Powered By Blogger

Selasa, 30 Juni 2020

Pariwisata dan kebudayaan

Produk Pariwisata

Pemahaman tentang Produk Pariwisata

Produk Pariwisata (Tourism Product) merupakan suatu bentukan yang nyata (tangible product) dan tidak nyata (intangible product), dikemas dalam suatu kesatuan rangkaian perjalanan yang hanya dapat dinikmati, apabila seluruh rangkaian perjalanan tersebut dapat memberikan pengalaman yang baik bagi orang yang melakukan perjalanan atau yang menggunakan produk tersebut.

Sehingga bentuk dari produk pariwisata itu pada hakekatnya adalah tidak nyata, karena dalam suatu rangkaian perjalanan terdapat berbagai macam unsur yang saling melengkapi, tergantung pada jenis perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan. 

Misalnya wisatawan akan melakukan perjalanan ke sebuah pulau dengan tujuan menikmati keindahan taman laut di sekitar pulau tersebut, tentunya wisatawan membutuhkan fasilitas penunjang, seperti: perahu untuk menyeberang ke pulau, fasilitas kendaraan yang membawa mereka dari rumah ke pulau yang dituju dan setibanya di pulau wisatawan membutuhkan fasilitas akomodasi dilengkapi dengan makan dan minum selama  berada di pulau itu, serta tentunya pelengkapan menyelam. Dengan demikian, berdasarkan ilustrasi di atas jelas bahwa rangkaian perjalanan wisatawan ke sebuah pulau membutuhkan komponen produk pariwisata secara holistik dan tidak bisa berdiri sendiri-sendiri, yang berarti bahwa fasilitas penunjang, transportasi, akomodasi, makan dan minum serta perlengkapan menyelam dan bahkan atraksi wisata di pulau tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mengikat dan melengkapi untuk tujuan menciptakan kepuasan pengalaman rekreasi bagi wisatawan. Dan masih banyak komponen produk pariwisata lain yang tidak nampak dalam ilustrasi tersebut, yang pada umumnya disebut sebagai komponen pelayanan, seperti yang terjadi pada saat petugas memberikan layanan kepada wisatawan pada saat wisatawan berada di berbagai fasilitas yang digunakan.

Dari uraian di atas, secara umum mudah dikenali bahwa produk pariwisata terdiri dari aksesibilitas, fasilitas dan pelayanan serta atraksi wisata atau hiburan.


Definisi Produk Pariwisata

Berdasarkan pemahaman di atas, dikatakan bahwa produk pariwisata dibanding dengan jenis-jenis produk barang dan jasa lain, memiliki ciri-ciri berbeda dan untuk memahami bentuk serta wujud dari produk pariwisata, maka beberapa definisi berikut ini perlu dipahami pula:
Burkart dan Medlik (1986), yaitu suatu susunan produk terpadu, yang terdiri dari daya tarik wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan, dimana tiap unsur produk pariwisata dipersiapkan oleh perusahaan yang berbeda-beda dan ditawarkan secara terpisah kepada wisatawan
Medlik dan Middleton, produk pariwisata terdiri dari bermacam-macam unsur dan merupakan suatu paket yang tidak terpisahkan serta memenuhi kebutuhan wisatawan sejak meninggalkan tempat tinggalnya sampai ke tempat-tempat tujuan dan kembali lagi ketempat asalnya. 
Gamal Suwantoro (2007:75) pada hakekatnya  produk wisata adalah keseluruhan palayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya sampai ke daerah tujuan wisata yang dipilihnya dan sampai kembali kerumah dimana ia berangkat semula.
Gooddall (1991: 63), produk pariwisata dimulai dari ketersediaan sumber yang berwujud (tangible) hingga tak berwujud (intangible) dan secara totalitas lebih condong kepada kategori jasa yang tak berwujud (intangible).
Burns and Holden (1989:172) produk pariwisata dinyatakan sebagai segala sesuatu yang dapat dijual dan diproduksi dengan menggabungkan faktor produksi, konsumen yang tertarik pada tempat-tempat yang menarik, kebudayaan asli dan festival-festival kebudayaan.
Kotler dan Amstrong (1989:463), sebagai sesuatu yang ditawarkan kepada konsumen atau pangsa pasar untuk memuaskan kemauan dan keinginan termasuk di dalam obyek fisik, layanan, SDM yang terlibat didalam organisasi dan terobosan  atau ide-ide baru.
Bukart dan Medlik (dalam Yoeti,1986:151) mendeskripsikan produk wisata sebagai susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari obyek wisata, atraksi wisata, transportasi (jasa angkutan), akomodasi dan hiburan di mana tiap unsur dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan ditawarkan secara terpisah. 

Produk wisata sebagai salah satu obyek penawaran dalam pemasaran pariwisata memiliki unsur-unsur utama yang terdiri 3 bagian (Oka A. Yoeti, 2002:211) :
1. Daya tarik daerah tujuan wisata, termasuk didalamnya citra yang dibayangkan oleh wisatawan
2. Fasilitas yang dimiliki daerah tujuan wisata, meliputi akomodasi, usaha pengolahan makanan, parkir, trasportasi, rekreasi dan lain-lain.
3.  Kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata tersebut.
Mason (2000:46) dan Poerwanto (1998:53) telah membuat rumusan tentang komponen-komponen produk wisata yaitu :
1.  Atraksi, yaitu daya tarik wisata, baik alam, budaya maupun buatan manusia seperti festival atau pentas seni
2.  Aksesbilitas, yaitu kemudahan untuk mencapai tempat tujuan wisata
3. Amenities yaitu fasilitas untuk memperoleh kesenangan. Dalam hal ini dapat berbentuk akomodasi, kebersihan dan keramahtamahan (tangible and intangible products)
4.  Networking, yaitu jaringan kerjasama yang berkaitan dengan produk yang ditawarkan baik lokal, nasional maupun internasional.



Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 (tiga) komponen yang membentuk Produk Pariwisata dan untuk semakin melengkapi kegunaan produk pariwisata tersebut bagi wisatawan, penulis tambahkan stau komponen yang lain, yaitu keramahtamahan, sehingga secara lengkap komponen produk wisata menjadi 3 plus, yaitu:
1.  Daya tarik wisata yang ada di destinasi wisata (ATTRACTIONS)
2.  Fasilitas dan pelayanan yang ada di destinasi wisata (AMENITIES)
3.  Kemudahan untuk mencapai destinasi wisata (ACCESSIBILITIES) 
4. Keramahtamahan yang ditawarkan di destinasi wisata (HOSPITALITY) 



Komponen Produk Pariwisata

1. Daya Tarik Wisata (Attractions)

   Dalam kegiatan wisata, ada pergerakan manusia dari tempat tinggalnya menuju ke destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata, merupakan kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Dengan demikian, faktor daya tarik wisata merupakan salah satu unsur yang membentuk dan menentukan suatu daerah menjadi destinasi pariwisata.

     Setiap destinasi pariwisata memiliki daya tarik berbeda-beda sesuai dengan kemampuan atau potensi yang dimiliki. Di bawah ini adalah jenis daya tarik wisata yang biasanya ditampilkan di destinasi pariwisata:
    Daya tarik wisata alam (natural tourist attractions), segala bentuk daya tarik yang dimiliki oleh alam, misalnya: laut, pantai, gunung, danau, lembah, bukit, air terjun, ngarai, sungai, hutan
  Daya tarik wisata buatan manusia (man-made tourist attractions), meliputi: Daya tarik wisata budaya (cultural tourist attractions), misalnya: tarian, wayang, upacara adat, lagu, upacara ritual dan daya tarik wisata yang merupakan hasil karya cipta, misalnya: bangunan seni, seni pahat, ukir, lukis.    
    Daya tarik wisata memiliki kekuatan tersendiri sebagai komponen produk pariwisata karena dapat memunculkan motivasi bagi wisatawan dan menarik wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata, hal demikian terlebih terjadi di destinasi pariwisata yang memilki sangat beragam dan bervariasi daya tarik wisata, seperti yang ditulis oleh Robert Christie Mill dalam buku "Tourism: The International Business" (1990): "Attractions draw people to a destination".

