Powered By Blogger

Jumat, 12 Februari 2021

Seni Tari Jati Kusuma Asli Katerban, Kec. Kutoarjo, Kab. Purworejo Adalah Seni Tari Tua Yang Harus Punya Hak Paten Sendiri

 


 Seni tari adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang menggabungkan antara wiraga-wirasa-wirama, mengungkapkan ekspresi, pemahaman, pikiran, perasaan, kehendak, dan pengalaman manusia yang dibawakan menggunakan media gerak tubuh dan unsur-unsur pendukungnya seperti musik  dan pentas. Tari sendiri adalah cabang seni yang mengungkapkan keindahan, ekspresi, hingga makna tertentu melalui media gerak tubuh dan busana yang disusun dan diperagakan sedemikian rupa untuk memberikan penampilan dan pengalaman spritual  atau menumbuhkan horison baru bagi penontonnya.

Unsur utama dari seni tari terdiri dari:

a) gerak,

b) ruang,

c) waktu,

penjelasannya adalah sebagai berikut.

 Gerak

Gerak adalah unsur utama tari yang terjadi karena adanya suatu tenaga pada tubuh. Terdapat dua jenis gerak, yakni: 1. Gerak nyata (representasional) yang menirukan aktivitas sehari-hari, 2. Gerak maknawi, yang merupakan gerakan mengandung makna. Biasanya gerak nyata adalah gerakan dasar sehari-hari yang diperhalus dan dirombak sedemikian rupa sehingga tidak tampak menjadi gerak biasa lagi. Sementara gerak maknawi menjelma dari gerak nyata yang dikaitkan dengan suatu ungkapan atau ekspresi yang ingin disampaikan.

 

Ruang

Ruang dalam ani tari adalah tempat untuk bergerak yang secara harfiah merupakan pentas atau panggung untuk menari. Namun tari juga mengenal ruang imajinatif yang tercipta melalui proses kreatif gerakan tari. Contohnya sederhananya adalah bagaimana gerakan pantomim memberikan kesan terdapat kaca di sekitar mereka padahal tidak ada.

 

Waktu

Waktu dalam seni tari dapat memberikan dampak yang diinginkan sesuai dengan cara pengendaliannya. Waktu dalam seni tari bergantung pada tiga aspek, yaitu: 1) Tempo, yaitu cepat lambatnya gerakan, 2) Ritme , panjang atau pendeknya ketukan, 3) Durasi, lamanya penari dalam melakukan gerak. Gerakan cepat dan pendek akan memberikan kesan agresif atau memberikan energi semangat yang lebih. Sementara gerakan lambat dengan durasi ketukan yang panjang akan memberikan efek melankolis dan agresif.

 

Tenaga

Selain ketiga unsur dasar tari menurut Pekerti di atas, Sekarningsih & Rohayani (2006, hlm. 9-11) berpendapat bahwa terdapat unsur tenaga dalam tari. Tenaga dalam tari adalah kekuatan yang mengawali, mengendalikan dan menghentikan gerak.

 

Berbagai perubahan terhadap estetika, ekspresi, dan penghayatan dapat terjadi oleh penggunaan tenaga yang berbeda dalam gerak tari. Beberapa penggunaan tenaga tari meliputi beberapa aspek, yakni:

 

Intensitas, berkaitan dengan banyak tidaknya penggunaan tenaga sehingga menghasilkan tingkat ketegangan yang berbeda.

Aksen/tekanan, kecepatan pergantian tenaga yang dilepaskan. Misalnya, perubahan penggunaan tenaga yang dilakukan secara tiba-tiba akan menghasilkan kontras yang lebih kuat.

Kualitas, merupakan efek gerak yang dihasilkan akibat dari cara penggunaan tenaga seperti: gerak mengayun, gerak perkusi, gerak bergetar, gerak lamban, dan gerak menahan.

Unsur Pendukung Tari

Melanjutkan pendapat Pekerti (2014) unsur-unsur pendukung seni tari adalah sebagai berikut.

 

Desain lantai / alas atau Pola Lantai Seni Tari

Desain lantai atau disebut juga dengan pola lantai seni tari merupakan garis-garis imajiner lantai yang akan dilalui oleh penari. Garis ini terbagi menjadi dua macam, yakni

1. garis lurus dan,

2. garis lengkung.

Garis lurus dapat menghasilkan sub bentuk lain seperti V, segitiga, T, dsb. Sementara garis lengkung dapat menjadi spiral, lingkaran, lengkung ular, dsb.

 

Desain atas

Desain atas yang dimaksud adalah desain yang dibuat oleh anggota badan yang berada di atas lantai. Terdapat bermacam desain atas yang memberikan kesan yang berbeda bagi pemirsa. Formasi dalam tari yang dilakukan oleh grup adalah salah satu contoh sederhananya.

 

Desain musik

Desain musik tidak hanya berfungsi sebagai pengiring tarian saja. Musik dalam tari dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni: 1) sebagai pengiring tari, 2) sebagai ilustrasi, 3) sebagai ilustrasi yang membantu penciptaan suasana.

 

Desain dramatis

Desain dramatis merupakan tahapan-tahapan emosional untuk mencapai puncak atau klimaks dalam seni tari. Tahapan emosional tersebut diperlukan agar Taian menjadi menarik dan tidak monoton. Melalui tahapan tersebut penonton dapat merasakan plot yang berubah dari awal hingga puncaknya.

