Powered By Blogger

Kamis, 14 Mei 2020

Mutiara dari Kutoarjo "The Real Hero Eks Kabupaten Kutoarjo" Tokoh Konservasi Alam, Ahli Tehnik Bendung, Tata kelola air, Pecinta Lingkungan Hidup Pertama di Pribumi (Indonesia), Pangeran Adipati Purboatmodjo salah satu Bupati Kutoarjo yang mencintai rakyatnya dan dicintai rakyatnya




Foto. Pangeran Adipati Purboatdmodjo, Bupati Kutoarjo yang ke-4

Purboatmodjo adalah Putra Bupati Kutoarjo ke-3 (terhitung dari era kolonial belanda) yang bernama Raden Tumenggung Pringgoatdmodjo. Kabupaten Semawung setelah selesai Perang Diponegoro berganti nama menjadi Kabupaten Kutoarjo dengan Bupati Perdananya K.R.A. Sawunggaling (II) alias K.R.A Nottonegoro kemudian dilanjutkan menantu beliau R.M.A. Soerokoesomo lalu dilanjutkan Raden Tumenggung Pringgoatmodjo yang dilantik tanggal 21 Juni 1860 kemudian diteruskan putra beliau Raden Adipati Poerbo Atmodjo (yang kelak bergelar Pangeran Adipati) yang dilantik tanggal 6 Desember 1915 serelah itu Bupati Kutoarjo yang terakhir adalah Raden Adipati Arya Poerbo Adhi Koesomoe.
 
Pangeran Adipati Purboatmodjo lahir lahir di Ambal pada Kamis Legi tanggal 19 Oktober 1849 dengan nama kecil Raden Toekirjo dan wafat pada Sabtu Wage tanggal 13 Oktober 1928,dalam usia 79 tahun. pernah sekolah di kwartjesschool di kabupaten Ambal.
Pangeran Poerbo atdmodjo memulai karirnya sebagai juru tulis (schrijfer) wedono pituruh setelah itu ke Dinas topografi hindia belanda, pada tahun 1869 diangkat mantri bendung boro di Kabupaten Purworejo.
Beliau dilantik menjadi Bupati kutoarjo Rabu legi tanggal 19 Oktober 1870 dan menjabat Bupati Kutoarjo selama 45 tahun serta Pensiun di bulan Desember tahun 1915.
Beliau menjabat Bupati Kutoarjo sangat usia muda sekitar umur ± 21 tahun.
Beliau menikmati masa pensiun selama 13 tahun setelah itu tutup usia hari Sabtu wage tanggal 13 Oktober 1928.
Pangeran Purboatdmojo adalah ahli lingkungan yang jarang dikuasi orang pribumi pada masa eranya.
beliau satu-satunya orang pribumi yang menjadi Anggota Organisasi Lingkungan Hidup Hindia-Belanda.
 
"The Real Hero Eks Kabupaten Kutoarjo"
Enviromentalis(ahli lingkungan), Tokoh Konservasi Alam, Ahli Tata Kelola air, Pecinta Lingkungan Hidup Pertama di Pribumi/Indonesia, Originator of nature's protection, satu-satunya orang pribumi yang ahli tehnik bendungan Dam Building Technician
Pangeran Adipati Purboatmodjo Kamis legi 19 Oktober 1848 - Sabtu Wage 13 Oktober 1928
 
Purboatmodjo Mutiara dari Kutoarjo Enviromentalis alias Ahli Lingkungan Hidup Pertama dari Pribumi (Indonesia) yang lahir di Ambal pada hari Kamis legi tanggal 19 Oktober 1849 dengan nama kecil Raden Toerkidjo. Ayahnya bernama K.R.M.T Pringgoatdmojo yang sebelum menjadi Bupati Kutoarjo yang ke-3 (yang terhitung dari era kolonial belanda), R.M. Pringgoatdmojo adalah Patih Kabupaten Ambal.
R.M. Toerkidjo Purbo Atmodjo sejak muda dipersiapkan oleh ayahnya untuk mengatasi banjir dan tata kelola air di kabupaten Kutoarjo, R.M. Toerkidjo dikenal sebagai seorang yang senang pada tehnik bangunan air, akhirnya mendapat kesempatan belajar di kalkuta India untuk mempelajari masalah irigasi di Kalkuta India dengan para insinyur dari inggris.
Pemanfaatan Sumber Daya Alam, Konservasi Lingkungan Hidup, tata kelola air dan tehnik bangunan bendung adalah ilmu yang sangat langka dipelajari dan di pahami oleh orang pribumi pada masa itu.
Pangeran Purboatmodjo mempunyai karakter sederhana, kreatif, rajin,  cerdas dan penuh inisiatif.
Beliau juga memberikan anak-anak nya pendidikan yang layak dan tinggi, semua anaknya fasih berbahasa Belanda.