2. Fasilitas dan Pelayanan Wisata (Amenities) 

   Disamping daya tarik wisata, wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata juga membutuhkan adanya fasilitas yang menunjang perjalanan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan perjalanan tersebut, perlu disediakan bermacam-macam fasilitas, mulai dari pemenuhan kebutuhan sejak berangkat dari tempat tinggal wisatawan, selama berada di destinasi pariwisata dan kembali ke tempat semula. "Attractions bring people to the destination; facilities service them when they get there. Because they ara away from home,the visitor requires certain things-a place to stay, something to eat and drink" (Robert Christie Mill, 1990: 24).

   Fasilitas-fasilitas untuk memenuhi kebutuhan perjalanan wisatawan tersebut muncul dalam satu kesatuan yang saling terkait dan melengkapi satu sama lain, sehingga dalam suatu perjalanan wisata, seluruh komponen yang digunakan tidak dapat dipisahkan, tergantung pada karakteristik dan bentuk perjalanan wisata yang dilakukan oleh wisatawan.


    Komponen fasilitas dan pelayanan perjalanan biasanya terdiri dari unsur alat transportasi, fasilitas akomodasi, fasilitas makan dan minum dan fasilitas penunjang lainnya yang bersifat spesifik dan disesuaikan dengan kebutuhan perjalanan. Komponan ini tidak terlepas dari adanya komponen prasarana atau infrastuktur, yaitu suatu komponen yang menjamin bagi tersedianya kelengkapan fasilitas. Fasilitas transportasi baru dapat disediakan apabila ada jaminan bahwa prasarana jalan sudah tersedia, demikian juga fasilitas telekomunikasi dapat disediakan apabila prasana jaringan penghubung ke destinasi pariwisata tersebut sudah tersedia.


3. Kemudahan untuk mencapai destinasi wisata (Accesibility)
  
   Dalam suatu perjalanan wisata, terdapat pula faktor yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi kepuasan wisatawan, yaitu faktor aksesibilitas, yang berarti kemudahan yang tersedia untuk mencapai destinasi wisata, yang terkadang diabaikan oleh wisatawan  dalam merencanakan perjalanan wisata, sehingga secara umum dapat mempengaruhi budget perjalanan tersebut. 


4. Keramahtamahan (Hospitality)

  Destinasi wisata dapat menyebabkan munculnya perasaan wisatawan terhadap kebutuhan yang berkaitan dengan keramahtamahan melalui seseorang atau sesuatu, seperti yang ditulis oleh Robert Christie Mill: "The hospitality of an area is the general feeling of welcome that tourists receive while visiting the area. People do not want to go where the do not feel welcome" (1990)  



Karakteristik Produk Pariwisata

    Secara umum, karakteristik utama produk pariwisata adalah jasa (service), dengan demikian meningkatkan mutu pelayanan jasa di bidang pariwisata berarti juga meningkatkan mutu produk pariwisata.

    Produk pariwisata secara keseluruhan bersifat heterogen (tidak homogen) karena terdiri dari beragam jenis pelayanan dalam keseluruhan proses perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan. Sehingga karena karakteristik yang heterogen tersebut maka cukup sulit untuk dapat mencapai atau menentukan standar mutu yang jelas.


  Berdasarklan karakteristik produk pariwisata tersebut maka muncul pernyataan "selling holiday is selling dreams", sehingga penyedia produk pariwisata ditantang untuk dapat mewujudkan mimpi wisatawan menjadi kenyataan sesuai yang diharapkan oleh wisatawan sebagai pengguna produk pariwisata.




Memahami produk pariwisata secara mendalam dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memahami karakter produk pariwisata, yaitu:

1.  Tidak dapat dipindahkan
2.  Tidak memerlukan perantara (middlemen) untuk mencapai kepuasan
3.  Tidak dapat ditimbun atau disimpan
4.  Sangat dipengaruhi oleh faktor non ekonomis
5.  Tidak dapat dicoba atau dicicipi
6.  Sangat tergantung pada faktor manusia
7.  Memiliki tingkat resiko yang tinggi dalam hal investasi
8. Tidak memiliki standar atau ukuran yang obyektif dalam menilai mutu produk. 


RANGKUMAN  tentang INTANGIBLE PRODUCTS  

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dideskripsikan bahwa produk PARIwisata merupakan fasilitas dan pelayanan yang dapat dinikmati oleh wisatawan mulai dari tempat asal, SELAMA BERADA di DESTINASI wisata, sampai kembali ke tempat asal WISATAWAN, dan ditunjang oleh keanekaragaman atraksi wisata, fasilitas dan PElayanan, harga produk, aksesibilitas pendukung yang dapat MEMPERMUDAH KEGIATAN PERJALANAN WISATA.


Tamu hotel menginginkan lebih dari sekedar sebuah kamar

penumpang pesawat terbang menginginkan lebih dari sekedar tempat duduk dan terbang dengan selamat

pelanggan restoran menginginkan lebih dari sekedar hidangan

pembeli cenderamata menginginkan lebih dari sekedar suatu produk kerajinan sebagai kenangan

pengunjung suatu destinasi wisata menginginkan lebih dari sekedar menikmati keindahan alam dan kesejukan hawa segar

seorang wisatawan menginginkan lebih dari sekedar informasi mengenai daya tarik wisata di suatu disetinasi wisata

seorang pengunjung menginginkan lebih dari sekedar menikmati pertunjukan hiburan di dalam ruang ber-AC

peserta suatu perjalanan wisata menginginkan lebih dari sekedar duduk di dalam bis wisata dan mendengarkan penjelasan dari pemandu wisata.

Karakteristik Produk Pariwisata

Produk adalah suatu barang atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen untuk memperoleh pendapatan melalui sistem perdagangan.
Produk industri wisata merupakan produk gabungan, campuran dari berbagai objek dan atraksi wisata,transportasi,akomodasi dan hiburan. Dan tiap komponen disuplai oleh masing-masing perusahaan atau unit kelompok industry pariwisata.
Produk pariwisata merupakan produk jasa yang bersifat kompleks dan mempunyai karakteristik special.
Adapun karakteristik tentang produk pariwisata yang merupakan produk jasa menurut Yoeti (2008), yaitu;
1.      - Intangibility.
Artinya, produk tersbut tidak dapat didemonstrasikan atau dicoba sebelum dibeli atau dipakai. Produk ini hanya dapat sebatas menawarkan janji atau garansi serta ketepatan waktu penyediaan jasa kepada wisatawan. Produk ini didukung  dengan penyediaan brosur, video, dan media lainnya yang kurang lebih bisa menarik perhatian atau minat wisatawan untuk membeli suatu produk pariwisata.
2.   -   Perishability.
Artinya, sebuah produk jasa seperti produk pariwisata (tidak seperti produk barang) yang tidak dapat disimpan lama, dan kemudian untuk dijual saat harga tinggi. Produk pariwisata yang tidak dapat terjual pada saat itu berarti tidak dapat dijual selama-lamanya. Sperti ; penjualan kamar hotel, penjualan tempat duduk pada pesawat terbang, penjualan tempat seminar pada convention center.
3.   -   Inseparability.
Produk jasa diproduksi dan dikonsumsi pada tempat yang sama dan bersamaan. Produk pariwisata ini harus dikonsumsi pada tempat dimana produk itu dihasilkan. Contohnya; jika seseorangan ingin menikmati indahnya suasana pantai kuta,orang itu harus pergi ke bali. Artinya, tidak mungin pantai kuta itu bisa dibawa ke daerah asal wisatawan tersebut. Tak seperti produk barang seperti DVD atau Televisi yang sebuah produk buatan Jepang, tapi bisa didapatkan di Indonesia atau di mana saja.
4.  -    Complementarity of tourist service.
Suatu  produk perusahaan pariwisata yang akan tinggi nilainya bila produk itu dikombinasikan dengan produk yang lain hingga memiliki nilai yang lebih tinggi bagi konsumen atau wisatawan. Contohnya;
5.   -   Pemasaran memerlukan dukungan organisai resmi.
Karena sifat dan karakter produk pariwisata ini jauh berbeda dengan produk manufaktur, apalagi dengan karakter supply yang terpisah-pisah dan terdiri perusahaan kecil menengah,sedang permintaan dalam satu paket wisata yang utuh,maka wajar pemerintah ikut membantu suksesnya pemasaran dalam kepariwisataan.