 

Dinamika

Dinamika adalah berbagai perubahan yang terjadi dalam tari karena adanya variasi. Variasi dalam dinamika dapat ditentukan melalui berbagai rekayasa unsur dasar tari seperti tempo dalam gerak, perubahan intensitas tenaga, dsb.

 

Tema

Tema adalah ide pokok yang menjadi persoalan yang ingin dibawakan dalam tari. Misalnya tema beladiri, tema perjuangan, tema cinta, kepahlawanan, isu sosial, dsb. Tema juga dapat diangkat dari berbagai peristiwa yang pernah terjadi seperti sejarah atau cerita fiksi atau fantasi seperti cerita rakyat dan legenda.

 

Tata rias, tata rambut, dan tata busana tari

Tubuh adalah bagian utama yang tampil dalam pentas seni tari. Oleh karena itu, menjaga dan memperindah penampilan tubuh penari menjadi salah unsur penunjang yang penting. Tata rias dan tata rambut harus dibuat senyaman mungkin untuk menyokong pergerakan penari.

 

Tata rias, busana dan rambut harus dipastikan aman dan kuat terhadap berbagai gerakan dan tenaga yang akan dikeluarkan oleh penari.

 

Perihal tata rias, terdapat tiga jenis tata rias wajah, yakni:

1) Rias korektif, yang hanya menjaga penampilan saja,

2) Rias fantasi, menyokong tema fantasi yang misalnya menirukan makhluk tertentu, 

3) Rias karakter, untuk membuat penari sesuai dengan karakter yang diinginkan.

 

Tata pentas

Merupakan penataan pentas atau panggung untuk menyokong pagelaran tari. Pentas dilengkapi benda-benda dan alat yang berhubungan dengan tari, dan seperangkat benda-benda tersebut disebut setting. Background seni tari atau latar belakang yang digunakan di pentas juga dapat memberikan dampak tertentu jika direkayasa sedemikian rupa untuk menyokong pagelaran seni tari.

 

Tata cahaya

Tata cahaya adalah seperangkat penataan cahaya untuk pentas. Penataan cahaya disusun sebagai penerangan, memperkuat suasana tari, memperjelas pergerakan atau adegan tari.

 

Tata suara

Tata suara adalah penataan seperangkat alat sumber bunyi yang menghasilkan musik iringan tari. Apabila suatu tarian diiringi dengan alat musik yang dimainkan secara langsung, maka unsur ini dibutuhkan. Meskipun tari menggunakan alat rekam untuk memainkan musik, tata suara tetap diperlukan untuk memastikan rekaman suara dapat berjalan dengan baik.

 

Fungsi Seni Tari

Fungsi seni tari menurut Soedarsono  (dalam Sekarningsih & Rohayani, 2006, hlm. 9-11) adalah sebagai berikut.

 

A. Fungsi Seni Tari sebagai Tuntunan karena dalam tarian terkandung pesan moral, pesan spritual, filosofi, makna, juga media dakwa

B. Fungsi Seni Tari sebagai Sarana Upacara Ritual dan Adat

Seni tari untuk upacara ritual dan adat harus mengikuti dan memenuhi kaidah-kaidah turun temurun yang telah menjadi tradisi dari suatu adat tertentu. Pelaksanannya pun biasanya diselenggarakan pada saat tertentu dan biasanya oleh dan bersama orang-orang tertentu pula.

C. Fungsi Tari sebagai Hiburan

Seni tari sebagai sarana hiburan biasanya digunakan untuk memeriahkan suasana pesta perkawinan, pembukaan acara besar seperti sea games, inagurasi lembaga, pesta budaya, dsb.

D. Fungsi Tari sebagai Tontonan

Berarti tari yang memang dipertunjukkan yang pelaksanaannya dipersiapkan untuk dinikmati. Bisa jadi suatu pagelaran menyajikan seni tari secara khusus. Bisa jadi suatu lembaga menggelarnya untuk menunjukkan kebolehan peserta didiknya hingga suatu grup tari menyelenggarakannya untuk meraih atau memanjakan penggemarnya.

E. Fungsi Tari sebagai Pendidikan

Seni tari sebagai suatu keterampilan yang membutuhkan banyak konsentrasi dan waktu untuk menguasainya dapat menjadi pelatihan pendidikan. Peserta didik tidak hanya menjadi memiliki keterampilan menari saja, namun terlatih secara fisik dan psikis dalam menghadapi tantangan untuk mempelajari seni tari.

F. Fungsi Seni Tari sebagai Wujud Rasa Syukur

Syukuran, peringatan hari-hari besar nasional, hingga peresmian gedung atau suatu instansi yang baru dibangun sering dimeriahkan oleh seni tari sebagai wujud rasa syukur atas tercapainya suatu target.

 

Konsep Seni Tari

Konsep utama dari seni tari adalah nilai keindahannya. Terkadang beberapa ahli juga menyebut bahwa nilai keindahan ini merupakan unsur unsur seni tari pula. Apapun namanya, semua hal ini masih dipayungi oleh konsep seni tari secara umum.

 

Berikut adalah nilai keindahan seni tari yang merupakan bagian dari unsur dan konsep seni tari seperti yang diungkapkan oleh Sekarningsih & Rohayani (2006, hlm. 5).

