IV lalu prajurit panjer menyebar dan ada yang pulang ke kampung halaman tak terkecuali eyang singoyudo yang menetap di desa katerban dan merintis seni tari jati kusuma, yang tujuanya untuk media dakwa syiar agama, gerakan tari adalah gerakan tari seorang prajurit dengan jurus pencak silat aliran mataraman, sayang karena keterbatasan pelatih dan sesepuh yang sudah meninggal dunia seni tari ini harus bergabung dengan seni tari dolalak kaligesing supaya eksis,

didalam foto ada foto makam eyang singoyudo

 

 
Foto. Sate Kambing dan Gulai Kambing Khas Winong, Kemiri.

 

 
Foto salah satu kuliner khas kutoarjo "Clorot" tepatnya dari dari daerah Grabag.



 
Foto Kue Lompong salah satu identitas kuliner khas kota kutoarjo dengan pewarna alami pohon lompong/talas.
 
 Foto makanan khas kutoarjo, gadungan kaliguci kemiri.
 
KULINER KHAS KUTOARJO yaitu ES  Piring Prapatan kutoarjo.
Sejarah nya sudah ada semenjak tahun1970an.. didirikan pak Parman lalu generasi kedua adalah Bu Jum, generasi ketiga adalah mas Edo.
Sejarah nya dulu tahun 70an ada penjual dawet di perempatan jalan kutoarjo bernama pak parto setelah pak Parto meninggal dunia tidak ada yang meneruskan es dawet pak Parto,
lalu resep dawet pak Parto di beli pak Parman dan dikembangkan serta di enovasi menjadi Es piring dan gado2 perapatan kutoarjo.


kuliner khas Kutoarjo yang satu ini "Roti Bagelen 1906". 
Roti bagelen asli Kutoarjo yg melegenda semenjak Tahun 1906. 
Toko Roti Bagelen terletak di Kota Kutoarjo Jawa Tengah dengan alamat Jln Pangeran Diponegoro no 171 Kutoarjo. 
Nama bagelen diambil karena sebelumnya kutoarjo adalah bekas eks Kabupaten Kutoarjo ikut karesidenan Bagelen, baru setelah itu Karesidenan bagelen dibubarkan dan menjadi karesidenan Kedu. 
Salah satu kuliner khas Kutoarjo yaitu 'Roti Bagelen 1906, ownernya sekarang diteruskan oleh salah satu keturunannya yaitu cik vivi.
Generasi Pertama Roti Bagelen Kutoarjo adalah Almarhum Gwan Hien.
Salah satu karyawan yang belasan tahun ikut adalah bu yati yang berada di dalam foto ini. Menurut cik vivi ada yang menjiplak nama roti Bagelen seperti di bandung juga magelang tapi pihaknya tidak mempermasalahkannya.
Biar tahu dan lebih mengenal kota Kutoarjo ayoo beli roti Bagelen di Jln Pangeran Diponegoro No. 171 Kutoarjo, nanti disitu ketemu penjaga tokonya salah satunya Bu yatii


 
Foto kuliner khas kota kutoarjo, Dawet Ireng Butuh.
 
Foto salah satu jembatan Bruk kali jali di kutoarjo, waktu zaman SMA saya suka melewati bruk ini
 
 
Foto disalah satu Perpustakaan terbesar Dunia KITLV Leiden Belanda. 
 "Jembatan ini yang menghubungkan dari Karanganjar ke Koetoardjo, tahun 1910"
 KITLV 19573

 

 
Foto. Salah satu Rumah Pecinan di Kota Kutoarjo.

 

 
Foto. Bangunan kuno Era Kolonial di Kutoarjo yang sekarang berfungsi menjadi sebuah Hotel, bernama Hotel Kencana kutoarjo.
 

 

 
Foto. Curug Kaliurip yang terletak di desa Kaliurip kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo

Foto. peninggalan dan bekas kediaman bapak arso pawiro sebagai tempat tinggal Gubernur dan pusat pemerintahan provinsi jawa tengah sementara di Desa Giyombong Kecamatan Bruno Kab Purworejo, pernah menjadi pusat pemerintahan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1948 selama 2 bulan. Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah di pusatkan di Desa Giyombong pada saat itu beliau KRT Wongso Negoro sebagai Gubernur Jateng pertama dalam perjalanan pengungsian pada masa clas ke II. Beliau di ikuti anak , istri dan pengawalnya, menetap di rumah bapak Arso Pawiro, barang bukti yang masih ada berupa meja kerja yang pernah digunakan beliau dan koper besi tempat pakaian. Sejarah ini saya cuplik dari penuturan bapak Waryani sebagai saksi hidup yang saat itu bersama putra putrinya KRT Wongsonegoro sebagai pengasuhnya.

 

 
Foto. Curug Si jangkar, dusun gondangan, desa pakisarum, Bruno.

Foto. Curug Gunung Putri cepedak bruno\

 


 
Foto. Curug Abang desa Wonosuko kecamatan Kemiri

 

 
Foto. Curuk Muncar Bruno.

 

 
Foto puncak sigendol Bruno

 

 

 
Foto obyek wisata pantai ketawang

 

 
Foto. Kali Semame Purbayan kecamatan Kemiri

 

 
Foto. Curug Silumut yang terletak di desa Loning kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo.

 

 

 
Gua yang terletak di Desa Kali Glagah, Kecamatan Kemiri. Yang diberi nama Gua Lawang dan Gua Silumbu. Gua Lawang terletak di dataran rendah sedangkan Gua Silumbu berada di atas bukit dengan ketinggian 120 m dpl.
 Gua Lawang terdiri dari tiga buah Gua yang dibuat dari padas yang dipahat. Gua tersebut membujur Barat-Timur sepanjang 18 m dan tingga 3 m, pada bagian atas gua banyak ditumbuhi pohon bamboo dan semak belukar. Didalam gua silumbu I terdapat lingga semu berukuran diameter 79 cm dan tinggi 90 cm, dan yoni bercerat dengan ukuran lebar 161 cm, panjang 180 cm, tinggi 62 cm. Lingga yoni tersebut sekarang dalam kondisi rekat karena semen.
 Gua II terletak dibagian tengah mempunyai pintu masuk berukuran lebar 78 cm dan tinggi 147 cm. Yoni pada Gua II mempunyai semacam tempat yang menampung air yang berberntuk silinder dengan ukuran diameter luar 104 cm, diameter bagian dalam 89 cm dengan kedalaman 20-30 cm, pada ujung cerat yoni terdapat relief seperti makara.
 Gua III berukuran paling kecil, pintu masuknya sangat pendek sehingga membuat orang yang akan masuk ke dalam harus membungkuk. Lingga semu yang ada di gua ini dalam kondisi pecah sedangkan pecahnya tidak diketahui keberadaannya sedangkan yoninya hanya terlihat pada bagian atas dengan ukuran bujursangkar, yaitu 120 cm x 120 cm. bagian luar Gua tidak berbeda jauh dengan gua I dan II, banyak ditumbuhi moss dan penuh vandalism.
 Gua Silumbu terletak diatas bukit yang cukup curam, yang berada di Desa Kali Glagah, Kecamatan Kemiri. Untuk mencapai Gua Silumbu satu-satunya jalan hanya melalui jalan setapak kemudian menyeberangi sungai tanpa jembatan, kemudian dilanjutkan dengan mendaki bukit. Gua Silumbu menghadap ke arah barat dan mepunyai dua buah pintu yang membujur Utara-Selatan, panjang gua 15 m dan tingginya 5 m. batas sebelah barat Gua Silumbu adalah jurang dan sungai, batas utara, selatan, dan timur adalah tebing.

 

 
Foto. Kerkof kompleks makam/kuburan Belanda di gunung tugel, Kutoarjo

 

 
Foto seni budaya tari Cingpoling dari desa kesawen Pituruh.

 

Foto Makam Ibunda Tuan Guru Loning alias KH. R.M. Mansyur yang bernama Nyai Ngadiluwih di Dusun Bedungus Desa Samping Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo. nyai ngadi luwih adalah salah satu istri dari KH Nur Imam Mlangi alias B.P.H. Sandeyo bin Amangkurat IV jawa


 
Foto makam Tuan Guru Loning alias R.M.Mansyur Alias K.H. Muhyiddin Arrofingi bin R.M. Sandeyo alias Kyai Nur Iman Mlangi Yogyakarta bin Amangkurat IV. Beliau adalah ulama besar pada eranya, banyak orang yang tidak tau kalau beliau adalah guru sekaligus mertua dari pangeran Diponegoro.

Salah satu putri beliau yang bernama R.A. Retno Kumolo alias R.A. Djamilah menikah dengan pangeran Diponegoro dan dikaruniai tiga orang putri yaitu R.A. Herjuminten, R.A. Herjumerut, R.A. Hanggraeni.
Setelah Pangeran Diponegoro tertangkap Belanda, R.A. Retno Kumala menikah dengan Kyai Sangid dan memakai nama R.A. Djamilah untuk mengelabuhi Belanda.

