Powered By Blogger

Minggu, 28 Juni 2020

Desa Tursino kecamatan Kutoarjo kabupaten Purworejo

Desa Tursino

Desa Tursino adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Kutoarjo kabupaten Purworejo provinsi Jawa Tengah, Indonesia

secara geografis Desa Tursino sebelah barat berbatasan dengan desa wirun, sebelah selatan berbatasan dengan desa Karangrejo, sebelah Utara berbatasan dengan desa Kedung Lo, Rebug, Dilem, sebelah timur berbatasan dengan desa Pucang agung dan Loning.

Peta Desa Tursino, peta karya Mayor De Stuers Menantu Jenderal De Cock, dibuat tahun 1825-1830 saat terjadi Perang Diponegoro

Dalam peta yang ditandai dengan tanda silang 2 pedang adalah lokasi peperangan pangeran Diponegoro dan Tursino juga menjadi tempat peperangan yang dulu tursino terkenal dengan nama Tjeblog

Peta beda jauh dengan peta sekarang dan banyak desa era sekarang yg belum muncul ataupun sengaja namanya tidak dimunculkan, juga titik koordinat desa bergeser, Hal ini wajar karena sang kartograf memetakan suatu wilayah masih secara manual belum menggunakan teknik atau ilmu pendukungnya seperti geodesi, fotogrametri dan semacamnya.

Peta Desa Tursino tahun 1855 buatan Geografer Belanda bernama Pieter Melvil Van Cambee dengan Judul "Kaart Van de residentie Bagelen 1855" dalam terjemahan bahasa Indonesia "peta karesidenan bagelen tahun 1855".
peta topografi tahun 1855 ini dengan skala 1:240000.

Nampak di era 1855 bermunculan desa-desa baru dan di era perang Diponegoro banyk nama-nama desa yg belum muncul atau saya rasa ada yg belum dimunculkan jg ada yg memang ada desa baru setelah perang Diponegoro selesai.


Locator Desa Tursino
Peta lokasi desa Tursino di kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purwoorejo di Jawa Tengah
Koordinat :  7°40'33"S   109°55'33"E


Luas .....
Populasi
- Total
2056 jiwa (2020)
- Kepadatan
....jiwa/km2
- Petani
525 orang
- Pedagang
29 orang
- Tentara
2 orang
- polisi
1 orang
- Pegawai Negeri Sipil
13 Orang
- Karyawan Swasta
......
- Buruh Harian Lepas
......
Demografi
- Suku bangsa
Jawa
- Agama
Islam dan Kristen.
- Bahasa
Indonesia, Jawa
- Kode area telepon
0275
Kode pos : 54252
Pembagian administratif
- Dusun
4 (empat)
Dusun 1
Dusun 2
Dusun 3
Dusun 4
- Rukun Warga (RW)
6 (enam)
- Rukun Tetangga (RT)
14 (empat belas)
Simbol khas Desa
- Flora resmi
....
- Fauna resmi
...
Situs web
.....
Tursino (bahasa Jawa: ꦏꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀​ꦥꦸꦂꦮꦉꦗ,) adalah sebuah Desa di kecamatan Kutoarjo kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah. Desa ini berbatasan dengan desa Karangrejo di sebelah selatan, Desa wirun di sebelah barat, desa Rebug, kedunglo, dilem di sebelah Utara, desa Loning di sebelah timur.
Sungai-sungai yang ada di desa tursino antara lain saluran Loning

Sejarah
                Dahulu kala diceritakan setelah kerajaan Majapahit runtuh, oleh pengaruh Islam, kerajaan pindah dari Majapahit ( jawa timur ) ke Demak ( jawa tengah ).
Sultan yang pertama adalah Raden Patah.
                Diceritakan setelah salah seorang wiratamtatama dari kerajaan Demak mengundurkan diri dari jabatannya dan permohonan dikabulkan oleh sang Sultan dan oleh sang Sultan dianjurkan/disarankan supaya untuk menguasai daerah selatan sekaligus menyebarkan Agama Islam, selain itu diwajibkan setahun sekali untuk menghadap ke Demak. Saran tersebut diterima oleh sang wirotomo, pengikut yang setia sebagai pengiringnya adalah :
1.       Kyai Marchamah sebagai penasehat spiritual sang Wirotomo.
2.       Ki Ageng Umbul/mbah Umbul bertugas membawa umbul-umbul kebesaran dan kebanggan kerajaan Demak.
3.       Ki Ageng Kagok.
4.       Ki Ageng Tursuli/mbah tursuli.
5.       Gamel Ketosari tugasnya memelihara kuda.
6.       Gamel Marchamah tugasnya memelihara kuda.
7.       Nyai Gesing/mbah gesing.