 

Wiraga

Merupakan ungkapan fisik dari awal hingga akhir menari. Kemampuan wiraga berarti: a) Hafal gerakan tari yang menuntut daya ingat dan latihan yang berulang-ulang untuk menguasainya, b) Teknik, penguasaan keterampilan dalam mengungkapkan berbagai kualitas gerakan, pose, keselarasan gerak, hingga pengendalian tenaga yang dituntut oleh koreografi, c) Ruang, merupakan tuntutan penguasaan dalam mengetahui di mana menempatkan tubuh pada setiap gerak di dalam ruang.

Wirasa

Pada dasarnya wirasa berarti kemampuan penari untuk menghayati atau menjiwai tarian yang dibawakannya. Kemampuan penari akan menentukan bagaimana karakter atau tema hingga pesan yang ingin dibawakan tarian akan tersampaikan pada penontonnya.

Wirama

Kepekaan penari terhadap irama musik yang mengiringi tarian. Kepekaan irama akan membuat tarian dan irama menjadi lebih menyatu dalam setiap ungkap geraknya.

Harmoni

Merupakan kepaduan interelasi secara keseluruhan penari terhadap tari yang dibawakannya. Kesatuan tari dari wiraga, wirasa, dan wirama akan terasa sangat padu jika dibawakan oleh penari yang memiliki kepekaan harmoni yang baik. Berbagai unsur pendukung lain seperti tata musik, pola lantai, desain panggung, dsb juga akan membantu membawa harmoni pada puncaknya.

Jenis Jenis Seni Tari

Sebelum memecahnya lebih jauh, secara umum seni tari terbagi menjadi tiga kelompok besar. Kelompok tersebut mengacu pada masa dan karakteristik struktur tari. Berikut adalah penjabarannya.

 

Seni Tari Tradisional

Seni tari tradisional adalah seni tari yang telah mengalami perjalanan yang cukup panjang dan memiliki nilai-nilai masa lampau yang dipertahankan secara turun temurun dan memiliki hubungan ritual atau adat istiadat (Sekarningsih & Rohayani, 2006, hlm. 5).

 

Sementara itu, Hidayat (2005, hlm. 14) berpendapat bahwa tari tradisional juga dapat dipahami sebagai tata cara yang berlaku di suatu lingkungan etnik atau adat tertentu yang bersifat turun temurun.

 

Dapat disimpulkan bahwa seni tari tradisional adalah seni tari yang telah berkembang dari masa ke masa dengan wktu yang cukup lama di suatu daerah atau etnik tertentu sehingga memiliki nilai-nilai masa lampau yang dijaga turun-temurun.

 

Ragam Gerak Tari Tradisional

Meskipun begitu, terdapat beberapa gerak tari tradsional yang serupa tapi tak sama, seperti pada tari tradisional Jawa. Seperti apa yang diungkapkan oleh Yoyok & Siswandi (2007, hlm. 66) bahwa tari tradisional di Jawa memiliki ragam aneka gerak sebagai berikut.

 

Ragam Gerak Tangan

Nyemprit, merupakan posisi ujung ibu jari yang bertemu dengan ujung jari telunjuk.

Ulap-ulap, menggerakan tangan di atas kepala.

Ngithing, yaitu posisi ujung ibu jari bertemu dengan ujung jari tengah.

Ukel, memutar pergelangan tangan dalam posisi jari nginthing.

Ledhang, merupakan gerakan tangan melambai seperti orang tengah berjalan.

Ragam Gerak Kaki

Lumakso, gerak kaki seperti orang yang sedang berjalan.

Slisik, gerak kaki berjalan dengan ujung telapak kaki (jinjit).

Kengser, merupakan gerakan kaki bergeser ke samping dengan bentuk gerakan menggeser ujung telapak kaki dan tumit yang dibuka tutup secara bergantian.

Contoh Seni Tari Tradisional

Sementara itu, contoh seni tari tradisional meliputi:

 

Tari Bedhaya Ketawang, berasal dari Jawa Tengah digunakan sebagai upacara penobatan Raja dan hari ulang tahun Raja.

Tari Seblang, tarian asal Banyuwangi (Jawa Timur) yang digunakan sebagai upacara ritual kesuburan.

Tari Jati kusuma Katerban Kutoarjo Jawa Tengah yang digunakan untuk syiar agama atau media dakwah

Tari Mapeliang, tarian Sulawesi sebagai tari upacara kematian.

Tari Seru Kaju No Gawi, berasal dari Nusa Tenggara Timur yang dilaksanakan pada acara pembangunan rumah.

tari gawi dari nusa tenggara timur

Tari Merak, berasal dari Jawa Barat, digunakan untuk ritual penyambutan tamu agung dalam acara besar seperti pernikahan.

                                 

Seni Tari Modern

Seni tari modern adalah seni tari yang sudah tidak terikat oleh aturan konvensional atau pakem atau adat-istiadat suatu daerah tertentu. Tari modern cenderung bebas dan meninggalkan berbagai tradisi menari untuk mengembangkan saya seni tari ke tahap yang lebih lanjut (tidak melulu turun-temurun).

Tari modern sarat akan budaya populer. Misalnya bagaimana tari modern sering digunakan untuk menjadi latar bagi konser penyanyi tunggal atau bagaimana sebuah band akan bernyanyi sambil menari di atas panggung.