 
Foto Makam Kyai Nur Muhammad Alang-alang Ombo giri Gondo pituruh bin Kyai Zamzami Ponorogo bin Kyai Agung Muhammad Ilyas bin Kyai Agung Suryo Ngalam bin Kyai Agung Lamongan bin Sunan Drajat bin Sunan Ampel
 Ulama besar pada masanya.

 

 
Foto. Salah satu makam Pejuang Perang Jawa R.M. Djojo Sundargo alias Basah Djojo Sundargo, kentol bagelen bagian tengah yang meliputi kabupaten Semawung/kutoarjo yang bernama BasahJoyo Sundargo.
nama beliau sering ditulis Ngabei Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokro joyo alia Raden Adipati Arya Tjokronegoro I di dalam babad kedung kebonya, juga ditulis Pangeran Diponegoro di babad diponegoro manado juga ada di catatan-catatan militr kolonial belanda
 Basah Adalah gelar panglima perangnya pangeran Diponegoro dibawahnya Ali basah.
 Basah mempunyai pasukan 1000 prajurit.

Susunan pangkat kemiliteran ala Turki Pangeran Diponegoro adalah tertinggi di mulai dari :

1. Ali basah 

2. Basah

3. Dullah

5. Syech
Makam basah Joyo sundargo ada di desa Lengis kecamatan Grabag.

 



 
Desa Jono, bayan yang zaman dahulu penduduknya mayoritas China/tiongha

Kisah panjang sejarah komunitas Tionghoa di Magelang, Temanggung dan Banjarnegara berasal dari desa-desa di selatan Kutoarjo yaitu: Kiyangkongrejo, Semawung, Tungtung Pait dan Jono. Masyarakat Tionghoa Magelang, Parakan Temanggung dan Banjarnegara akan menyebut daerah selatan Kutoarjo tersebut sebagai asal mula leluhur mereka.
Terdapat dua jejak makam cina di Jono. Alkisah Jono dan sekitarnya adalah pusat Pecinan pelarian dari geger Batavia atau tragedi Angke 1740 di batavia yang merembet ke jawa tengah dan jawa timur di era Pakubuwono II. Pecinan Jono dan sekitarnya akhirnya juga bubar saat Java Oorlog atau Perang Diponegoro. Migrasi Batavia ke Purworejo ratusan tahun kemudian diikuti dengan Migrasi dari Kutoarjo ke Magelang, Parakan dan Banjarnegara.Di bagian selatan eks Kabupaten Semawung/Kutoarjo lalu setelah selesai Perang Diponegoro berubah menjadi kabupaten kutoarjo terdapat desa2 cina bahkan Pecinan yg maju penghasil tenun dan Grabah salah satunya adalah desa Jono yg dulu desa itu mayoritas nya adalah orang2 cina dan saat Perang Diponegoro di desa Jono ada pabrik mesiu dan senjata api yg di produksi di desa Jono kecamatan bayan.... Jadi jangan salah tafsir perang Diponegoro itu bukan perang tradisional menggunakan tombak, panaah, keris dan sebagainya... Tapi udah menggunakan senjata modern pada era itu...

Desa2 cina tersebut seperti Kiyangkong, Jono, Tuntung pait, semawung dan sebagainya adalah salah satu penyangga perekonomian eks Kabupaten Kutoarjo... Yg dalam catatan sejarah perekonomian kabupaten kutoarjo lebih maju..


 

 
Foto salah satu contoh batik kutoarjoan dari pantai selatan grabag motif "melati secontong".

 

 
Foto. Kerajinan Seni tempa lipat pandai besi desa Suren kecamatan kutoarjo kabupaten Purworejo yang dilakukan turun temurun. Foto ini ada di bengkel kerajinan pandai besi milik bapak Tusilan bapak dari Mas Edi Wibowo Suren.

Menurut keterangan narasumber mas Edi Wibowo dan bapak Tusilan di desa Suren, kerajinan ini dilakukan turun temurun yang awal mulanya leluhurnya juga membuat tosan aji berwujud keris, tombak, dan pedang tapi karena perkembangan zaman dan permintaan masyarakat akhirnya juga melayani pembuatan alat-alat perkakas rumah tangga dan perkebunan seperti pacul, arit, pisau dan sebagainya. Akhirnya pembuatan seni tempa lipat keris hanya sampai ke Mbah Rakidi, selanjutnya hanya melayani pembuatan perkakas rumah tangga, dan perkebunan.
Berikut silisilah Empu dan pandai besi dari mas Edi Wibowo Suren.
Mbah Mustawi
I
Mbah Rakidi
 I
Mbah Ngatijo
  I
Pak Tusilan
 I
Om Edi Wibowo

 

 
Foto. Masjid Jannatu Naim di desa Dlangu, kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo Jawa tengah. Masjid yang sejarahnya adalah peninggalan Kanjeng Sunan Kalijogo.