Kyai Marchamah selalu berdampingan dengan sang Wirotomo yang bertugas sebagai penasehat spiritual juga memberikan pertimbangan-pertimbangan mengenai masalah umum dan bidang keagamaan khususnya ajaran Islam.

Sang Wirotomo mempunyai seekor kuda yang dapat terbang ( kuda Sembrani ). Kuda ini pemeliharaannya diserahkan kepada gamel ketosari dan gamel marchamah.

Berangkatlah sang wirotomo menuju ke arah selatan, rombongan sampailah di kaki gunung lawu, disini rombongan berjumpa dengan pelarian pasukan majapahit yang tidak mau tunduk kepada Demak, terjadilah peperangan. Tetapi karena rombongan sang Wirotomo jauh lebih kecil dan sedikit dari pasukan Majapahit, terpaksa mengundurkan diri dan melanjutkan perjalanan menuju arah Barat melalui daerah Mbagelen.

Sampailah rombongan disebuah hutan lebat yang terletak disebelah utara gunung tugel.
Oleh sang wirotomo rombongan diperintahkan untuk beristirahat, setelah dipandang cukup untuk beristirahat, pada hari itu juga diperintahkan membuka hutan/babat alas untuk pemukiman sang wirotomo.

                Atas perintah sang wirotomo ke empat pengikut setianya juga diperintahkan membuka hutan untuk tanah pemukiman masing-masing, dimulai dari kaki gunung tugel sebelah utara.
Yang mendapat tugas :
1.       Ki Ageng Kagok. ( bukti makamnya di desa kemadu )
2.       Nayi Ageng Gesing. ( bukti makamnya di desa kaligesing )
3.       Ki Aeng Umbul. ( bukti makamnya di desa karangrejo )
4.       Ki Ageng Tursuli.( bukti makamnya di desa Tursino )
5. Wirotomo (bukti makam di Mutihan wirun)

Seperti para teman yang lain Ki ageng Tursuli membuka lahan hutan juga menjadikan areal persawahaan di sebelah timur dengan berjalan lancar tidak mengalami kesukaran – kesukaraan atau gangguan – gangguan.

Tempat pemukiman Ki Ageng Tursuli disebut tursulian, ucapan lama-lama berubah menjadi Tursinan, lalu menjadi Tursino sampai sekarang.

Di daerah Tursino ada sebuah daerah atau dusun yang bernama “Njeblog” konon terjadi perselisihan antara Ki ageng Umbul dengan Tokoh dari Pucang anom, peperanag ini terjadi selama tiga (3) hari.
Banyak pohon-pohon tumbang dan temapt ini samapai rata, dan hingga sekarang tempat itu disebut “Ngroto” letaknya disebelah timur laut desa Karangrejo.

Akhirnya kedua tokoh tersebut dipanggil oleh sang wirotomo dan dianjurkan berdamai, tetapi tokoh dari pucang anom tidak bersedia, lalu sang wirotomo menugaskan Kyai Marchamah untuk melayani tokoh dari Pucang anom

Terjadilah pertempuran sengit, tokoh pucang anom mengeluarkan pusaka andalannya berupa sebuah ALU. Sejak saat itu tokoh pucang anom disebut : Kyai sabuk Alu. Kyai marcomah juga mengeluarkan pusaka pamungkasnya berupa BEDHUG.

Bedhug dipukul seketika itu sabuk alu berubah menjai tiga (3) orang kembar lagi perkasa.
Bedhug terus dibunyikan ketiga orang itu terpental kearah tiga penjuru.
Pusaka alunya jatuh di daerah ki Ageng Tursuli tepatnya tempat jatuhnya pusaka sabuk alu tersebut menimbulkan bunyi yang sangat dahsyat bagaikan ledakan Bom (njeblog). Daerah itu sampai sekarang disebut “NJEBLOG”.