Seni Tari Kontemporer

Boleh dikatakan bahwa seni tari kontemporer adalah puncak pengembangan seni tari pada masa ini. Namun karena merupakan puncak pencarian pada konteks masa sekarang bentuknya pun masih radikal. Terkadang banyak gerakan yang eksperimental dan masih belum dipahami oleh masyarakat.

 

Untuk memahami seni kontemporer ada baiknya untuk memahami seni kontemporer secara umum terlebih dahulu.

Seni Tari Jati Kusuma Asli dari Kelurahan Katerban, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purrworejo, Provinsi Jawa Tengah

 Seni Tari Jati Kusuma asli Dari Kelurahan Katerban Kecamatan kutoarjo kabupaten Purworejo, Provinsi jawa tengah Mempunyai sanad keilmuan sendiri juga Nasab garis keturunan tersendiri semnjak beraakhirnya Perang diponegoro Tahun 1830.

Singoyudo

       I

Kasan Rejo

       I

Amat kanan

       I

Mbh binem / Carik amat koderi

      I

Ngadiyah

       I

Mbak Yaanti 

 

Foto. Makam Eyang Singoyudo di kelurahan Katerban, Kecamatan Kutoarjo

 

Berawal dari ceritera  tutur tinular turun temurun keluarga besar mbak Yanti yang merupakan pewaris Seni Tari Jati Kusuma, yang menerangkan bahwa Canggah Mbak Yanti yang bernama Eyang Kasan Rejo adalah pemegang hak cipta sekaligus pelaku kesenian Seni Tari yang sekarang bernama Jati Kusuma yang mengembanggkan dari ayah beliau eyang singoyudo.

Di masanya Eyang singoyudo adalah salah satu prajurit kabupaten Panjer dengan Bupatinya Kolopakimg IV, Kolopaking IV dan prajuritnya adalah pendukung dan pengikut pangeran Diponegoro, Kabupaten Panjer setelah kekalahan Pangeran Diponegoro berubah menjadi kabupaten Kebumen. dalam seni tari jati kusuma terdapat gerakan pancak silat jawa yang di sebut para sesepuh kami dengan nama Konto, yang konon dari gerakan silat Eyang singoyudo lalu oleh putranya eyang Kasan Rejo dikembangkan menjadi gerakan Seni Tari, Gerakan inilah yang membedakan antara seni Tari jati kusuma asli kelurahan Katerban, kutoarjo dengan seni Tari dolalak asli kaligesing Purworejo.

 

Foto. makam Kolopaking IV

 

Pangeran Diponegoro tertangkap di magelang tahun 1830 sekalipun begitu Kolopaking IV bersama Prajuritnya masih melukan perlawanan terhadap belanda, Perang terberat sekaligus menjadi perang terakhir pasukan Panjer karena gugurnya Kolopaking IV yang tempat terjadinya perang tanding yang cukup sengit antara K.R.A.T. Kolopaking IV melawan Adipati Aroengbinang IV pada tahun 1831 yaitu tempat dimana sekarang berdiri Tugu Lawet. Peperangan tersebut berakhir dengan gugurnya K.R.A.T. Kolopaking IV karena ditembak oleh pasukan Belanda dari belakang.

Untuk mengenang dan mengingatkan kembali kisah masa lalu, sekarang di tempat tersebut dibangun Taman Kupu Tarung berdampingan dengan Tugu Lawet yang sudah menjadi ikon Kabupaten Kebumen.

Sejarah Tarian Jati kusuma Katerban, Kutoarjo Tak bisa lepas dari jejak pertempuran Puputan kupu tarung,antara eyang Kolopaking IV dan eyang Aroengbinang IV.Karena disinilah peralihan nama Panjer menjadi Kebumen.setelah pertempuran kupu tarung eyang Aroengbinang IV menggantikan eyang Kolopaking IV memimpin wilayah Panjer,yang kemudian berubah menjadi Kebumen.

setelah Gugurnya Kolopaking IV para Prajurit Kolopaking IV kembali ke kampung halamnya masing-masing tak terkecuali eyang Singoyudo yang pulang Ke desa katerban, disitulah sejarah Seni Tari Jati kusuma dimualai.

 

Foto. Monumen Kupu Tarung, Tempat saksi bisu Perang Terakhir antara pengikut pangeran Diponegoro yaitu K.R.A.T. Kolopaking IV melawan adipati Aroem Binang IV yang Pro Belanda.Kolopaking IV akhrnya Gugur Disitu

 

Dalam kesenian Seni Tari Jati Kusuma Katerban memiliki beberapa unsur pementasan, seperti hal nya kesenian budaya lain.Tapi ada beberapa sisi unik dan pembeda dengan seni tari lain terutama seni tari dolalak kaligesing, berikut ini unsur dari pementasan Seni Tari Jati Kusuma Katerban :

A. GERAK Selain gerak kaki sadeg, tanjak, hayog, sered, mancad dan jinjit, gerakan tangan ngruji, teweg,gregem, bapangan, wolak walik, tangkisan. Gerak badan ogek, entrag, geblak. Gerakan leherdengan istilah tolehan, lilingan, colekan.Gerakan bahu kirig dan kedher.Dalam gerakan seni tari jati kusuma memiliki nuansa gerak pewayangan dan gerakan keprajuritan, inilah keindahan seni tari jati kusuma yang membuat unik dan menarik.