6.      -Memerlukan after sales service.
Artinya, wisatawan tidak bisa menikmati langsung suatu produk pariwisata yang dibelinya tanpa bantuan si penjual. Misalnya dalam membeli suatu paket perjalanan tour atau Biro Perjalanan Pariwisata, wisatawan tidak mungkin melakukan perjalanannya sendiri karena semua reservasi dilakukan oleh tour operator yang menyusun rencana perjalanan dan paket perjalanan. Didalam paket perjalanan ini ada seorang tour leader dari penjual untuk memandu perjalanan wisata tersebut. Bantuan penjual ini disebut dengan pelayanan purna jual(after sales service).
Wisatawan akan melakukan perjalanan wisata bila terdapat hubungan antara motif melakukan wisata dengan daerah yang dituju.
Agar perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata dapat terpuaskana, maka diperlukan pengemasan produk pariwisata yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan.

PRODUK BUDAYA

Produk budaya merupakan media atau alat yang paling efektif untuk mempertahankan karakter bangsa. Dengan produk budaya berupa lagu, karya sastra, dan film, merupakan media yang sangat bagus untuk menanamkan nilai-nilai budaya secara efektif. Nilai budaya atau yang disebut karakter ini perlu diajarkan dan di jaga agar tetap menjadi ciri khas bangsa kita. Jika keluarga, lembaga pendidikan dan masyarakat adalah penjaga karakter bangsa, maka produk budaya adalah alat yang bisa digunakan untuk pengajaran karakter.

Kemenangan ideologis negara-negara maju, adalah hasil dari kemengan produk budaya yang bisa menyebar di seluruh dunia. Amerika dengan film-film, lagu, dan bahkan makanan mampu merambah di hampir semua lapisan masyarakat di seluruh dunia. Hal ini menunjukan bahwa produk budaya lebih efektif di dalam menanamkan nilai-nilai tertentu dalam masyarakat. Itulah sebabnya kenapa Amerika sekarang ini menjadi kiblatsemua kalangan di negeri kita. Teknologi komunikasi dan juga media massa juga memiliki sumbangan besar terhadap pendidikan karakter masyarakat. Karena dengan media inilah informasi itu menyebar di kalangan masyarakat.

Mengingat begitu pentingnya manfaat produk budaya itu, pemerintah perlu mendorong manusia-manusia kreatif yang ada di Negara ini. Dorongan pemerintah ini akan sangat berarti karena dengan begitu setiap orang akan berlomba menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi bangsa ini. Penulis, pengamat, sastrawan dan juga sutradara adalah manusia-manusia kreatif yang dapat mendidik masyarakat kita dengan hasil karyanya. Untuk itu pemerintah perlu ambil bagian untuk menggalakan produktivitas masyarakatnya dalam hal berkebudayaan. Selama yang kita dengar, pemerintah masih memprioritaskan capaian-capaian yang sifatnya pragmatis, sedangkan yang berbau kebudayaan nampak di sepelekan. Padahal secara politis, produk kebudayaan akan memiliki dampak yang lebih luas dan lebih panjang bagi kehidupan manusia.

Kita ambil contoh produk budaya yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai kemanusiaan atau yang kita sebut pendidikan karakter adalah karya sastra. Karya sastra baik yang berupa novel apalagi yang sudah difilmkan telah terbukti efektif memberi dampak psikologis yang sangat baik bagi terjaganya kepribadian bangsa. Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, Ayat-ayat Cinta atau Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Sirazy merupakan contoh karya yang sangat bagus bagi penanaman nilai-nilai norma bagi masyarakat kita. Oleh karna itu, pemerintah perlu memfasilitasi atau mendorong agar generasi muda kita, menelaah atau mempelajari karya yang sangat bermanfaat ini.

Habiburahman, Andrea Hirata, dan Ahmad Fuadi adalah beberapa contoh segelintir manusia kreatif yang mampu merubah bangsa ini menjadi lebih baik. Sayangnya, perhatian pemerintah terhap karya anak bangsa ini belum begitu terlihat. Jika orang-orang Eropa atau barat telah mendorong manusia-manusia kreatif dengan berbagai penghargaan atas kreativitas mereka, kenapa di negara kita hal ini masih sangat minim. Alfred Nobel seumpanya, mendedikasikan seluruh kekayaannya untuk orang-orang yang berprestasi di berbagai bidang termasuk di dalamnya karya sastra. Ini menunjukan bahwa mereka yang berkreatifitas di dunia kebudayaan (sastrawan) dianggap memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

Orientasi kita memang masih pada nilai pragmatis. Lihatlah bagaimana jika siswa kita menang dalam olimpiade matematika atau fisika. Maka pemerintah dengan berbagai usaha memberikan apresiasi yang sangat luar biasa. Padahal kemenangan itu hanya akan bersifat sesaat dan dampaknya tidak akan berpengaruh besar pada kehidupan bangsa. Sedangkan bagi seseorang yang berprestasi dalam dunia sastra, selama ini belum pernah kita dengar mendapat apresiasi sehebat bidang lain. Hal ini menunjukan bahwa kita selama ini masih memandang rendah nilai kebudayaan. Padahal sesungguhnya disinilah letak kepribadian dan keberadaban bangsa kita.

Inilah sebuah ketimpangan atau ironisme di negara kita. Jika selama ini kita khawatir akan terkikisnya identitas bangsa. Namun di sisi lain, kita tidak pernah berusahamencegah atau minimal mempertahankan norma dan etika sebagai identitas bangsa itu. Kita hanya sadar setelah mendengar hingar-bingar penolakan terhadap suatu kegiatan yang dianggap dapat merong-rong karakter kebangsaan kita. Semua itupun akan segera hilang seiring dengan isu-isu lain yang tidak pernah habis di negeri ini


BUDAYA
barisan fenomena manusia yang tidak dapat dikaitkan dengan warisan genetika
Baca dalam bahasa lain

Lukisan musisi wanita Persia dari Istana Hasht-Behesht (Istana 8 surga).
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal); diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa Inggris yaitu culture dan bahasa Latin cultura.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, peristiwa itu membuktikan bahwa budaya dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Tiongkok.

Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.

Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Menurut M.Selamet Riyadi, Budaya adalah suatu bentuk rasa cinta dari nenek moyang kita yang diwariskan kepada seluruh keturunannya

Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, dan tindakan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dimiliki manusia dengan belajar

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
1. alat-alat teknologi
2. sistem ekonomi
3. keluarga
4. kekuasaan politik
Bronislaw Malinowski mengatakan 4 unsur pokok kebudayaan meliputi:
sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
organisasi ekonomi
alat-alat, dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
organisasi kekuatan (politik)

C. Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal (universal categories of culture) yaitu:
bahasa
1. sistem pengetahuan
2. sistem teknologi dan peralatan
3. sistem kesenian
4.  sistemmata pencarian hidup
5. sistem religi
6. sistem kekerabatan, dan
7. organisasi kemasyarakatan

Wujud dan komponen Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga :
1. gagasan,
2. aktivitas, dan
3. artefak.

Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak yaitu tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan, dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati, dan didokumentasikan.

Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur, dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan dibagi menjadi nilai budaya, sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik.

Nilai-nilai Budaya
Istilah ini, merujuk kepada penyebutan unsur-unsur kebudayaan yang merupakan pusat dari semua unsur yang lain. Nilai-nilai kebudayaan yaitu gagasan-gagasan yang telah dipelajari oleh warga sejak usia dini, sehingga sukar diubah. Gagasan inilah yang kemudian menghasilkan berbagai benda yang diciptakan oleh manusia berdasarkan nilai-nilai, pikiran, dan tingkah lakunya.

Sistem Budaya
Dalam wujud ini, kebudayaan bersifat abstrak sehingga hanya dapat diketahui dan dipahami. Kebudayaan dalam wujud ini juga berpola dan berdasarkan sistem-sistem tertentu.

Sistem Sosial
Sistem sosial merupakan pola-pola tingkah laku manusia yang menggambarkan wujud tingkah laku manusia yang dilakukan berdasarkan sistem. Kebudayaan dalam wujud ini bersifat konkret sehingga dapat diabadikan.

Kebudayaan Fisik
Kebudayaan fisik ini merupakan wujud terbesar dan juga bersifat konkret. Misalnya bangunan megah seperti candi Borobudur, benda-benda bergerak seperti kapal tangki, komputer, piring, gelas, kancing baju, dan lain-lain

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu:

Kebudayaan material (Tengible)
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

Kebudayaan nonmaterial (Itengible)
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

Lembaga sosial
Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran banyak dalam konteks berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem sosial yang terbentuk dalam suatu negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan sosial masyarakat. Contoh di Indonesia pada kota, dan desa di beberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada suatu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar jika seorang wanita memiliki karier.

Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan, dan membangun sistem kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu akan memengaruhi sistem penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem kepercayaan ini akan memengaruhi kebiasaan, pandangan hidup, cara makan, sampai dengan cara berkomunikasi.

Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, musik, cerita, dongeng, hikayat, drama, dan tari–tarian, yang berlaku, dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran agar pesan yang akan disampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah, dan bersifat kedaerahan, setiap akan membangun bangunan jenis apa saja harus meletakkan janur kuning, dan buah-buahan sebagai simbol, di mana simbol tersebut memiliki arti berbeda di setiap daerah. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang, mungkin, terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.

Bahasa
Bahasa merupakan alat pengantar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap wilayah, bagian, dan negara memiliki perbedaan yang sangat kompleks. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sifat unik dan kompleks yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut. Jadi keunikan, dan kekompleksan bahasa ini harus dipelajari, dan dipahami agar komunikasi lebih baik serta efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Hubungan di antara unsur-unsur kebudayaan.

Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:
1. Peralatan dan
2. perlengkapan hidup (teknologi)

Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan.
Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan, dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.

Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:

1. alat-alat produksi
2. senjata
3. wadah
4. alat-alat menyalakan api
5. Makanan
6. pakaian
7. tempat berlindung dan
8. perumahan

alat-alat transportasi
Sistem mata pencaharian Sunting
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:

- Berburu dan meramu
- Beternak
- Bercocok tanam di ladang
- Menangkap ikan

Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan.

Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek, dan seterusnya.

Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.

Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa, dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.

Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.

Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum, dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kesenian
Karya seni dari peradaban Mesir kuno.
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

Sistem kepercayaan
Artikel utama: Agama
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai, dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagat raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagat raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.

Agama, dan sistem kepercayaan lainnya sering kali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi, dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut:

... sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.[3]

Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama Kristen atau "5 rukun Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga memengaruhi kesenian.

Agama Samawi Sunting
Tiga agama besar, Yahudi, Kristen, dan Islam, sering dikelompokkan sebagai agama Samawi[4] atau agama Abrahamik.[5] Ketiga agama tersebut memiliki sejumlah tradisi yang sama namun juga perbedaan-perbedaan yang mendasar dalam inti ajarannya. Ketiganya telah memberikan pengaruh yang besar dalam kebudayaan manusia di berbagai belahan dunia.

Yahudi adalah salah satu agama, yang jika tidak disebut sebagai yang pertama, adalah agama monotheistik dan salah satu agama tertua yang masih ada sampai sekarang. Terdapat nilai-nilai, dan sejarah umat Yahudi yang juga direferensikan dalam agama Abrahamik lainnya, seperti Kristen dan Islam. Saat ini umat Yahudi berjumlah lebih dari 13 juta jiwa.[6]

Kristen (Protestan dan Katolik) adalah agama yang banyak mengubah wajah kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para filsuf Kristen semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus. Saat ini diperkirakan terdapat antara 1,5 s.d. 2,1 miliar pemeluk agama Kristen di seluruh dunia.[7]

Islam memiliki nilai-nilai, dan norma agama yang banyak memengaruhi kebudayaan Timur Tengah, Afrika Utara dan sebagian wilayah Asia Tenggara. Saat ini terdapat lebih dari 1,6 miliar pemeluk agama Islam di dunia.[8]

Agama dan filsafat dari Timur Sunting

Agni, dewa api agama Hindu
Artikel utama: Agama dari timur dan Filosofi Timur
Agama dan filosofi sering kali saling terkait satu sama lain pada kebudayaan Asia. Agama dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India, China, dan menyebar di sepanjang benua Asia melalui difusi kebudayaan dan migrasi.

Hinduisme adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahāyāna yang menyebar di sepanjang utara dan timur India hingga sampai Tibet, China, Mongolia, Jepang, Korea dan China selatan sampai Vietnam. Theravāda Buddhisme menyebar di sekitar Asia Tenggara, termasuk Sri Lanka, bagian barat laut China, Kamboja, Laos, Myanmar dan Thailand.

Agama Hindu dari India, mengajarkan pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah pemikiran India lainnya, Carvaka, menekankan untuk mencari kenikmatan di dunia.

Konghucu dan Taoisme, merupakan dua filosofi yang berasal dari Tiongkok dengan memengaruhi berbagai aspek. Baik dari religi, seni, politik, maupun tradisi filosofi di seluruh Asia.

Pada abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat se-Asia, dua aliran filosofi politik tercipta. Mahatma Gandhi memberikan pengertian baru tentang Ahimsa, inti dari kepercayaan Hindu maupun Jaina, dan memberikan definisi baru tentang konsep antikekerasan, dan antiperang. Pada periode yang sama, filosofi komunisme Mao Zedong menjadi sistem kepercayaan sekuler yang sangat kuat di China.

Agama tradisional Sunting
Artikel utama: Agama tradisional
Agama tradisional, atau kadang-kadang disebut sebagai "agama nenek moyang", dianut oleh sebagian suku pedalaman di Asia, Afrika, dan Amerika. Pengaruh mereka cukup besar; mungkin bisa dianggap telah menyerap kedalam kebudayaan atau bahkan menjadi agama negara, seperti misalnya agama Shinto.

Seperti kebanyakan agama lainnya, agama tradisional menjawab kebutuhan rohani manusia akan ketentraman hati di saat bermasalah, tertimpa musibah, tertimpa musibah, dan menyediakan ritual yang ditujukan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.

"American Dream" Sunting
American Dream, atau "mimpi orang Amerika" dalam bahasa Indonesia, adalah sebuah kepercayaan, yang dipercayai oleh banyak orang di Amerika Serikat. Mereka percaya, melalui kerja keras, pengorbanan, dan kebulatan tekad, tanpa memedulikan status sosial, seseorang dapat mendapatkan kehidupan yang lebih baik.[9]

Gagasan ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat adalah sebuah "kota di atas bukit" (atau city upon a hill"), "cahaya untuk negara-negara" ("a light unto the nations"),[10] yang memiliki nilai, dan kekayaan yang telah ada sejak kedatangan para penjelajah Eropa sampai generasi berikutnya.

Pernikahan
Agama sering kali memengaruhi pernikahan, dan perilaku seksual. Kebanyakan gereja Kristen memberikan pemberkatan kepada pasangan yang menikah; gereja biasanya memasukkan acara pengucapan janji pernikahan di hadapan tamu, sebagai bukti bahwa komunitas tersebut menerima pernikahan mereka. Umat Kristen juga melihat hubungan antara Yesus Kristus dengan gerejanya.

Gereja Katolik Roma mempercayai bahwa sebuah perceraian adalah perbuatan tercela yang disebabkan oleh sikap egoistis dari individu masing-masing. Alasan perceraian umumnya beragam mulai dari perselingkuhan, ketidak sesuian sifat, perlakukan kasar pasangan, fundamental paham yang sudah tidak sejalan yang dalam pandangan Gereja Katolik Roma sebuah alasan yang mengada-ada. Gereja Katolik Roma berdasarkan ajaran Yesus Kristus beranggapan bahwa seseorang yang terikat dalam intitusi pernikahan melakukan perceraian adalah bagian dari bentuk dari perjinahan kepada Tuhan, dan umat. Berdasarkan pemikiran ini, maka seseorang yang telah bercerai tidak dapat dinikahkan kembali di gereja terkecuali bercerai karena salah satu pasangannya telah dipanggil ke hadapan Tuhan. Sementara Agama Islam memandang pernikahan sebagai suatu kewajiban. Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian, namun memperbolehkannya.

Sistem ilmu dan pengetahuan Sunting
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).

Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:

1. pengetahuan tentang alam
2. pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya
3. pengetahuan tentang tubuh manusia,
4. pengetahuan tentang sifat, dan tingkah laku sesama manusia
5.  pengetahuantentang ruang dan waktu

Perubahan sosial budaya
Artikel utama: Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan kebudayaan asing.
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial, dan pola budaya dalam suatu masyarakat.

Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat, dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.