                Sedang R.M Soeromenggolo adalah generasi kedua sesepuh desa tursino pada masa perang Diponegoro/ Perang jawa tahun 1825-1830. R.M Soeromenggolo sendiri adalah seorang bangsawan keturunan Amngkurat I dan Brawijaya V yang mendukung dan menjadi pengikut setia Pangeran Diponegoro.
R.M Soeromenggolo awal mulanya tinggal di desa kiyangkongrejo bersama istri pertamanya yang berasal dari jogja. Akhirnya R.M Soeromenggolo pindah di desa tursino serta menjadi glondong yang membawahi desa tursino, desa Karangrejo, desa wirun, desa Kaligesing, desa kemadu, desa Soko Harjo. serta R.M. Soeromenggolo memperistri keturunan Ki Ageng Tursuli.

 Pemerintahan :
1. R.M. Soeromenggolo bin R.Ngabei. mertodiwiryo Keturunan Amangkurat I dan Brawijaya V.
Soeromenggolo seorang gelondong yang membawahi desa tursino, wirun, Karangrejo, Kaligesing, kemadu, Sokoharjo. Juga merangkap sesepuh ataupun kepala desa Tursino pada tahun 1800an.
2. R.M Soeratadmojo putera dari R.M. Soeromenggolo yang melanjutkan sebagai glondong merangkap sesepuh desa tursino. Juga pada tahun 1800an
3. R.M. Tjokrosumarto
Tjokrosumarto putera dari R.M. Soeratadmojo melanjutkan sebagai glondong dan sesepuh desa tursino. Tahun 1900an.

4. Bapak Sindi, kepala desa Tursino tahun 1946 - 1949.
5. Muhammad Pandi, kepala desa Tursino dari tahun 1956 - 1973.
6. Wal Qobri alias Pawiro diharjo, menjabat sebagai kepala desa Tursino dari tahun 1973 - 1979.
7. Suradi, menjabat sebagai kepala desa Tursino dari tahun 1979 - 1989.
8. Chotim, Menjabat kepala desa Tursino dari tahun 1990 - 1998.
9. Sutoko Menjabat kepala desa Tursino dari tahun 1999 - 2007.
10.Nailun Kusnen, menjabat kepala desa dari tahun 2007 - 2009.
11. Habib Iriyanto, Menjabat kepala desa Tursino dari tahun 2011 - 2016.
12. Priyono, menjabat sebagai kepala desa Tursino dari tahun 2017 - sampai sekarang.


Perekonomian :
Aktivitas ekonomi desa ini salah satunya bergantung pada sektor pertanian, di antaranya padi, jagung, ubi kayu dan hasil palawija lain juga pengrajin gula Jawa.

Pariwisata :
Dalam bidang pariwisata desa Tursino punya "taman Baji Asri" yang di dalamnya terdapat kolam renang dan mainan anak-anak.

Masjid dan musholla desa Tursino :
1. Masjid Jami' Baitul Muhtadin.
2. Masjid Jami' Al isti'adah.
3. Musholla Jamius Salim.
4. Musholla Thoriqun Naja'
5. Musholla Al Amanah.

Foto masjid Jami' Baitul Muhtadin desa Tursino kecamatan Kutoarjo kabupaten Purworejo Jawa tengah



Foto. Cagar budaya Jembatan, saluran Loning, dan Sluis peninggalan era kolonial yang terletak di desa tursino kecamatan Kutoarjo kabupaten Purworejo.

Foto makam Gedong. Komplek makam sesepuh desa tursino.
Makam Umaro(pemimpin) dan ulama (Kyai).
Di situ dimakamkan Glondong R.M. Soeromenggolo bin R.Ngabei Mertodiwiryo keturunan Amangkurat I dan Brawijaya V.
Disitu juga ada makam seorang ulama dari tuk songo purworejo yang sengaja dipanggil R.M. Soeromenggolo untuk menjadi ulama desa yang bernama Kyai Raden Chasan Bin Syech Lukman hakim

By. Nka
Sumber Referensi :
1. Narasumber ahli waris
2. Peta perang Diponegoro tahun 1825-1830 yang dibuat oleh mayor Stuart menantu Jenderal de kock
3. Peta tahun 1855 buatan Pieter melvil
4. Buku perpustakaan umum kutoarjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kutoarjo

Desa Tursino Kutoarjo di dalam kanccah perang jawa juga tercatat di Babad Kedungkebo Pupuh XXIX Dhandanggula bait syair nomor 23-56 karya Ngabehi Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokrojoyo alias R.A.A. Tjokronegoro I Bupati Pertama Purworejo

  Di Dalam Babad Kedungkebo Pupuh XXIX Dhandanggula bait syair nomor 23-56 karya Ngabehi Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokrojoyo alias R....

Kutoarjo