 

B. ATRIBUT Atribut atau pernak pernik yang di gunakan para penari Seni Tari Jati Kusuma sepintas memang terlihat layaknya pakaian perang/prajurit. Tapi untuk penyuguhan tampilan di dominasi oleh perlengkapan tari pada umumnya, seperti sampur/slendang. warna warni manik dan variasi motif yang melekat pada kostum membuat tampilan para penari semakin menarik.Selain itu ada pula kelengkapan lain seperti topi, kacamata, kaos kaki dan umbul umbul yang dipasang pada pundak untuk menguatkan aksen pada gerak kirik dan kedher. Dalam pemakaian atribut seperti sampur juga ada aturan yang disesuaikan dengan karakter prajurit/pendekar itu sendiri, yang mana pemakaian sampur seharusnya ikatan ada di sampingkanan atau ikiri saat tampil berpasangan, karna di setiap tema lagu berpasangan(dansah) yangditampilkan adalah bentuk gerak atau aktifitas seorang prajurit/pendekar karna itu pul apanjang bawahan kostum atau celana sedikit diatas lutut.

 

C. BAHASA Mengenai bahasa, dari beberapa parikan/atau lirik syair dari lagu seni tari jati kusuma. Dari penggunaan bahasa dan beberapa nama saya mendapati bahwa yang digunakanadalah saduran dari Hikayat Amir Hamzah, yang mana beliau paman Nabi Muhammad SAW.Hikayat ini berkembang di Persia yang lantas diterjemahkan ke Melayu dari hikayat ini pun terdapat beberapa nama tokoh yang tak beda dengan pewayangan seperti :-Umar Maya ( Narada)-Umar Madi (Burisrawa)-Amir Ambyah (Arjuna)-Sudarawerti,Lelasara (Srikandi)-Suwangsa (Angkawijaya) dan lainya.Tak heran jika kita mendengarkan syair lagu akan mengalami kesulitan untuk dimengerti karna kebakuanya, mungkin ini disebabkan karna sebagian lirik di sadur dari hikayat peradaban lain.Dari keterangan ini maka kita dapat simpulkan bahwa kesenian ndoalak juga di warnai olehunsur peradaban Islam, seperti hal nya para wali sebelumnya menggunakan kesenian sebagaimedia dakwah dengan nuansa kearifan Lokal. (Sholu ala Muhammad...)

 

D. MUSIK Alunan music ndoalak tercipta dari nada-nada sederhana dengan ketukan yang meriuh rendah didominasi dengan lantunan lagu dengan lirik khas bahasa pewayangan persia yang di melayukan dan tak jarang tersirat ceritera dari lirik tentang perjalanan prajurit bahkan tentang makna kehidupan.Alunan musik ini tercipta dari beberapa alat musik antara lain:-Rabana, alunan rabana terdengar sebagai music pengiring yang menyesuaikan riuk rendahnya susunan musik di setiap tema lagu.-Jedur (beduk), dentuman suara jedur menjadi komponen ketukan.-Kendang, hentakan suara kendang disini dijadikan melodi untuk menjadi patokangerak para penari.Kemasan musik ndolalak yang tersaji bisa disimpulkan hasil kolaborasi antara antaramusik peradaban arab dan nusantara.

 

E.PEMENTASAN Selama pertunjukan berlangsung ada beberapa sesi tampilan: -Tarian pembuka, di Seni Tari JATIKUSUMA memiliki dua tarian pembuka yaitu dalam posisi duduk berhadapan dan kemudian dengan berdiri berbaris. Dalam tarian ini mengandung makna dan filosofi bahwa kami semua sama berseragam duduk samarendah(hati),berdiri sama kuat(jiwa). Saat tarian pembuka dengan formasi duduk berbaris berhadapan biasanya diiringi lantunan syair mahabah (Radhatan), yangmana dalam tarian ini para penari terlihat seperti berdzikir dengan gerakan tangandan pundak.-Tarian Berbaris (adegan), tarian ini biasanya dilakukan bersama sama dengan caraberbaris, yang menunjukan keserempakan dan kebersamaan dalam perjuangan para prajurit.-Tarian Berpasang, tarian ini dilakukan berselang dengan tarian berbaris.Ditarian ini keindahan dan keragaman gerak tari ndoalak diperlihatkan, ritmenya punselalu bergantian satu sama lain walau kadang ada perbedaan gerakan.Disini kitabisa memaknai bahwa kedekatan harus bisa selang dan saling.-Konto pancak silat jawa kuno ini juga sering ditampilakan di iringi lagu ‘mendung yola mendung’ ditarian ini dua pasang penari mempertunjukan silat jawa kuno(konto) seperti hal sedang berduel tapi dengan gerakan silat yang sudah terkonsep dan disesuaikan dengan ketukan musik. Suguhan ini jarang didapati di seni tari lainya bahkan di seni tari dolalak kaligesing dan hanya di miliki JATIKUSUMA.