Prestasi Pangeran Adipati Purboatmodjo menerima 8 pengangkatan jabatan, gelar, dan penghargaan tanda jasa dari pemerintah Hindia Belanda, Yaitu :

1. Surat keputusan pemerintah Hindia Belanda (Government besluit Van Nederlandch Indie) tanggal 19 Oktober 1870 nomor 25 diangkat menjadi Bupati Kutoarjo Regent Van Koethoardjo.
2. Surat keputusan pemerintah Hindia Belanda ( government besluit Van Nederlandch Indie) tanggal 30 Juni 1889 Nomer 3 memperoleh gelar "Adipati"
3. Surat keputusan Hindia-Belanda ( Government besluit Van Nederlandch Indie) tanggal 31 Agustus 1898 Nomor 1, berhak memakai Payung Songsong kebesaran berwarna Kuning.
4. Surat Keputusan Kerajaan Belanda (Koninklijk besluit) Ratu Wilhelmina tanggal 30 Agustus 1899 Nomor 12, Menerima bintang tanda jasa berupa (Ridder der Oranje Van Nassau orde)
5. Surat keputusan pemerintah Hindia Belanda tanggal 22 Februari 1900 nomer 44 mendapatkan kenaikan Gaji dari 1000 Gulden menjadi 1.200 Gulden.

6. Surat keputusan Kerajaan Belanda/Koninklijk besluit/ Ratu Wilhelmina, 29 Agustus 1901 Nomer 29/8, diangkat menjadi Opsir/Perwira Kerajaan Belanda dan mendapatkan bintang penghargaan tinggi ( Officier in de orde Van Oranje Nassau)
7. surat keputusan kerajaan Belanda (Koninklijk besluit) ratu Wilhelmina tanggal 27 Agustus 1908 Nomer 30, diangkat menjadi "Satria Singa Kerajaan Belanda "Ridder der Nederlandch leuw".
8. surat keputusan pemerintah Hindia Belanda (Government besluit Van Nederlandch Indie) tanggal 10 Oktober 1910 Nomor 26 dianugerahi gelar "Pangeran" sebagai penghargaan atas dedikasinya kepada masyarakat eks Kabupaten Kutoarjo, serta jasa dan karya nya sebagai Bupati.

 

Setelah beliau kembali dari kalkuta India, pengetahuan yang didapat dari India diterapkan didaerahnya.
K.R.A.A. Tjokronegoro II Bupati Purworejo ke-2 juga minta dibangunkan bendung di sungai Bogowonto, atas keberhasilannya membangun bendung Boro, akhirnya  R.M Toerkidjo Purboatmodjo diangkat sebagai mantri Bendung atau mantri Pengairan di kabupaten Purworejo.
Sebelumnya beliau juga berdinas di Dinas topografi karesidenan Bagelen sebagai juru ukur dan membuat peta setelah itu menjadi mantri bendung boro.
 
pada Rabu legi tanggal 19 Oktober 1870 dengan surat keputusan Gubernur Jendral Pemerintah Hindia Belanda di Bogor R.M. Toerkidjo Purboatmodjo ditetapkan menjadi Bupati Kutoarjo menggantikan ayahhanda K.R.T. Pringgoatdmojo.
 
Gambar. Surat Keputusan atau BESLUIT bertanggal 19 Oktober 1870 dari Pemerintah Hindia Belanda soal Pengangkatan Poerboatdmodjo menjadi Bupati Kabupaten Kutoarjo
 
Pada Sabtu Wage tanggal 30 Juni 1889 R.M. Toerkidjo mendapat gelar Adipati dari pemerintah Hindia-Belanda atau lengkapnya disebut Kanjeng Raden Adipati Poerboatmodjo disingkat K.R.A.
 
Atas dedikasi dan keberhasilannya membangun Kabupaten Kutoarjo menjadi daerah yang subur, makmur, maju dan sejahtera dibidang Pertanian, Tata kelola air, lingkungan hidup, perikanan, pendidikan, perdagangan, keagamaan, politiik, keamanan, bahkan transportasi yang pada eranya stasiun kereta api kutoarjo dibangun, beliau mendapatkan berbagai penghargaan, bintang jasa, gelar juga payung songssong kuning (Payung kebesaran berwarna kuning emas).
Beliau mendapatkan Payung Songssong Kuning ke-emasan pada Rabu Wage tanggal 31 Agustus 1898.
 