Ada tiga faktor yang dapat memengaruhi perubahan sosial:
1. tekanan kerja dalam masyarakat
2. keefektifan komunikasi
3. perubahan lingkungan alam.

Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan.

Penetrasi kebudayaan
Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:

Penetrasi damai (penetration pasifique)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Kpop, Hollywood Movies, Bollywood Movies, dan lain-lain sebagainya ke Indonesia[butuh rujukan]. Penerimaan kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis.
Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia, dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.

Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa, dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat[butuh rujukan].
Wujud budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada sistem pemerintahan Indonesia.

Cara pandang terhadap kebudayaan
Kebudayaan di antara masyarakat Sunting
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku, dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender,

Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran, dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan, dan keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.

Monokulturalisme: Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu, dan saling bekerja sama.
Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga, dan mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat asli.
Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur, dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan pemerintah.
Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran, dan kelompok minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing, dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan induk.
Kebudayaan menurut wilayah Sunting
Artikel utama: Kebudayaan menurut wilayah
Seiring dengan kemajuan teknologi, dan informasi, hubungan, dan saling keterkaitan kebudayaan-kebudayaan di dunia saat ini sangat tinggi. Selain kemajuan teknologi, dan informasi, hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, migrasi, dan agama.

Afrika
Beberapa kebudayaan di benua Afrika terbentuk melalui penjajahan Eropa, seperti kebudayaan Sub-Sahara. Sementara itu, wilayah Afrika Utara lebih banyak terpengaruh oleh kebudayaan Arab, dan Islam.


Orang Hopi yang sedang menenun dengan alat tradisional di Amerika Serikat.
Amerika
Kebudayaan di benua Amerika dipengaruhi oleh suku-suku Asli benua Amerika; orang-orang dari Afrika (terutama di Amerika Serikat), dan para imigran Eropa terutama Spanyol, Inggris, Prancis, Portugis, Jerman, dan Belanda.

Asia
Asia memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda satu sama lain, meskipun begitu, beberapa dari kebudayaan tersebut memiliki pengaruh yang menonjol terhadap kebudayaan lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tiongkok kepada kebudayaan Jepang, Korea, dan Vietnam.

Dalam bidang agama, agama Budha dan Taoisme banyak memengaruhi kebudayaan di Asia Timur. Selain kedua Agama tersebut, norma dan nilai Agama Islam juga turut memengaruhi kebudayaan terutama di wilayah Asia Selatan dan Tenggara.

Australia
Kebanyakan budaya di Australia masa kini berakar dari kebudayaan Eropa dan Amerika. Kebudayaan Eropa, dan Amerika tersebut kemudian dikembangkan, dan disesuaikan dengan lingkungan benua Australia, serta diintegrasikan dengan kebudayaan penduduk asli benua Australia, Aborigin.

Eropa
Kebudayaan Eropa banyak terpengaruh oleh kebudayaan negara-negara yang pernah dijajahnya. Kebudayaan ini dikenal juga dengan sebutan "kebudayaan barat". Kebudayaan ini telah diserap oleh banyak kebudayaan, hal ini terbukti dengan banyaknya pengguna bahasa Inggris, dan bahasa Eropa lainnya di seluruh dunia. Selain dipengaruhi oleh kebudayaan negara yang pernah dijajah, kebudayaan ini juga dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani kuno, Romawi kuno, dan agama Kristen, meskipun kepercayaan akan agama banyak mengalami kemunduran beberapa tahun ini.

Timur Tengah dan Afrika Utara
Kebudayaan didaerah Timur Tengah dan Afrika Utara saat ini kebanyakan sangat dipengaruhi oleh nilai, dan norma agama Islam, meskipun tidak hanya agama Islam yang berkembang di daerah ini.

Sumber Referensi
1. a b c Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi
2. Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25
3. Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought, p. 488.
4. Dari bahasa Arab, artinya: "agama langit"; karena dianggap diturunkan dari langit berupa wahyu.
5. Karena dianggap muncul dari suatu tradisi bersama Semit kuno dan ditelusuri oleh para pemeluknya kepada tokoh Abraham/Ibrahim, yang juga disebutkan dalam kitab-kitab suci ketiga agama tersebut.
6. Annual Assessment (PDF), Jewish People Policy Planning Institute (Jewish Agency for Israel), 2007, hlm. 15, based on American Jewish Year Book. 106. American Jewish Committee. 2006.
7. Adherents.com – Number of Christians in the world
8. Miller, Tracy, ed. (2009), Mapping the Global Muslim Population: A Report on the Size and Distribution of the World’s Muslim Population (PDF), Pew Research Center, hlm.4"
9. Boritt, Gabor S. Lincoln and the Economics of the American Dream, p. 1.
10. R Reagan. "Final Radio Address to the Nation".
11. O'Neil, D. 2006. "Processes of Change".

12. D Matthew. 1869. Culture and Anarchy. New York: Macmillan. Third edition, 1882, available online. Retrieved: 2006-06-28.
13. Brazilian Gad. 2003. Communities and Law: Politics and Cultures of Legal Identities. University of Michigan Press.
14. Boritt Gabor S. 1994. Lincoln and the Economics of the American Dream. University of Illinois Press. ISBN 978-0-252-06445-6.
Bourdieu, Pierre. 1977. Outline of a Theory of Practice. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-29164-4
Cohen, Anthony P. 1985. The Symbolic Construction of Community. Routledge: New York,
Dawkins, R. 1982. The Extended Phenotype: The Long Reach of the Gene. Paperback ed., 1999. Oxford Paperbacks. ISBN 978-0-19-288051-2
Forsberg, A. Definitions of culture CCSF Cultural Geography course notes. Retrieved: 2006-06-29.
Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York. ISBN 978-0-465-09719-7.
"Ritual and Social Change: A Javanese Example", American Anthropologist, Vol. 59, No. 1. — 1957.
Goodall, J. 1986. The Chimpanzees of Gombe: Patterns of Behavior. Cambridge, MA: Belknap Press of Harvard University Press. ISBN 978-0-674-11649-8
Hoult, T. F., ed. 1969. Dictionary of Modern Sociology. Totowa, New Jersey, United States: Littlefield, Adams & Co.
Jary, D. and J. Jary. 1991. The HarperCollins Dictionary of Sociology. New York: HarperCollins. ISBN 0-06-271543-7
Keiser, R. Lincoln 1969. The Vice Lords: Warriors of the Streets. Holt, Rinehart, and Winston. ISBN 978-0-03-080361-1.
Kroeber, A. L. and C. Kluckhohn, 1952. Culture: A Critical Review of Concepts and Definitions. Cambridge, MA: Peabody Museum
Kim, Uichol (2001). "Culture, science and indigenous psychologies: An integrated analysis." In D. Matsumoto (Ed.), Handbook of culture and psychology. Oxford: Oxford University Press
Middleton, R. 1990. Studying Popular Music. Philadelphia: Open University Press. ISBN 978-0-335-15275-9.
Rhoads, Kelton. 2006. The Culture Variable in the Influence Equation.
Tylor, E.B. 1974. Primitive culture: researches into the development of mythology, philosophy, religion, art, and custom. New York: Gordon Press. First published in 1871. ISBN 978-0-87968-091-6
O'Neil, D. 2006. Cultural Anthropology Tutorials, Behavioral Sciences Department, Palomar College, San Marco, California. Retrieved: 2006-07-10.
Reagan, Ronald. "Final Radio Address to the Nation", January 14, 1989. Retrieved June 3, 2006.
Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought. New Jersey U.S., Sussex, U.K: Humanities Press.
UNESCO. 2002. Universal Declaration on Cultural Diversity, issued on International Mother Language Day, February 21, 2002. Retrieved: 2006-06-23.
White, L. 1949. The Science of Culture: A study of man and civilization. New York: Farrar, Straus and Giroux.
Wilson, Edward O. (1998). Consilience: The Unity of Knowledge. Vintage: New York. ISBN 978-0-679-76867-8.
Wolfram, Stephen. 2002 A New Kind of Science. Wolfram Media, Inc. ISBN 978-1-57955-008-0


Minggu, 28 Juni 2020

Desa Tursino kecamatan Kutoarjo kabupaten Purworejo

Desa Tursino

Desa Tursino adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Kutoarjo kabupaten Purworejo provinsi Jawa Tengah, Indonesia

secara geografis Desa Tursino sebelah barat berbatasan dengan desa wirun, sebelah selatan berbatasan dengan desa Karangrejo, sebelah Utara berbatasan dengan desa Kedung Lo, Rebug, Dilem, sebelah timur berbatasan dengan desa Pucang agung dan Loning.