-Serakalan, suguhan ini biasa nya ditampilkan pada tengah atau larut malam menjelang pagi, yang mana sesi ini sangat serat dengan nuansa sakral, maka parapemain baik penari, penabuh bahkan para hadirin diminta untuk berdiri. Dalam nilai spiritual yang terkandung pada sesi ini adalah bentuk penghormatan kami pada para ahlul ghaib yang kami muliakan untuk sudi kiranya datang dan memberi

keberkahan. Menurut keterangan secara kebatinan sesi ini adalah salah satu ritual untuk membuka lapisan dimensi antar alam ghaib.-Trace, atau biasa dikenal dengan Mendem ini adalah momen salah satu penari kerasukan dan menari dalam keadaan tidak sadar. Dalam hal ini saya hanya menjelaskan menurut denifisi seni tari jati kusumsa yang sudah turun temurun menurutceritera zat ghaib yang merasuki adalah para tokoh yang memiliki ilmu kedigdayaan,kanuragan, bahkan pengobatan pada masa sebelum mereka wafat. (Allahu a’lam..)

-Kiprah, tarian ini dilakukan oleh penari yang sedang kerasukan. Pada gerakan kiprah menggambarkan persiapan prajurit sebelum berangkat perang.

 

F.PEMENTAS Pementasan tarian jati kusuma biasanya dilakukan oleh kelompok/grup, yang terdiri dari:-Ketua Group, biasanya ketua tidak hanya sebagai penanggung jawab saja, tapi juga sebagaipawang/dukun bagi para penari yang terasuki.-Wiyaga, penabuh atau pemain music ini biasanya terdiri dari 8 orang atau lebih.-Penari, para penari biasanya bisa berjumlah 12 sampai 14 orang.

Seni Tari Jati Kusuma sebagai salah satu Produk budaya yang lahir di Kelurahan Katerban, Kecamatan Kutoarjo, kabupaten Purworejo, merupakan salah satu kekayaan daerah yang memiliki nilai filosofi, pesan moral, spritual dan history tinggi, dimana didalamnya mengandung nilai tuntunan dan sejarah kedigdayaan,tokoh dan perjuangan. Selain itu juga terdapat unsur seni budaya pencak (Konto) dan dakwah agamis.seni tari jati kusuma adalah produk kesenian budaya yang bisa dikatakan sempurna. Bijaklah kiranya kita semua sebagai pewaris budaya untuk menghormati dan mencari hikmah tersirat dari terbentuk hinggatersajinyaseni tari jati kusuma.

Berdasarkan bukti dan fakta terjabar diatas sudi kiranya kita sejenak memahami situasi dankondisi pada masa Seni Tari Jati Kusuma tercipta dan berkembang hingga saat ini.

*) Seperti kita ketahui Seni tari Jati Kusuma dilakukan oleh sekelompok orang yang mana para pelaku pendahulu dilatar belakangi oleh para prajurit Panjer. Setelah berakhirnya perang terakhir di tahun 1832, sebagian prajurit kembali ke daerah masing-masing dan membentuk suatu perkumpulan yang mungkin awalnya hanya berupa paguyuban, dalam rangka mengenang perjuangan mereka, timbulah ide untuk menciptakan tarian dengan formasi baris berbaris.*) Tak hanya gerak tari, mereka juga menyisipkan gerak pencak jawa (Konto) dengan tujuan untuk tetapmengingat beberapa keindahan jurus yang pernah mereka kuasai.

 

*) Mengingat terbentuknya pasukan Panjer dengan bekal pencak Konto yang berawal dari abad 16 dimasa peralihan majapahit menjadi kerajaan islam dan banyaknya prajurit pengikut Diponegara adalah santri, tak heran jika Seni Tari Jati Kusuma terdapat unsur islami yang pekat ,ini bisa kita lihat dari penggunaan alat music rebana dan jidur (beduk), di dalam lagu pun selain parikan,tersisip juga shalawat radhatan dan serakalan.*) Selain tari dan pencak momen klimaks ada pada saat salah satu penari mendem atau kerasukan, halini dipahami pada masa kedigdayaan mereka adalah para santri atau prajurit yang sudah dibekaliberbagai macam ilmu, bukan hanya kanuragan dan agama, tapi juga rohani alias spritual. Dari kemampuan itu didukung rasa kasih, rindu dan hormat mereka kepada para pendahulu yang telah wafat di medan perangbaik para adipati, senopati dan ulama pembibing dimasanya. Lalu mereka melakukan ritual denganmendatangkan ahlil ghoib para pendahulu dengan cara membuka dimensi lain dengan ilmu kebatinanyang ditransfer melalui frekuensi suara yang didapat dari alunan musik ke mediator atau tubuh salahsatu penari.*) Dari runtunan karya yang tercipta berlatar belakang prajurit santri, lantas mereka menggunakankesenian ini untuk dakwah islam di setiap daerah dengan memberikan pengobatan pada warga saatpagelaran secara spiritual. Tidak bedanya para nabi dan waliyullah menggunakan beberapa mukjizatdalam berdakwah. Cara dakwah ini berbanding terbalik dengan yang dilakukan para wali yang mana menyisipkan unsuragamis kedalam sebuah seni budaya daerah (kearifan local). Jika ndolalak yang tersaji pekat dengannuansa islam justru di jadikan kesenian budaya suatu daerah.

 

*) Perkembanagan seni tari jati kusuma dimasa awal tidak pesat, bahkan bisa dikatakan kesenian budaya langka karna pada hakekatnya kesenian ini bukan hanya sekedar pertunjukan tari tapi tuntunan juga memiliki unsur spiritual di salah satu sesi yang mana tidak banyak orang bisa memiliki dan mempelajarinya. Sepertihalnya dalam kelurga besar mbak yanti yang diwariskan secara turun temurun di setiap generasinya dengan ketentuan ketentuan tertentu (nitis).