 


 
Sebuah dokumen/Arsip surat Pengukuran Berbahasa Belanda dan ONSCHRIJVINH

(PRASASTI) Berbahasa Belanda
Atau sebuah sertifikat Tanah berbahasa Belanda yang dikeluarkan tanggal 26 Februari tahun 1915 di Magelang.

Surat ini tentang sebuah bangunan kuno bergaya era kolonial Belanda yang setelah kemerdekaan Republik Indonesia berfungsi sebagai kantor dinas transmigrasi yang sekarang berfungsi sebagai Hotel Puri mandiri terletak di jalan Tanjung Anom kutoarjo.
Sayang Pemda kabupaten Purworejo tidak mempertahankan keaslian bangunaan tersebut... Semoga Pemda mengembalikan Bangunan tersebut sesuai aslinya sebagai cagar budaya kota kutoarjo sekaligus cagar sejarah.

Meetsrief Van het pereeel, gelegen in de Residensi KEDOE, bestuursafdeling PURWOREJO, District KOETOARDJO, Desa KOETOARDJO Ter Districtshoofdplaats KOETOARDJO buiten de Chineesche Wijk en buiten de beborsede Leon. Kadastrale afdeeling Koetoardjo, sectie A, Nomer 825. Eig.verpondings-nomer 606

(Surat Pengukuran Dari plot, terletak di Residensi KEDOE, departemen administrasi PURWOREJO, Kabupaten KOETOARDJO, Desa KOETOARDJO Di ibukota kabupaten KOETOARDJO di luar Chineesche Wijk dan di luar Beborsede Leon. Divisi Kadastral Koetoardjo, seksi A, Nomer 825. Nomer pendaftaran properti 606)
----++

 ONSCHRIJVINH
(PRASASTI)
Een erf beboused met twe huisen Van materialen Van tijdelijken asrd opgetrokken en met pannen gedekt

(Sebuah pekarangan dengan dua buah rumah terbuat dari material van yang dipasang sementara dan ditutup dengan ubin........

 


 
Foto tahun 1988. salah satu bangunan cagar budaya di kota kutoarjo bergaya era kolonial yang dulu menjadi kantor Transmigrasi terletak di jalan tanjung anom kutoarjo, sayang sekarang merubah keaslian bangunan cagar budaya dan disulap menjadi Hotel puri mandiri oleh pemda

 

 
KOMPLEK PANGERANAN KUTOARJO
 Komplek Pangeranan Kutoarjo adalah sebuah kompleks Tempat tinggal seorang Pangeran yaitu salah satu Bupati Kutoarjo Pangeran Purboatmodjo yang kompleks nya di sekitar pendopo dan rumah Kepatihan kabupaten kutoarjo yg sekarang berfungsi menjadi kantor kecamatan Kutoarjo, juga di timur Pendopo dan Rumah dimasa Bupati Kutoarjo yang sekarang berfungsi sebagai rumah dinas dan kantor wakil Bupati Purworejo. Yang meliputi SMPN 3, Purworejo, SMP negeri 16 Purworejo, politeknik Sawunggalih aji, wismo aji, radio Fortuna FM, gedung cindelaras, Wirotaman dulu adalah kompleks Pangeranan milik pangeran Purboatmodjo, karena salah satu keturunan Pangeran Purboatmodjo dlu sakit2tan lalu tanah dijual sedikit demi sedikit yang hanya menyisakan Rumah pokok yang sekarang menjadi SMA Muhammadiyah Kutoarjo. Yang Konon disewa oleh yayasan Muhammadiyah. Bangunan masih ada Cuma Sudah di Robah menjadi SMA Muhamadiyah Kutoarjo. Menurut informasi bagian Depan Sudah Nggak Asli tapi Kalau Tengah Sakanya Masih Asli. Dulu jalan tersebut bernama jalan Pangeranan tapi dirubah menjadi jalan mardiusodo. Menurut keterangan ahli waris pada zaman dulu orang yang lewat kompleks Pangeran pasti berjalan merunduk...
 Sayang bangunaan Rumah Pangeran Purboatmodjo sudah gak sesuai aslinya..
 Semoga masyarakat mempunyai kesadaran untuk mempertahankan keaslian cagar budaya kutoarjo yg punya nilai historis jg sebagai bukti manifestasi sejarah.

