Foto. kantor dan rumah Controlleur bergaya indis(jawa-eropa) untuk mengawasi gerak-gerik bupati kutoarjo
Yang terletak di kompleks Mako Brimob Kompi 4 Batalyon C Pelopor Jawa tengah yang bermarkas di kota kutoarjo ada sebuah bangunan bergaya perpaduan Jawa dan Eropa yang disebut arsitektur indis, tepatnya di belakang kantor Polsek Kutoarjo.
Bangunan tua itu dulu dihuni oleh controleur kabupaten Kutoarjo
Yang terletak di kompleks Mako Brimob Kompi 4 Batalyon C Pelopor Jawa tengah yang bermarkas di kota kutoarjo ada sebuah bangunan bergaya perpaduan Jawa dan Eropa yang disebut arsitektur indis, tepatnya di belakang kantor Polsek Kutoarjo.
Bangunan tua itu dulu dihuni oleh controleur kabupaten Kutoarjo
untuk mengawasi gerak - gerik para Bupati Kutoarjo, Belanda menempatakan controleur atau pengawas di Dusun Tegal yang sekarang digunakan untuk Kantor Mapolsek Kutoarjo.
Rumah Controller eks Kabupaten Kutoarjo bergaya indis berada Di kompleks Mako Brimob Kompi 4 Batalyon C Pelopor Jawa tengah yang bermarkas di kota kutoarjo ada sebuah bangunan bergaya perpaduan Jawa dan Eropa yang disebut arsitektur indis, tepatnya di belakang kantor Polsek Kutoarjo.
Bangunan tua itu dulu dihuni oleh controleur kabupaten Kutoarjo.
Dalam birokrasi pemerintahan kolonial Belanda, pemerintahan dipecah menjadi dua, yaitu :
1. Europesche Bestuuratau pemerintahan Eropa yang dipimpin gubernur jenderal, residen, asisten residen, controller.
2. Inlandsch Bestuur atau pemerintahan pribumi yang dipimpin oleh seorang Bupati.
Untuk mengawasi gerak-gerik pemerintahan pribumi, contreleur dipasang dengan Bupati. Pangkat controller setingkat di bawah asisten residen.
rumah Controleur eks Kabupaten Kutoarjo bergaya arsitektur perpaduan Jawa dan Eropa dengan Ciri bisa dilihat dari atapnya yang berbentuk Limasan lebar seperti rumah-rumah Jawa, jendelanya tinggi besar bergaya eropa dan ada beranda di bagian depan jg Ukuran rumah yang besar itu jg ukuran rumah orang Eropa.
Dan orang-orang Belanda yg membangun kantor juga rumah dinas untuk pejabat-pejabat Belanda masih memiliki rasa hormat kepada bupati-bupati pribumi dengan tidak membangun rumah memunggungi kediaman bupati kutoarjo yg sekarang berfungsi menjadi kantor dan rumah dinas wakil bupati purworejo.
Hebatnya kolonialisme Belanda adalah masih menghormati seni, budaya, dan tradisi Nusantara, maka simbol-simbol kraton, pakaian kebesaran ala Jawa, topi kullup, keris, tombak, payung Songsong, gelar-gelar keningratan dan sebagainya masih disandang dan dipakai.
Bahkan pemerintah Hindia Belanda memberikan dn menghadiahkan gelar-gelar, simbol-simbol ala kraton Jawa seperti gelar pangeran, Adipati, tumenggung, payung Songsong untuk para pejabat pribumi yang ber-prestasi.. dan sebagainya.
Apabila rumah bupati dibangun menghadap ke selatan, maka pejabat Belanda membangun rumah menghadap ke utara.
John C. van Dyke menyebutkan "kepercayaan, adat istiadat, dan tradisi kaum pribumi masih dihormati oleh penjajah Belanda karena tujuan penjajahan Belanda bukanlah untuk mengubah kebudayaan, melainkan “hanya untuk menguras sumber daya alam”."
By. N. Kumolo Adi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar