Powered By Blogger

Jumat, 05 Juni 2020

DARAH BIRU

bunyi khotbah Bung Karno, “Kita memerlukan persamaan hak. Kita telah mengalami ketidaksamaan selama hidup kita. Mari kita tanggalkan pemakaian gelar-gelar. Walaupun saya dilahirkan dalam kelas ningrat, saya tidak pernah menyebut diriku raden dan saya minta kepada saudara-saudara mulai dari saat ini dan untuk seterusnya supaya saudara-saudara jangan memanggil saya raden. Mulai dari sekarang, jangan ada seorang pun menyebutku sebagai tedaking kusuma rembesing madu — keturunan bangsawan. Tidak. Aku hanya cucu dari seorang petani. Feodalisme adalah kepunyaan masa lalu yang sudah dikubur. Feodalisme bukan kepunyaan Indonesia di masa yang akan datang.”

Gamblang benar sikap Bung Karno terhadap feodalisme, sekalipun ia berasal dari sana. Gamblang pula apa yang ada di benaknya. Perjuangan yang dilandaskan atas perbedaan kelas, tidak akan melahirkan sebuah bangsa demokratis. Perjuangan mencapai Indonesia merdeka, tidak akan kokoh tanpa pondasi keterlibatan rakyat semesta. Karena itu pula, yang pertama Bung Karno lakukan adalah menaikkan derajat rakyat yang selamanya hanya mengenal sistem feodalisme, ditingkah imperialisme yang dholim.

Hari gini masih membanggakan, menyombongkan, dan memamerkan nasab, silsilah, dan trah untuk feodalisme, untuk membeda2kan itu udah gak relevan dan ketinggalan zaman.
Kita Negara Pancasila broww...yg ber-bhinika tunggal Ika.

Dan yang membedakan kita Dimata Tuhan cuma iman dan takwa brooww....

Darah biru itu bukan dari nasab, silsilah, trah, kekayaan, dan pangkat.

Bagi saya darah biru bukanlah level status sosial atau kasta tapi level pure consciunnesss, Spritual dan Rohani seorang manusia.

Biru itu identik langit yg berarti langit di ibaratkan dekat dengan Tuhan atau dalam kepercayaan lain tempat tinggal para dewa, biru itu simbol langit yg mengayomi dan air laut yang membersihkan dan meneduhkan.
Dalam kepercayaan Agama Budha darah biru ada pada pendeta, kyai, ulama, guru.. itulah level tertinggi Rohani
Jadi darah biru adalah level manusia yang sudah makrifat mengenal dirinya dan Tuhannya, yang dekat dengan Tuhan nya, yg sudah bertauhid, yang ber-kesadaran murni, yang sudah mencapai pencerahan.. dalam wayang digambarkan oleh Prabu Krisna dan tokoh Semar.

Darah biru itu tentang rohani,
Darah biru itu tentang Spritual,
Darah biru itu tentang gimanna kmu memperlakukan orang lain,
Darah biru itu tentang Kesadaran,
Darah biru itu tentang atitude,
Darah biru itu tentang budipekerti,
Darah biru itu mengayomi,
Darah biru itu melindungi,
Darah biru itu melepaskan Ego,
Darah biru itu melepaskan sekat2 perbedaan,
Darah biru itu menyatukan,
Darah biru itu meningkatkan keluhuran,
Darah biru itu melepaskan pengultusan,
Darah biru itu meningkatkan peradaban,
Darah biru itu rahmatan Lil alamin,
Darah biru itu Memayu Hayuning Bawono...

Darah biru itu tidak bisa dilihat dari casingnya, penampilan nya, auranya, kekayaan nya tapi dari budipekerti nya, attitudenya, Spritual nya, rohanninya, kebaikannya yang konsisten atau Daim tanpa pamrih dari kesadaran bukan dari Ego ataupun pencitraan..

Saya do'akan semoga orang iniyang membaca artikel ini punya jiwa Darah biru semua terlepas dari nasab, silsilah, Trah dan sebagainya.. Amin..

#Stop_Feodalisme

By. Ndandung Kumolo Adi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kutoarjo

Desa Tursino Kutoarjo di dalam kanccah perang jawa juga tercatat di Babad Kedungkebo Pupuh XXIX Dhandanggula bait syair nomor 23-56 karya Ngabehi Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokrojoyo alias R.A.A. Tjokronegoro I Bupati Pertama Purworejo

  Di Dalam Babad Kedungkebo Pupuh XXIX Dhandanggula bait syair nomor 23-56 karya Ngabehi Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokrojoyo alias R....

Kutoarjo