Powered By Blogger

Rabu, 10 April 2019

DOKTRIN Ajran suci adalah untuk melepaskan doktrin2 ajaran suci itu sendiri

DOKTRIN AJARAN SUCI adalah Untuk melepaskan Dari DOKTRIN2 AJARAN SUCI

Doktrin hanya sebagai syarat dan sarana untuk ber-tauhid setelah ber-tauhid maka runtuhlah semua doktrin2 dan dogma2 tersebut.

Kita merasakan betapa sholat, puasa, ataupun berbuat baik menjadi beban sejak kecil. Kita selalu ketakutan kalau tidak sholat akan dijebloskan ke neraka, tidak puasa ataupun berbuat baik tidak dapat pahala ataupun masuk surga sehingga setiap kali ada suara adzan perasaaan takut dan ngeri sering menyelusup ke dalam hati. Tanpa di sadari, secara psikologis pikiran kita terganggu dengan doktrin2 dan dogma2 tersebut.

Nabi Muhammad SAW telah mensinyalir hal ini dalam hadisnya :
Yak tii ‘alaannaasi zamaan yusholluuuna walaa yusholluun (Riwayat Ahmad)
”Akan datang suatu masa atas manusia, mereka melakukan sholat namun pada hakikatnya mereka tidak sholat”

Maksudnya dari hadis tersebut supaya kita lepas dari doktrin2  dan dogma2serta ber-kesadaran murni alias bertauhid seutuhnya sehingga ibadahnya karena lilahitangala bukan karena doktrin2 atau ketakutan

"Kam ming qokmim hatzhuhu min sholaatihitt’abu wannashobu" (Riwayat Abu Dawud)
Berapa banyak orang yang sholat (beribadah, puasa, berbuat baik, sedekah dsbnya) namun hanya mendapatkan rasa capek dan lelah

Selama ini kita sholat hanya selalu menggunakan tata aturan otak kiri (menghapal, berhitung, mengingat) yang kenyataannya adalah menghasilkan ketidaknyamanan dan rasa jenuh jg bosan. Perasaan terpisah karena harus memenuhi logika hukum, sementara aktivitas otak kanan dibiarkan liar oleh karena berprinsip :” Yang penting sudah memenuhi syarat sahnya shalat”. Akibatnya karena menggunakan otak kiri, kita akan merasa capek karena terdoktrin, terhipnotis, terdogma harus berkonsentrasi, dan karena otak kiri lelah, otak kanan bekerja liar kesana kemari, dan mengingat apa-apa yang telah kita lakukan.

Padahal Rasulullah telah memperingatkan, bahwa dalam shalat atau ibadah apapun kesadaran spritual (otak kanan/ emosional) harus diaktifkan, yaitu merasakan kehadiran Allah dihadapan kita dan kita menjadi Ihsan (orang yang berserah diri). Kita tidak pernah disadarkan, bahwa sholat itu untuk kebaikan kita dan bisa dirasakan langsung oleh pikiran dan perasaan hati kita, bahwa sholat itu akan membuat perasaan kita damai dan tenang. Allah tidak butuh sholat kita, tapi kita butuh Allah yang telah menciptakan manusia. Kita sholat merupakan tanda syukur kita kepada Allah Semesta Alam. Bila pikiran dan cara berpikir sudah seimbang, tubuh dan jiwa akan mengikuti kehendak pikiran. Ini adalah sinergi yang diharapkan dapat menampilkan kualitas shalat kita secara optimal. Perasaan khusyuk tidak mungkin bisa didapatkan jika kita tidak memiliki kesadaran dan kepercayaan, bahwa sebenarnya di saat shalat kita sedang berhadapan dengan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kutoarjo

Desa Tursino Kutoarjo di dalam kanccah perang jawa juga tercatat di Babad Kedungkebo Pupuh XXIX Dhandanggula bait syair nomor 23-56 karya Ngabehi Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokrojoyo alias R.A.A. Tjokronegoro I Bupati Pertama Purworejo

  Di Dalam Babad Kedungkebo Pupuh XXIX Dhandanggula bait syair nomor 23-56 karya Ngabehi Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokrojoyo alias R....

Kutoarjo