Peta Desa Tursino, peta karya Mayor De Stuers Menantu Jenderal De Cock, dibuat tahun 1825-1830 saat terjadi Perang Diponegoro

Dalam peta yang ditandai dengan tanda silang 2 pedang adalah lokasi peperangan pangeran Diponegoro dan Tursino juga menjadi tempat peperangan yang dulu tursino terkenal dengan nama Tjeblog

Peta beda jauh dengan peta sekarang dan banyak desa era sekarang yg belum muncul ataupun sengaja namanya tidak dimunculkan, juga titik koordinat desa bergeser, Hal ini wajar karena sang kartograf memetakan suatu wilayah masih secara manual belum menggunakan teknik atau ilmu pendukungnya seperti geodesi, fotogrametri dan semacamnya.

Peta Desa Tursino tahun 1855 buatan Geografer Belanda bernama Pieter Melvil Van Cambee dengan Judul "Kaart Van de residentie Bagelen 1855" dalam terjemahan bahasa Indonesia "peta karesidenan bagelen tahun 1855".
peta topografi tahun 1855 ini dengan skala 1:240000.

Nampak di era 1855 bermunculan desa-desa baru dan di era perang Diponegoro banyk nama-nama desa yg belum muncul atau saya rasa ada yg belum dimunculkan jg ada yg memang ada desa baru setelah perang Diponegoro selesai.


Locator Desa Tursino
Peta lokasi desa Tursino di kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purwoorejo di Jawa Tengah
Koordinat :  7°40'33"S   109°55'33"E


Luas .....
Populasi
- Total
2056 jiwa (2020)
- Kepadatan
....jiwa/km2
- Petani
525 orang
- Pedagang
29 orang
- Tentara
2 orang
- polisi
1 orang
- Pegawai Negeri Sipil
13 Orang
- Karyawan Swasta
......
- Buruh Harian Lepas
......
Demografi
- Suku bangsa
Jawa
- Agama
Islam dan Kristen.
- Bahasa
Indonesia, Jawa
- Kode area telepon
0275
Kode pos : 54252
Pembagian administratif
- Dusun
4 (empat)
Dusun 1
Dusun 2
Dusun 3
Dusun 4
- Rukun Warga (RW)
6 (enam)
- Rukun Tetangga (RT)
14 (empat belas)
Simbol khas Desa
- Flora resmi
....
- Fauna resmi
...
Situs web
.....
Tursino (bahasa Jawa: ꦏꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀​ꦥꦸꦂꦮꦉꦗ,) adalah sebuah Desa di kecamatan Kutoarjo kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah. Desa ini berbatasan dengan desa Karangrejo di sebelah selatan, Desa wirun di sebelah barat, desa Rebug, kedunglo, dilem di sebelah Utara, desa Loning di sebelah timur.
Sungai-sungai yang ada di desa tursino antara lain saluran Loning

Sejarah
                Dahulu kala diceritakan setelah kerajaan Majapahit runtuh, oleh pengaruh Islam, kerajaan pindah dari Majapahit ( jawa timur ) ke Demak ( jawa tengah ).
Sultan yang pertama adalah Raden Patah.
                Diceritakan setelah salah seorang wiratamtatama dari kerajaan Demak mengundurkan diri dari jabatannya dan permohonan dikabulkan oleh sang Sultan dan oleh sang Sultan dianjurkan/disarankan supaya untuk menguasai daerah selatan sekaligus menyebarkan Agama Islam, selain itu diwajibkan setahun sekali untuk menghadap ke Demak. Saran tersebut diterima oleh sang wirotomo, pengikut yang setia sebagai pengiringnya adalah :
1.       Kyai Marchamah sebagai penasehat spiritual sang Wirotomo.
2.       Ki Ageng Umbul/mbah Umbul bertugas membawa umbul-umbul kebesaran dan kebanggan kerajaan Demak.
3.       Ki Ageng Kagok.
4.       Ki Ageng Tursuli/mbah tursuli.
5.       Gamel Ketosari tugasnya memelihara kuda.
6.       Gamel Marchamah tugasnya memelihara kuda.
7.       Nyai Gesing/mbah gesing.

Kyai Marchamah selalu berdampingan dengan sang Wirotomo yang bertugas sebagai penasehat spiritual juga memberikan pertimbangan-pertimbangan mengenai masalah umum dan bidang keagamaan khususnya ajaran Islam.

Sang Wirotomo mempunyai seekor kuda yang dapat terbang ( kuda Sembrani ). Kuda ini pemeliharaannya diserahkan kepada gamel ketosari dan gamel marchamah.

Berangkatlah sang wirotomo menuju ke arah selatan, rombongan sampailah di kaki gunung lawu, disini rombongan berjumpa dengan pelarian pasukan majapahit yang tidak mau tunduk kepada Demak, terjadilah peperangan. Tetapi karena rombongan sang Wirotomo jauh lebih kecil dan sedikit dari pasukan Majapahit, terpaksa mengundurkan diri dan melanjutkan perjalanan menuju arah Barat melalui daerah Mbagelen.

Sampailah rombongan disebuah hutan lebat yang terletak disebelah utara gunung tugel.
Oleh sang wirotomo rombongan diperintahkan untuk beristirahat, setelah dipandang cukup untuk beristirahat, pada hari itu juga diperintahkan membuka hutan/babat alas untuk pemukiman sang wirotomo.

                Atas perintah sang wirotomo ke empat pengikut setianya juga diperintahkan membuka hutan untuk tanah pemukiman masing-masing, dimulai dari kaki gunung tugel sebelah utara.
Yang mendapat tugas :
1.       Ki Ageng Kagok. ( bukti makamnya di desa kemadu )
2.       Nayi Ageng Gesing. ( bukti makamnya di desa kaligesing )
3.       Ki Aeng Umbul. ( bukti makamnya di desa karangrejo )
4.       Ki Ageng Tursuli.( bukti makamnya di desa Tursino )
5. Wirotomo (bukti makam di Mutihan wirun)

Seperti para teman yang lain Ki ageng Tursuli membuka lahan hutan juga menjadikan areal persawahaan di sebelah timur dengan berjalan lancar tidak mengalami kesukaran – kesukaraan atau gangguan – gangguan.

Tempat pemukiman Ki Ageng Tursuli disebut tursulian, ucapan lama-lama berubah menjadi Tursinan, lalu menjadi Tursino sampai sekarang.

Di daerah Tursino ada sebuah daerah atau dusun yang bernama “Njeblog” konon terjadi perselisihan antara Ki ageng Umbul dengan Tokoh dari Pucang anom, peperanag ini terjadi selama tiga (3) hari.
Banyak pohon-pohon tumbang dan temapt ini samapai rata, dan hingga sekarang tempat itu disebut “Ngroto” letaknya disebelah timur laut desa Karangrejo.

Akhirnya kedua tokoh tersebut dipanggil oleh sang wirotomo dan dianjurkan berdamai, tetapi tokoh dari pucang anom tidak bersedia, lalu sang wirotomo menugaskan Kyai Marchamah untuk melayani tokoh dari Pucang anom

Terjadilah pertempuran sengit, tokoh pucang anom mengeluarkan pusaka andalannya berupa sebuah ALU. Sejak saat itu tokoh pucang anom disebut : Kyai sabuk Alu. Kyai marcomah juga mengeluarkan pusaka pamungkasnya berupa BEDHUG.

Bedhug dipukul seketika itu sabuk alu berubah menjai tiga (3) orang kembar lagi perkasa.
Bedhug terus dibunyikan ketiga orang itu terpental kearah tiga penjuru.
Pusaka alunya jatuh di daerah ki Ageng Tursuli tepatnya tempat jatuhnya pusaka sabuk alu tersebut menimbulkan bunyi yang sangat dahsyat bagaikan ledakan Bom (njeblog). Daerah itu sampai sekarang disebut “NJEBLOG”.