 

*) Berangsur punahnya salah satu unsur suguhan di setiap generasi pun terjadi, seperti halnya pencak jawa (konto) yang mulai tidak tersaji, dikarenakan para pendahulu yang merangkap pelatih satu persatu wafat. Begitupun sesi ritual pengobatan yang berangsur redup, karna walau pun memilik garis keturunan, tidak semua pewaris memiliki ilmu seperti para pendahulu. Semisal pewaris hanyamenguasai sekaligus menjadi pelaku dalam pementasan, tapi beliau tidak memiliki keilmuan dalampengobatan spiritual atau bahkan ada yang mewarisi ilmu pengobatan spiritual tapi beliau tidak bisamenjadi pelaku seni yang terlibat saat pementasan.

 

*) Dikarenakan seni tari jati kusuma memiliki nilai tuntunan, filosofi, makna, spiritual adat dan agama, dan sering dihadirkan untuk acarapemberkatan beberapa hajat warga seperti pernikahan, khaul, sunatan dan hajat syukur lainya.Dari keperuntukan itulah maka jati kusuma mulai berkembang dari kebijakan para sepuh guna silaturahmidan pelestarian kesenian budaya. Dari sini lah pergeseran mulai terjadi seperti pergeseran tujuan yangmana tujuan awal adalah dakwah dan penghormatan bagi para leluhur. menjadi cenderung ke komersil.

Tak hanya tujuan, pergeseran mulai terjadi dengan adanya penambahan ornament tampilan baik dimusik, gerak dan kostum.

 

 

NKA

Referensi :

1. Nara sumber Ahli waris

2. Mbak Yanti

3. Aprilina, F.A.D. (2014). Rekonstruksi tari kuntulan sebagai salah satu identitas kesenian kabupaten tegal. JST Jurnal Seni Tari Universitas Negeri Semarang. 3(1), 1-8.

4. Kuswarsantyo. (2012) Pelajaran tari: image dan kontribusinya terhadap pembentukan karakter anak. Joged Jurnal Seni Tari Institut Seni Yogyakarta 3(1), 17.

5. Sekarningsih, F., Rohayani, Heny. (2006). Kajian lanjutan pembelajaran tari dan drama I. Bandung: UPI Press.

6. Mulyani, N. (2016). Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media.

7. Pekerti, Widia dkk. (2014). Metode pengembangan seni. Jakarta: Universitas Terbuka Press.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Minggu, 07 Februari 2021

Dalam koran Belanda "SOERABAIASCH HANDELSBLAD" yang terbit pada hari Sabtu tanggal 16 Desember 1933 menyebutkan Kabupaten Kutoarjo Lebih Luas dari Kabupaten Purworejo


Dalam koran Belanda "SOERABAIASCH HANDELSBLAD" yang terbit pada hari Sabtu tanggal 16 Desember 1933 menyebutkan proses-proses, langkah-langkah, musyawarah-musyawarah, dan rapat-rapat dalam rangka penggabungan dua kabupaten yaitu kabupaten kutoarjo dan kabupaten Purworejo, setelah meninggal dunia nya Bupati Kutoarjo K.R.A.A. Purbohadikusumo di tanggal 2 April tahun 1933 serta Bupati Purworejo saat itu di jabat Raden Toemenggong Hasan Danudiningrat.

Kabupaten kutoarjo saat itu memiliki luas wilayah yang lebih luas ketimbang Kabupaten Purworejo.
Sekalipun populasi penduduk sedikit lebih kecil dan pembangunan besar-besaran terjadi di Kabupaten Purworejo karena kabupaten Purworejo dulu dijadikan kota dan kantor pusat Karesidenan Bagelen, makanya bisa kita lihat bangunan-bangunan era kolonial Belanda banyak di Kabupaten Purworejo beserta makam-makam belanda atau kerkof. Kantor Residen Bagelen di Kota Purworejo sekarang berfungsi sebagai Kantor Dinas Bupati Purworejo.
Sekalipun begitu sejarah mencatat perekonomian kabupaten kutoarjo lebih maju karena banyak pedagang dari Cina berdatangan di Kutoarjo, lebih-lebih di Era Bupati Pangeran Purboatmodjo kota kutoarjo dilalui jalur kereta api, juga berkat Tata kelola air Pangeran Purboatmodjo, kutoarjo menjadi salah satu lumbung padi terutama di daerah grabag, di kutoarjo banyak pengrajin industri Tenun, Pecah belah, kopra, dan sebagainya.

Serta terjadi simbiosis mutualisme antara Kabupaten Kutoarjo, kabupaten Purworejo dan kabupaten Kebumen bahkan dari kabupaten-kabuparen sekitarnya seperti Magelang, Wonosobo dan sebagainya.
Kutoarjo dulu adalah pusat perdagangan yang sangat ramai.
Perekonomian kabupaten kutoarjo juga bergantung dari kabupaten Purworejo dan kabupaten kebumen karena banyak pedagang dari Purworejo dan kebumen berdatangan ke kutoarjo untuk menjual dagangannya serta sebaliknya banyak pedagang dari kutoarjo juga menjual dagangannya ke kabupaten Purworejo dan kabupaten kebumen juga kabupaten-kabupaten sekitarnya


Koran Belanda "SOERABAIASCH HANDELSBLAD"