Payung Songsong, adalah simbol Pembeda Strata atau status sosial bahkan jabatan dan pangkat juga prestasi dalam Masyarakat Jawa yang sama fungsinya dengan keris juga tombak.
Warna Cat dan Streep Pada Payung Songssong Menjadi Pembeda yang Mencolok.
Warna dasar seperti kuning emas, putih, hijau, biru, merah tua, dan hitam biasanya menghiasi songsong agar terlihat dari jauh.
Simbol strata status sosial tertinggi ditunjukkan oleh warna kuning emas, sedangkan yang terendah ditandai oleh warna hitam. Hal tersebut selaras dengan bagaimana orang mengartikan emas sebagai simbol keagungan sedangkan hitam sebagai pertanda duka atau kematian.
penggunaan songsong pun ada aturannya dan tidak boleh digunakan sembarangan. Para bawahan raja tidak bisa asal menggunakan songsong ke manapun.
Keraton, menerapkan larangan bagi siapapun untuk menggunakan payung di kawasan keraton, kecuali keluarga raja yang bergelar pangeran.
 
Foto. Pangeran Adipati Poerbo Atmodjo dari Koran Bataviaasch Nieuwsblad, 25 Oktober 1913. Perihal Pangeran Purboatdmodjo menjadi satu-satunya anggota Pekumpulan Lingkungan Hidup Hindia-Belanda yang berasal dari golongan Pribumi.
 
Kemudian pada Sabtu pahing tanggal 01 oktober 1910 K.R.A. Poerbo Atdmojo mendapat gelar "Pangeran" dari pemerintah Hindia Belanda.
Masa jabatan beliau sebagai bupati Kutoarjo dari tahun 1870 - 1915, beliau banyak menerima gelar, diantaranya :
Gelar Adipati.
Anugerah Bintang Officier Van De Orde Van Oranje Nassau.
Anugerah bintang Agung ridderkruis der orde Van den Nederlandschen leeuw
Anugerah Payung Songsong Kuning.
Mendapatkan Gelar Pangeran.
Anugerah Bintang Agung Ridder Der Orde Van Den Nederlanschen Leuw, merupakan pangeran tertinggi.
 
Pangeran Purboatmodjo dalam masa kedinasan kebupatiannya dinilai termasuk seorang Bupati diantara yang terbaik di pulau Jawa.
Pangeran Adipati Purboatmodjo satu-satunya orang pribumi yang masuk menjadi anggota organisasi lingkungan hidup Pemerintah Hindia-Belanda.
 
Beliau mengajukan permohonan pensiun menjadi Bupati Kutoarjo pada bulan Desember tahun 1915 dan dikabulkan oleh Gubernemen dengan penghargaan yang tinggi.
Selanjutnya Pemerintahan Kabupaten Kutoarjo dilanjutkan putra beliau R. Soemadi yang sebelumnya menjadi Patih Wonosobo dan dilantik sebagai Bupati Kutoarjo pada hari Senin Wage 6 Desember 1915 selanjutnya bergelar K.R.A.A. Purboadikusumo.
 
Salah satu jasa Pangeran Adipati Purboatmodjo, Bupati Kutoarjo yang ke 4 adalah berhasil menghapus sistem Kerja paksa tanpa upah yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda di lingkup pemerintahan eks kabupaten kutoarjo(Sumber : Dokumen Belanda Yang Telah Diterjemahkan oleh Bapak Anton Adisucipto).
 
Pangeran Adipati Purboatmodjo juga merubah rawa-rawa menjadi desa-desa baru yang subur dan produktif, juga dengan tata kelola air yang bagus, Kabupaten Kutoarjo menjadi kabupaten yang subur serta panen padi yang melimpah sehingga Kabupaten Kutoarjo menjadi lumbung padi terutama di daerah yang sekarang bernama kecamatan Butuh, kecamatan Kemiri, kecamatan Grabag, kecamatan pituruh, kecamatan Purwodadi dan sebagainya, yang kecamatan-kecamatan itu menjadi salah satu lumbung padi propinsi Jawa tengah bahkan Nasional.
 
Pangeran Purboatmodjo mempunyai empat istri, istri pertama sekaligus garwo Padmi beliau yang bernama R.A. Sandimah adalah putri Bupati Banyumas Pangeran Adipati Arya Mertadiredja III, istri kedua adalah putri bupati ambal, istri ketiga adalah putri cina terkaya di kutoarjo, istri ke empatnya dari Yogyakarta.
 
K.R.A.A. Poerbonegoro (bupati Ambal) mempunyai istri sembilan (9) salah satunya menikah dengan M.A. Gedong (dari Puring) memiliki beberapa anak Salah satunya ialah R.A. Sukengsi yang kemudian R.A. Sukengsi menikah dengan Pangeran Poerboatmodjo .
jadi bupati ambal (Poerbonegoro) itu adalah mertua dari bupati kutoarjo ke-4 yaitu purboadmodjo.
 