                Sedang R.M Soeromenggolo adalah generasi kedua sesepuh desa tursino pada masa perang Diponegoro/ Perang jawa tahun 1825-1830. R.M Soeromenggolo sendiri adalah seorang bangsawan keturunan Amngkurat I dan Brawijaya V yang mendukung dan menjadi pengikut setia Pangeran Diponegoro.
R.M Soeromenggolo awal mulanya tinggal di desa kiyangkongrejo bersama istri pertamanya yang berasal dari jogja. Akhirnya R.M Soeromenggolo pindah di desa tursino serta menjadi glondong yang membawahi desa tursino, desa Karangrejo, desa wirun, desa Kaligesing, desa kemadu, desa Soko Harjo. serta R.M. Soeromenggolo memperistri keturunan Ki Ageng Tursuli.

 Pemerintahan :
1. R.M. Soeromenggolo bin R.Ngabei. mertodiwiryo Keturunan Amangkurat I dan Brawijaya V.
Soeromenggolo seorang gelondong yang membawahi desa tursino, wirun, Karangrejo, Kaligesing, kemadu, Sokoharjo. Juga merangkap sesepuh ataupun kepala desa Tursino pada tahun 1800an.
2. R.M Soeratadmojo putera dari R.M. Soeromenggolo yang melanjutkan sebagai glondong merangkap sesepuh desa tursino. Juga pada tahun 1800an
3. R.M. Tjokrosumarto
Tjokrosumarto putera dari R.M. Soeratadmojo melanjutkan sebagai glondong dan sesepuh desa tursino. Tahun 1900an.

4. Bapak Sindi, kepala desa Tursino tahun 1946 - 1949.
5. Muhammad Pandi, kepala desa Tursino dari tahun 1956 - 1973.
6. Wal Qobri alias Pawiro diharjo, menjabat sebagai kepala desa Tursino dari tahun 1973 - 1979.
7. Suradi, menjabat sebagai kepala desa Tursino dari tahun 1979 - 1989.
8. Chotim, Menjabat kepala desa Tursino dari tahun 1990 - 1998.
9. Sutoko Menjabat kepala desa Tursino dari tahun 1999 - 2007.
10.Nailun Kusnen, menjabat kepala desa dari tahun 2007 - 2009.
11. Habib Iriyanto, Menjabat kepala desa Tursino dari tahun 2011 - 2016.
12. Priyono, menjabat sebagai kepala desa Tursino dari tahun 2017 - sampai sekarang.


Perekonomian :
Aktivitas ekonomi desa ini salah satunya bergantung pada sektor pertanian, di antaranya padi, jagung, ubi kayu dan hasil palawija lain juga pengrajin gula Jawa.

Pariwisata :
Dalam bidang pariwisata desa Tursino punya "taman Baji Asri" yang di dalamnya terdapat kolam renang dan mainan anak-anak.

Masjid dan musholla desa Tursino :
1. Masjid Jami' Baitul Muhtadin.
2. Masjid Jami' Al isti'adah.
3. Musholla Jamius Salim.
4. Musholla Thoriqun Naja'
5. Musholla Al Amanah.

Foto masjid Jami' Baitul Muhtadin desa Tursino kecamatan Kutoarjo kabupaten Purworejo Jawa tengah



Foto. Cagar budaya Jembatan, saluran Loning, dan Sluis peninggalan era kolonial yang terletak di desa tursino kecamatan Kutoarjo kabupaten Purworejo.

Foto makam Gedong. Komplek makam sesepuh desa tursino.
Makam Umaro(pemimpin) dan ulama (Kyai).
Di situ dimakamkan Glondong R.M. Soeromenggolo bin R.Ngabei Mertodiwiryo keturunan Amangkurat I dan Brawijaya V.
Disitu juga ada makam seorang ulama dari tuk songo purworejo yang sengaja dipanggil R.M. Soeromenggolo untuk menjadi ulama desa yang bernama Kyai Raden Chasan Bin Syech Lukman hakim

By. Nka
Sumber Referensi :
1. Narasumber ahli waris
2. Peta perang Diponegoro tahun 1825-1830 yang dibuat oleh mayor Stuart menantu Jenderal de kock
3. Peta tahun 1855 buatan Pieter melvil
4. Buku perpustakaan umum kutoarjo

Gua Pencu Desa Ngandagan kecamatan pituruh kabupaten Purworejo adalah situs cagar budaya saksi bisu peninggalan bung Karno


Gua pencu adalah Situs Sejarah Peninggalan Ir Soekarno yang terletak di Desa Ngandagan, Pituruh, purworejo jawa Tengah.
Tidak banyak orang yang tau soal pesona Desa Ngandagan, pituruh, purworejo, jawa Tengah. Dikelilingi sawah dan bukit, desa tersebut diketahui dulunya sebagai di era bung Karno sebagai daerah percontohan pertanian di Pulau Jawa.

Berdasarkan Narasumber tokoh masyarakat desa ngandagan, nama Desa Ngandagan mulai dikenal saat kepimpinan seorang Glondhong merangkap lurah yang bernama Sumotirto.
Sumotirto dengan nama kecil Mardikun menjabat Lurah sekitar 18 tahun dari tahun 1946-1963. Beliau sebenarnya berasal dari Desa Wonosari. Tapi karena kecerdasan, ketegasan dan kemampuannya, tokoh masyarakat dari Desa Ngandagan yakni Kartowi Kromo memanggil Sumotirto untuk menjadi kepala desa ngandagan yang merangkap Glondong.

Dibawah tangan dingin Sumotirto ternyata mampu mengubah desa Ngandagan menjadi desa yang asri dan sejuk. Sejak saat itulah, Ngandagan menjadi desa percontohan. Bahkan, hampir setiap hari mobil pejabat melintas di Ngandagan hanya untuk melihat-lihat atau sekedar rekreasi.

Tahun 1947, Ngandagan dikunjungi oleh Presiden RI ke-1 Ir. Soekarno. Kehadiran Sang Proklamator itu kabarnya untuk melihat sistem pertanian, gotong royong masyarakat hingga rasa saling menghormati antar ummat beragama di desa Ngandagan jugauntuk meninjau keberhasilan proyek pertanian jeruk dan perikanan di Desa Ngandagan. Warga desa yang mendengar akan ada kehadiran Bung Karno langsung menyiapkan penyambutan.
Sepanjang jalan dari arah Kutoarjo, Kemiri sampai Pituruh didirikan posko-posko penyambutan. Beragam kesenian tradisional memamerkan kepiawaiannya. Bermacam-macam hasil pertanian unggulan dipamerkan, ketika rombongan Bung Karno, tiba di Desa Ngandagan, ribuan rakyat pengagum beliau berdesak-desakan untuk turut menyambut ataupun hanya sekedar ingin melihat langsung sosok Presiden yang mereka puja itu. Dalam pidatonya Bung Karno memuji kemandirian Warga Desa Ngandagan bersama Sumotirto dalam membangun desanya.

Dalam pidato/dialognya dengan warga desa, kurang lebih bung Karno berkata “Aku kudu nganggo basa krama apa ngoko ?serentak dijawabngoko!!. Desa Ngadagan pancen hebat, ora perlu bantuan saka pemerintah nanging bisa dadi desa kang maju….


Berlangsunglah dialog rakyat dengan Presiden di depan rumah Sumotirto. Lalu, pada tahun 1960 seorang mahasiswa pernah melakukan penelitian (1961-1981) hasilnya : Land Reform in a Javanes stronge Village Ngandagan : a case study on the role of Lurah in decision making prosess dan pada tahun 2009 kembali muncul dengan Judul Dari Desa ke Agenda Bangsa (Dari Ngandagan Jawa Tengah sampai Porto Alegre Brazil)tulisan dosen IPB (Dr. HC) Ir. Gunawan Wiradi M. Soc. S.c.

Pada masa kepemimpinan Glondhong Sumotirto tidak ada warga desa yang malas , tidak ada maling berani mengusik ketentraman desa. Bahkan tidak ada rumput yang boleh tumbuh megotori jalan Desa Ngandagan”. Walaupun terkesan otoriter dan disiplin semua warga desa saat itu merasakan kemakmuran dan ketentraman.