Derde Blad zaterdag 16 Desember 1933
(Sabtu 16 Desember 1933)

Koetoardjo - Poerworedjo

De  Regentschappen Koetoardjo en poerworedjo behooren beide tot de kleine Regentschappen, die uit een be stuursoogpunt weinig moelijkheden geven. Koetoardjo besiat een opervlakte Van 566 K.M² meet Een bevolkingsaantal Van rond 279. 750 zielen.
Poerworedjo heft Een oppervlakte Van 513 K.M² e nround 281.000 inwoners. Na de samenvoeging zal get vergroote poerworedjo derhalve Een oppervlakte Van 1079 K.M² beslaan met een zielen aantal Van rond 560.750, wat niet boven de capaciteit van een notmaal regentschap uitgaat.
Ethnografisch vormt de bevolking van Koetoardjo met die van poerworedjo Een geheel, terwijl economisch Koetoardjo grootendeels op poerworedjo is aangewezen; slechts het zuidwesteljk deel is in dit opzicht meer op keboemen georinteerd.
Dat de bezwaren, welke uiteraard aan elke samenvoeging van Regentschappen verbonden zijn, in dit geval niet van Groote beteekents kunnen worden geacht, is dan ook wel duidelijk; de noodzakelijke bezuiniging moe: daarom in casu den doorslag geven.

 Terjemahan Bebas :

(Koetoardjo - Poerworedjo
"Kabupaten Koetoardjo dan Poerworedjo sama-sama tergolong kabupaten kecil, yang tidak banyak menimbulkan masalah dari segi pengelolaan. Koetoardjo mempunyai area seluas 566 K.M² dengan ukuran populasi penduduk sekitar 279.750 jiwa.
Poerworedjo memiliki luas wilayah 513 K.M² dengan penduduk sekitar 281.000 jiwa. Setelah penggabungan, poerworedjo yang diperbesar akan mencakup wilayah seluas 1079 km² dengan jumlah jiwa sekitar 560.750 jiwa, yang tidak melebihi kapasitas sebuah kabupaten biasa.
Secara etnografis, penduduk Koetoardjo merupakan satu kesatuan dengan penduduk Poerworedjo, sedangkan secara ekonomi Koetoardjo sangat bergantung pada Poerworedjo; hanya bagian barat daya yang lebih berorientasi pada keboomen dalam hal ini.
Oleh karena itu jelas bahwa keberatan-keberatan yang tentu saja terkait dengan penggabungan kabupaten/kota tidak dapat dianggap penting dalam hal ini; Oleh karena itu, pemotongan yang diperlukan harus menentukan dalam kasus ini".

by. N. Kumolo Adi

Sumber : Koran Belanda "SOERABAIASCH HANDELSBLAD" Derde Blad zaterdag 16 Desember 1933 (Sabtu 16 Desember 1933)

Koran "De Locomotif" tentang Rencana Penggabungan Antara Kabupaten Kutoarjo dan Kabupaten Purworejo

Setelah meninggal Dunia Bupati Kutoarjo di tanggal 2 April 1933 lalu pada tanggal 11 April terbit sebuah koran Belanda De Locomotif Perihal rencana Penggabungan antara Kabupaten Kutoarjo dan Kabupaten Purworejo.


De locomotif Van Dinsdag 11 April 1933
( Koran Lokomotif, Selasa 11 April 1933)

Het Regentschap Koetoardjo.

Reeds tijdens het leven van den regent van Koetoardjo, wijlen R.A.A. Poerbohadikoesomo, is er sprake Van geweest dat het Regentschap Koetoardjo na het heengaan van den boepati zou samengevoegd worden met het Regentschap poerworedjo. Nu de regent overleden is, wordt de samenvoegingskwestie weer druk besproken. In bestuurskringen wist men ona alleen Mede te deelen dat de Regentszetel van Koetoardjo voorloopig voor den tijd Van waarschijnlijk langer dan zes maanden onbezet val blijven en dat gedurende dien tijd de Patih, Raden Tariadi nitihardjo de
Functie zal waarnemen.

Terjemahan Bebas :

(Kabupaten Koetoardjo.

"Sudah semasa bupati Koetoardjo, almarhum R.A.A. Poerbohadikoesomo, kabarnya Kabupaten Koetoardjo akan digabung dengan Kabupaten Poerworedjo.
Kini setelah bupati meninggal dunia, masalah itu kembali dibahas.
Di lingkungan pemerintahan hanya diketahui bahwa kursi Jabatan Bupati Koetoardjo untuk sementara akan tetap kosong selama lebih dari enam (6) bulan dan selama itu Patih, Raden Tariadi Nitihardjo menjalankan
Fungsi pemerintahan (wakil Bupati) akan mempertimbangkan.)"

 

by. N. Kumolo Adi 

Sumber : Koran De locomotif Van Dinsdag 11 April 1933 ( Koran Lokomotif, Selasa 11 April 1933)

Kutoarjo

Desa Tursino Kutoarjo di dalam kanccah perang jawa juga tercatat di Babad Kedungkebo Pupuh XXIX Dhandanggula bait syair nomor 23-56 karya Ngabehi Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokrojoyo alias R.A.A. Tjokronegoro I Bupati Pertama Purworejo

  Di Dalam Babad Kedungkebo Pupuh XXIX Dhandanggula bait syair nomor 23-56 karya Ngabehi Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokrojoyo alias R....

Kutoarjo