 

Foto. Pengrajin Sangkar Burung Desa Wirun, kecamatan Kutoarjo, kabupaten Purworejo Jawa tengah.

 

 
Foto. Gua Pencu, desa Ngandagan, kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo.
 Gua pencu adalah Situs Sejarah Peninggalan Ir Soekarno di Desa Ngandagan, Pituruh Tidak banyak orang yang tau soal pesona Desa Ngandagan, pituruh, purworejo,Jawa Tengah. Dikelilingi sawah dan bukit, desa tersebut diketahui sebagai daerah percontohan pertanian di Pulau Jawa oleh Presiden Soekarno.
 Berdasarkan Narasumber tokoh masyarakat desa ngandagan, nama Desa Ngandagan mulai dikenal saat kepimpinan seorang Glondhong bernama Sumotirto. Sumotirto dengan nama kecil Mardikun menjabat Lurah sekitar tahun 1946-1963. Dia sebenarnya berasal dari Desa Wonosari. Tapi karena kecerdasan, ketegasan dan kemampuannya, tokoh masyarakat dari Desa Ngandagan yakni Kartowi Kromo memanggil Sumotirto untuk menjadi kepala desa ngandagan yang merangkap Glondong.

Tangan dingin Sumotirto ternyata mampu mengubah Ngandagan menjadi desa yang asri dan sejuk. Sejak saat itulah, Ngandagan menjadi desa percontohan. Bahkan, hampir setiap hari mobil pejabat melintas di Ngandagan hanya untuk melihat-lihat atau sekedar rekreasi.

Tahun 1947, Ngandagan dikunjungi oleh Presiden RI ke-1 Ir. Soekarno. Kehadiran Sang Proklamator itu kabarnya untuk melihat sistem pertanian, gotong royong masyarakat hingga rasa saling menghormati antar ummat beragama.

Juga untuk meninjau keberhasilan proyek pertanian jeruk dan perikanan di Desa Ngandagan. Warga desa yang mendengar akan ada kehadiran Bung Karno langsung menyiapkan penyambutan



 
Foto. Ringgit Purwo tokoh werkudoro gaya Kaligesingan (Bagelenan) yasan Ki kartoguno alias Ki Gethuk desa pacor kutoarjo. buatan leluhurnya Ki dalang Sutarko hadiwacono Katerban Kutoarjo yang bernama Ki Kartoguna yang tinggal di desa pacor kutoarjo, dibuat tahun 1904 bahan dari kulit kebo bule dan gapit dari sungu kebo bule. Pewaris dalang gagrak kaligesingan adalah Ki Sutarko Hadiwacono Katerban kutoarjo.

 

 
Foto Dalang Ki Gethuk alias Mbah Gethuk alias Ki Kartoguno alias Ki Darmo sentiko dari desa Pacor kecamatan Kutoarjo kabupaten Purworejo tahun 1900an.
 Berikut Nasab atau silsilah Mbah Gethok dari dalang dari Mataram yang bernama Ki Hardi Wijoyo :

Ki Redi Wijoyo/Ki Redi Bethitit/Ki Hardi Wijoyoo

(sumare ing Tepus wetan, Kutoarjo)
I
Ki Toguno/Ki Guno Perwito

(sumare ing Wonoroto, Ngombol)
 I
Ki Tirtosono

(Sumare ing Katerban, kutoarjo)
 I
Ki Darmo Sentiko/Kartoguno/Mbah Gethok

(Sumare ing Dewi, Bayan) 
 I
Ki Darto Crito Karmoyo

( Sumare ing Katerban, Kutoarjo)
 I
Ki Sutarko Hadiwacono
 I
Ki Putut Danardono / Ki Parikesit

Dan Ki warsoguno Karyo perintis Gagrak Gaya Kaligesingan (Bagelenan) yang tinggal di desa kaligono Kaligesing adalah saudara Ki kartoguno alias Ki Darmo Sentiko alias mbah Gethok dan Mbah Gethok pacoran yang meneruskan seni pembuatan, sunggingan dan tatahan gagrak wayang kulit Gaya Kaligesingan (Bagelenan).