Jadilah Desa Ngandagan menjadi Desa percontohan, sepanjang jalan yang bersih ditaburi kerikil, kiri-kanan jalan ditanami pohon Pepaya Unggul berbuah sangat lebat dan besar-besar. Dari kejauhan bukit yang menghijau ditanami pohon jeruk dan buahnya juga sangat lebat, dibawahnya terdapat kolam ikan dengan airnya yang sangat jernih. Dan di ujung bukit yang kelihatan “mecucu” karena terletak di ketinggian, terdapat tempat peristirahatan Gua Gunung Pencu. Saya hanya bisa membayangkan bagaimana pemikiran seorang lurah yang sangat maju di jaman itu, jika dikaitkan dengan konsep Desa Wisata yang tengah digembar-gemborkan, diwacanakan, namun belum bisa diwujudkan hingga sekarang. Ternyata berpuluh-puluh tahun yang silam telah dicontohkan dengan sempurna oleh seorang lurah merangkap Glondhong bernama Sumotirto tanpa meminta bantuan dari pemerintah alias berdikari.


Ketenaran Desa Ngandagan sebagai desa percontohan memberikan daya tarik tersendiri bagi Presiden Soekarno kala itu. Ir. Soekarno mengunjungi Desa Ngandagan pada tahun 1947. Tujuan kunjungan tersebut adalah untuk meninjau keberhasilan proyek pertanian jeruk dan perikanan di Desa Ngandagan. Sebagaiman layaknya ketika suatu daerah akan mendapat kunjungan dari Sang Presiden. Sepanjang jalan dari arah Kemiri sampai Pituruh didirikan posko-posko penyambutan. Beragam kesenian tradisional memamerkan kepiawaiannya. Bermacam-macam hasil pertanian unggulan dipamerkan dan warga yang berminat dipersilahkan menikmati secara cuma-cuma.




Pada saat bung Karno berkunjung ke desa Ngandagan beliau dan rombongan sempat meninjau dan beristirahat di Gua Pencu. Presiden Soekarno juga menguji kepandaian warga desa. “Ayo sapa sing bisa nulis jenengku …maju ! Maka majulah salah seorang sukarelawan menulis Sukarno dengan aksara jawa. Namun ada kesalahan dalam menulis nama Soekarno, karena didepan huruf “Sa” yang disuku kelebihan huruf “Ha”, sehingga bunyinya “* Sukarno” dan semua yang hadir tertawa. Yang menarik Presiden Soekarno tidak marah bahkan memaklumi dan ikut tertawa. Kemudian Presiden Soekarno dengan sabar membimbingnya sambil menulis “ Sa disuku unine apa..? secara serentak masyarakat yang hadir menjawab Su…, banjur Ka dilayar Kar…, terus Na ditaling lan diwenehi tarung diwaca No… dadi wacane Su-kar-no”. Rakyat pun senang karena dibimbing Presiden Soekarno. Bapak saya sendiri juga menyaksikan beliau ketika memasuki Gua Gunung Pencu melalui pintu sebelah timur, karena pintunya cukup rendah untuk ukuran Presiden Soekarno, maka beliau harus menunduk dan melepas kopiahnya."

Tempat Presiden Ir.Soekarno pada waktu itu untuk menikmati kesejukan pada pintu sebelah timur Gunung Pencu kini ditumbuhi semak-semak . Lorong bagian dalam batu cadasnya diselimuti lumut dan akar-akar pohon menyembul disela-selanya.

"Dari Ngandagan, Jawa Tengah sampai Porto Alegre, Brazil" Demikian anak judul orasi ilmiah Gunawan wiradi saat menerima Gelar Dr. Honoris Causa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tanggal 28 Mei 2009, judul utama orasi ilmiah itu sendiri adalah "Reforma Agraria dari Desa ke Agenda Bangsa"
Bagi banyak orang terutama di kecamatan pituruh sendiri mungking menggap desa Ngandagan adalah nama desa yang biasa saja, karena ketidaktahuan mereka.
Lurah Soemotirto adalah lurah ke-7 dalam sejarah kepemimpinan di desa Ngandagan, beliau sebenarnya berasal dari keluarga petinggi desa wonosari yang berbatasan dengan Dusun Karang turi desa Ngandagan. Kakaknya yang bernama Tirtowardoyo pernah menjadi lurah desa wonosari. mardikoen Soemotirto melakukan upaya pembaruan di tahun 1947. Warga Ngandagan mengikuti ideologis politik yang dianut lurah Soemotirto yakni Komunis(Sumber : wiradi 2009b: 163), sehingga pada pemilu tahun 1955 PKI menang telak di desa Ngandagan.
Salah satu ketegasan beliau adalah berani membongkar petilasan di gua pencu, gua ini di keramatkan penduduk desa dan banyak didatangi peziarah di luar desa, serta ada makam mbh jait(Purwanto 1985:31) yang dikultuskan penduduk. gua ini dirubah menjadi satu monumental yang mengejawantahkan cita-cita nasional, di muka gua ditempatkan dua buah prasasti yang bertuliskan slogan perjuangan dan lambang kenegaraan dan juga patung pahlawan nasional seperti Kartini dan Pangeran Diponegoro, selain itu komplek sekitar gua dijadikan sebagai pusat kegiatan kesenian, perkemahan, kepemudaan, dan wisata terkenal di kabupaten purworejo.
Salah satu peristiwa sejarah bagi desa Ngandagan adalah kunjungan Presiden RI pertama Ir. Soekarno di pertengahan tahun 1947 yang ingin melihat secara langsung kemajuan desa Ngandagan juga secara khusus meninjau pemberantasan buta huruf.


Soemotirto pada tahun 1964 pindah ke partai Katolik dan berpindah Agama serta dibaptis pada tanggal 24 April 1964 bersama para pengikutnya di desa Ngandagan, gereja di dusun karangturi berdiri 2 November 1969 bernama gereja Setasi St Markus, Ngandagan merupakan bagian dari kerasulan gereja Santo Yohanes rosul Kutoarjo yang berdiri tahun 1935, demikian konversi agama di Ngandagan yang sangat terkait dengan situasi politik di pedesaan dan uniknya terjadi pada tahun 1964 sebelum terjadinya G30SPKI sehingga di desa Ngandagan tidak terusik oleh kejadian nasional tersebut tidak ada penangkapan dan pembunuhan massal di Ngandagan. Sebelum peristiwa G30S 1965 Soemotirto sudah meninggal dunia lima bulan sebelumnya, dan pada bulan April 1964 sesuai perintah Soemotirto semua warga desa Ngandagan yang menjadi anggota PKI untuk hijrah ke PNI atau partai Katolik.
Sekarang di kecamatan pituruh Agama Katolik identik dengan desa Ngandagan terutama dusun karangturi.
Tetapi sejak peristiwa G30S gua pencu Ngandagan dituduh menjadi markas PKI sehingga mengakibatkan gua pencu terjadi perusakan dan penelantaran bertahun-tahun lamanya, sejak saat itu desa Ngandagan yang makmur dan prestasi penting yang dicapai kemudian dibalikkan.

Gua pencu saksi bisu yang merupakan Monumen yang mengejawantahkan secara konkret visi kebangsaan dan kerakyatan desa Ngandagan yang pernah menjadi kebanggaan dan menjadi magnet daya tarik se kabupaten purworejo bahkan keluar kabupaten.
Saat kepemimpinan Soemotirto, gua pencu menjadi salah satu tujuan wisata kabupaten purworejo dan di dukung dinas pariwisata kabupaten purworejo, namun sejak mendapatkan stigma politik negatif dari penguasa orde baru, gua pencu mulai dihindari dan bahkan bangunannya dirusak serta tak terawat.

Semoga Situs Gua Pencu dapat di pugar dan direnovasi kembali oleh masyarakat dan Pemkab Purworejo sebagai salah satu tujuan obyek wisata dan sejarah





By. Nka
Sumber Referensi :
- mohammad shoibuddin dan ahmad nashih luthfi 'Land Reform Lokal Ala Ngandagan'
- Gunawan wiradi "Reforma Agraria dari Desa ke Agenda Bangsa"
- Nara sumber tokoh masyarakat desa Ngandagan

Kutoarjo

Desa Tursino Kutoarjo di dalam kanccah perang jawa juga tercatat di Babad Kedungkebo Pupuh XXIX Dhandanggula bait syair nomor 23-56 karya Ngabehi Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokrojoyo alias R.A.A. Tjokronegoro I Bupati Pertama Purworejo

  Di Dalam Babad Kedungkebo Pupuh XXIX Dhandanggula bait syair nomor 23-56 karya Ngabehi Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokrojoyo alias R....

Kutoarjo