Foto. Makam mbah gethuk/kartoguno di desa dewi kecamatan bayan kabupaten purworejo. foto bersama salah satu putra beliau yang masih hidup dari istri ke-3 yaitu ki partono yang masih aktif melestarikan wayang kulit  

mari kita hadiahkan surat Al Fatihah untuk Mbah Gethuk alias Ki kartoguno

 

 
Foto situs Mbah Beei di desa senepo yg sekarang menjadi kelurahan Kutoarjo, situs ada diatas tanah milik Eyang Buyutnya Gus Nuril Anwar Yang Bernama Kaji Sholeh sang juragan tanah di Kutoarjo.
 Dari penuturan sesepuh senepo, bahwa itu adalah petilasan bukan makam. Biasanya di petilasan samping kanan kirinya menjadi makam masyarakat. Di situs tertulis Ngabehi sosronagoro.
 Makam dipugar oleh pemili toko kopi muthu Kutoarjo
Al Fatihah untuk mbah beii

 

 
Foto taman makam pahlawan tentara pelajar di desa wareng kecamatan Butuh kabupaten Purworejo Jawa tengah.
Al Fatihah untuk para pahlawan yang rela gugur untuk kemerdekaan RI

.

 
Foto. Makam Dalang wayang Ringgit Purwo Mbah Ki. Warsoguno di desa kaligono Kaligesing Purworejo.
 Beliau seorang dalang sekaligus pembuat, pengrajin seni tatah dan sungging Gagrak Ringgit Purwo.
 Beliau adalah pencipta Gagrak Wayang Style (Gaya) Kaligesingan (Bagelenan). Mbah Warsoguno Karyo Adalah Murid dari Ki Gondo Grumbung Loano, Mbah Gondo Grumbung adalah Abdi dalem Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Suma ila ruhi khususun mbah warsoguno dan mbah gondo grumbung Al-Fatehah...

 

 
Salah satu puncak bukit di perbatasan antara desa gunung teges dan desa Purbayan kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Enak buat kontemplasi dan meditasi, Tempat favorit ku sejak SMP
 Dulu waktu aku SMP akses jalan ke desa Purbayan dan desa gunung teges masih berupa batuan yang terjal sekarang sudah halus di aspal.


 
Foto. buku "Asal usul Balitaran"  bupati urut Sewu/Ambal K.P.A. Balitar II yang makamnya ada di Payaman Magelang. Didalam buku juga tertulis adik K.P.A. Balitar II yang bernama R.M.T. Soerokoesomo bupati kutoarjo yg makamnya ada di Loano. Jadi K.P.A. Balitar II dan R.M.T. Soerokoesomo adalah Putra Bandoro Pangeran Haryo Balitar I bin Hamengkubuwono I. R.M.T. Soerokoesomo banyak menurunkan orang2 besar salah satunya Almahrum Jenderal Sarwo Edhie Wibowo.
 


 
 Foto beberapa buku literisasi sejarah Bagelen, kabupaten Purworejo, dan kabupaten kutoarjo alias kabupaten Semawung.
 Juga daerah-daerah lain di sekitarnya


Buku Arsip/dokumen Sejarah Kutoarjo dokumen Pemerintah Hindia-Belanda yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh bapak Anton Adisucipto

 

Purworejo (Washington DC) Dan Kutorjo (New York)

Purworejo dan Kutoarjo bisa dianalogikan Washington DC dan New York dimana Kutoarjo (New York) mempunyai geliat dan kehidupan ekonomi yang lebih ramai ketimbang ibu kotanya Purworejo (Washington DC). Sekalipun pembangunan besar-besaran terjadi di pusat ibu kota yaitu Purworejo semenjak masa kolonial Belanda sampai sekarang. Di masa kolonial Belanda kota Purworejo pernah menjadi pusat kota Karesidenan Bagelen dimana kantor Residen Bagelen sekarang berfungsi sebagai kantor Bupati Purworejo.Tapi oleh banyak ahli, geliat dan kemajuan perekonomian lebih maju juga ramai di Kutoarjo semenjak era Sawunggaling sampai sekarang. Dimana di era Sawungaling banyak pengrajin pecah belah, tektil,batik dan sebagainya. Lebih2 di era Bupati Pangeran Purboatmodjo kota Kutoarjo lebih di untungkan dengan memiliki stasiun besar Kutoarjo.Itu sesuai nilai itengible (filosofi, doa, harapan) yang ada pada nama "KUTOARJO" yang artinya kota yang sejahtera, makmur, aman, indah, dan sentosa.

Diceritakan dan ditulis oleh : Ndandung Kumolo Adi. ( Pecinta dan pemerhati sejarah, budaya, juga heritage eks kabupaten Kutoarjo)
Alamat : Perumahan Argopeni Gg. Bromo No. 72 Rt. 06 Rw. 05 Kelurahan Kutoarjo, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo.

Sumber Referensi :

  1. Narasumber ahli waris.
  2. Bupati kepala daerah dan Ketua DPRD Purworejo 1830 - 2000, pertama kali di paparkan 12 Oktober 2000 di gedung Setda Purworejo.
  3. Bapedda Tingkat II Purworejo, 1982 sejarah bagelen hingga kabupaten Purworejo.
  4. Jhr. P.J. Boreel. 1901. "De Verbetering der Soedagaran Leiding" dalam De Ingeneur No. 35
  5. Diberitakan Dalam majalah "Het Niuews Van Den Dag" Voor nederlandsch-Indie terbit hari senin tanggal 3 April tahun 1933.
    Bahwa R.A.A. Poerbohadikusumo Bupati Koetoardjo meninggal dunia hari Minggu tanggal 2 April tahun 1933.
  6. Dari koran majalah "De Locomotief" terbit dinsdag/Selasa tanggal 25 April 1939 tentang pengakatan R.M. Czarewitz Putra Bupati Kutoarjo yang terakhir menjadi Bupati Kendal.
  7. buku "Perjalanan Anak Bumi" Biografi R.M.A.A. Koesoema Oetoyo bin R.M. Soejoedi Soetodikoesoemo (Asisten Wedono Bedog di daerah purworejo setelah itu menjadi Patih Pekalongan) Bin K.R.A.A. Soerokusumo (Bupati Kutoarjo) bin Pangeran Balitar bin Hamengkubuwono I. 
  8.  buku biografi Jenderal Sarwo Edhie Wibowo.
  9.  Author; E.M. van de B.V.J.C. Den Haag 1894 No inv: RV-A269-7.
  10.  Musadad 2002. Arsitektur dan Fungsi Stasiun Kereta Api bagi Perkembangan Kota Purworejo Tahun 1901-1930. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada.
  11.  Radix Penadi, Riwayat Kota Purworejo dan Perang Baratayudha di Tanah Bagelen Abad XIX. Purworejo: Lembaga Studi dan Pengembangan Sosial, 2000,.
  12.  Doorn. C.L. Schets Van De Ecomomiche ontwikkeling der Afdeeling Poerworejo.
  13.  (Residentie kedoe) Weltervreden, G. Kolffs Co., 1926: 17 dikutip dari PM. Laksono, 
  14.  Arsip ANRI.
  15.  Sagimun, Pahlawan Diponegoro Berjuang. Jakarta, Gunung Agung 1986.
  16.  Peter Carey, kuasa Ramalan.
  17.  Peter Carey, Sisi Lain Diponegoro, Babat kedungkebo dan hidrografi perang Jawa.
  18.  Almanaak Van Nederlandsch Indies Voor Het Jaar tahun 1831.
  19.  Almanak Van Nederlandsch Indies Voor Het Jaar tahun 1832. 
  20.  Koran De Locomotif  Semarang maandag(Senin) 15 October 1928.
  21.  P.M. Laksono, Tradisi dalam Struktur Masyarakat Jawa Kerajaan dan Pedesaan: Alih-Ubah Model Berpikir Jawa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1985, hlm. 64.
  22.  W.J. Van Der Meulen, Indonesia Diambang Sejarah. Yogyakarta: Kanisius, 1988, hlm. 67.
  23.  S. Margana, Kraton Surakarta dan Yogyakarta 1769-1874. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 1.
  24.  Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900. Jakarta: Gramedia, 1988, hlm. 229-230.
  25.  Almanaak Van Nederlandsch Indies Voor Het Jaar tahun 1841.
  26.  Almanaak Van Nederlandsch Indies Voor Het Jaar tahun 1848.
  27.  Residen kedoe Waltervreden, G. Kolffs C., 1926 :17 dikutip dari P.M. Laksono.
  28.  Tradition in javanese sosial structure kingdom and countryside, Yogyakarta Gadjah Mada university press, 1990
  29.  Buku Sejarah Kutoarjo Arsip/dokumen Pemerintah Hindia-Belanda yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh bapak Anton Adisucipto.
  30.  Soedarisman Poerwokoesoemo, KPH, Mr (1985) KADIPATEN PAKUALAMAN, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press 
  31.  R.A.A Tjoronegoro I Bupati Perdana Purworejo, Babad Kedung Kebo (Babad Dipanegara Lan Nagari Purwareja)
  32. Babad Bagelen
  33. Babad Diponegoro Manado
  34. Notulen Raden Sayidiman.
  35. Foto dari pohon keluarga pangeranan banyumas.
  36. Koran Sinar Harapan tanggal 15 November 1963

Penutup : Mohon berkenan untuk mendoakan atau bagi yang beragama islam memberikan Surat Alfatihah ke beliau-beliau para pendahulu yang saya tulis  diatas, baik berupa nama, foto/lukisan, juga makam, syukur Alhamdulilah bisa ziarah ke makam-makam beliau. Bila ada kesalahan dan ke-khilafan dalam penulisan saya secara pribadi memohon maaf, juga ke obyektifan, kevalidan, kredibel sebuah sejarah apapun dan manapun di dunia ini adalah nisbi karena kita tidak melihat dengan segenap indra mata kepala sendiri kejadian, situasi, kondisinya, kita hanya bisa melakukan observasi, riset, penelitian, kajian dengang menggunakan berbagai tehnik dan metode juga mengumpulkan bukti-bukti primer, bukti-bukti sekunder, reverensi, data-data, narasumber ahli waris  dan sebagainya yang ter-referensi, ter-koneksi, ter-konfirmasi,ter-kalibrasi serta shahih ke-absahanya juga ter-validasi sehingga bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademik itupun kebenaran hanya mendekati 99%.

sejarah derajatnya hanyalah sebuah pelajaran, penghargaan kepada generasi tua, hikmah, pemahaman, pengetahuan, juga kenangan yang fungsinya untuk meningkatkan kualitas jiwa/spiritual atau keluhuran kita.

sekali lagi kebenaran yang valid dan 100% hanya cuma Tuhan Yang Maha Esa atau Alloh SWT dan Rosul-Rosul-Nya 

 

NB. : BILA INGIN MENGETAHU BUKU SEJARAH EX KABUPATEN KUTOARJO LEBIH DETAIL YANG BERJUMLAH 550 HALAMAN BISA MENGUBUNGI NOMER DIBAWAH INI


 





12 komentar:

  1. matur suwun,nama leluhur ada disini

    BalasHapus
  2. Siip,tulisan yng bagus sekali dengan ilustrasi asli.

    BalasHapus
  3. Wah mantappp....lemgkap banget mas...
    Maaf baru sempet nyimak tulisan njenegan yang di blok....

    Sipp bngt literasinya...😁😁😁

    BalasHapus
  4. Lengkapm.larik larik...datanya wowww...hanya saja tuliskan sumber data..di foto atau gambar tuliskan sumbernya ..saya sih usul jadikan buku ..bisa dua atau tiga jikid.
    1. Kutoarjo sebuah oengantar
    2. Sejarah kutoarjo
    3. Kutoarjo kini...
    Good job mass..mangatssss..lanjutkannn
    4. Jejak hindu Budha di purworejo
    5. Jejak sang Jendral dari kota berirama (isinya tokoh tokoh TNI atau pejuang daro purworejo)
    Ayooo semangat nulissss..siap beli bukune..kereen pokokny

    BalasHapus
  5. Untuk spesifikasi udah mantap,cuman untuk cover klo bisa backgroundnya exs bangunan tua.Dan untuk halaman pertama saya ga sependapat dengan gambar kaki,,saya merasa apa yang di tunjukan tidak mencerminkan kehidupan dan tata Krama orang Kutoarjo.
    Untuk selebihnya Joss gandosss

    BalasHapus
  6. Sebetulnya udah bagus semua. Cuman ada foto kaki yang tak sependapat

    BalasHapus
  7. Mantap....hasil karya yang butuh ketekunan dan kesabaran...Luar Biasa

    BalasHapus
  8. Mantab lengkap. Dan sepertinya leluhur kami ada tertulis. Wallahu a'lam bish showab

    BalasHapus

Kutoarjo

Desa Tursino Kutoarjo di dalam kanccah perang jawa juga tercatat di Babad Kedungkebo Pupuh XXIX Dhandanggula bait syair nomor 23-56 karya Ngabehi Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokrojoyo alias R.A.A. Tjokronegoro I Bupati Pertama Purworejo

  Di Dalam Babad Kedungkebo Pupuh XXIX Dhandanggula bait syair nomor 23-56 karya Ngabehi Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokrojoyo alias R....

Kutoarjo