Dan dari Pangeran Purboatmodjo + R.Ay. Sukengsi lahir lah 4 Anak yaitu
1. K.R.A.A. POERBOHADIKOESOEMO (Bupati kutoarjo ke-5)
2. R.Ay. Purwosoedirdjo
3. R.M. Soetedjo (kemiri).
4. R.A. Asmamu (Garwo putro Ngabean).
 
Putra-Putri Pangeran Purboatmodjo dengan Garwo Padmi/permaisuri yaitu R.A. Sandimah binti Pangeran Adipati Arya Mertadiredja III Bupati Banyumas adalah mempunyai 6 putra-putri yaitu :
1. R.M. Purto Suditjo
2. R.A. Adipati Sosrohadikoesomo (istri Bupati Nganjuk Jawa timur R.M.T. Sosrohadikoesomoe IV)
3. R.M. Somitro
4. R.M. Sudjadi
5. R.A. Widojodiseno ( istri patih..)
6. R.M. Sirin
 
HUBUNGAN ANTARA KABUPATEN KOETHOARDJO dan KABUPATEN BERBEK (Nganjoek) di tahun 1901 - 1936
Pangeran Purboatmodjo mempunyai Menantu seorang Bupati yaitu Bupati Berbek (Nganjoek).
Bupati Berbek/Nganjuk Jawa timur yang bernama R.M.T. Sosrohadikusumo IV.

Raden Tumenggung Sosrohadikusumo IV menjabat Bupati Berbek/Nganjoek semenjak taahun 1901-1936
R.T. Sosrohadikusumo IV lahir di Pakuncen, Ngrowo (Tulungagung) pada tahun 1876. Ia diangkat sebagai Bupati Berbek pada usia 24 tahun melalui besluit No. 10 tanggal 2 Maret 1901 menggantikan ayahanda nya R.M.A. Sosrokusumo ( III) yang mengundurkan diri pada tahun 1901.
Sebelum menjadi Bupati Berbek R.T. Sosrohadikusumo IV adalah asisten wedono di cungkup Blitar.
Sama seperti prestasi mertuanya Pangeran Purboatmodjo Bupati Kutoarjo yang menyukai tata kelola air, tahun 1913 membuka pintu saluran bendungan sungai Brantas. pada tahun 1909 ia mendapatkan gelar "Ario" dan pada tahun 1920 mendapatkan gelar Adipati. Pada tahun 1923 ia diberi anugerah dari pemerintah Hindia Belanda anugrah Songsong emas.
Dalam rangka "Jubelium" 25 tahun sebagai Bupati Berbek (Nganjuk) pada tahun 1926 oleh pemerintah Hindia Belanda beliau diberi bintang jasa tingkat ke-empat yaitu bintang Officer Van de oranje Nassau orde.

Beliau dalam surat kabar Belanda saat wafatnya mertua beliau Pangeran Purboatmodjo dan wafatnya Saudara ipar beda ibu yaitu Bupati Kutoarjo yang terakhir KRAA Purbohadikusumo, dalam berita koran Belanda "De locomotif" yang terbit di Semarang Senin 15 otober 1928 melayat ke kutoarjo dalam rangka pemakaman Mertuanya Pangeran Purboatmodjo dan koran Belanda "DE SUMATERA POST" VAN VRIJDAG 21 April 1933 yang memberitakan kehadiran Bupati Nganjoek saudara ipar bupati kutoarjo yang terakhir dalam pemakaman wafatnya Bupati Kutoarjo yang terakhir KRAA Purbohadikusumo.

Pada periode Bupati Raden Mas Toemeengung (R.M.T) Sosrohadikusumo juga diambil kebijakan oleh pemerintah Hindia Belanda perubahan nama status resmi Kabupaten secaara nomenklatur diubah menjadi kabupaten Nganjuk tepatnya pada tahun 1929 saat itu pemerintah Hindia Belanda dibawah gubernur jenderal Andries C.D. de Graeff (menjabat 1926-1931) atas persetujuan Raad Van Nederlandsch indie (dewan Hindia Belanda) dan jg vollkraad (dewan rakyat/Parlemen) Indische staatsregeling (penetapan peraturan tata negara Hindia Belanda) tahun 1925 bertempat di Cipanas pada tanggal 9 Agustus 1928 menerbitkan surat keputusan No. 1x tentang pemberian status daerah otonom kepada Kabupaten Nganjuk dan juga menetapkan pergantian nama dari kabupaten Berbek (regentschap Berbek) menjadi kabupaten Nganjoek (Regentschap nganjoek) keputusan dari gubernur jenderal tersebut diundangkan pada lembaran negara tanggal 21 Agustus 1928 no 310. Keputusan tesebut mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 1928.

Berikut susunan administrasi pejabat Kabupaten Berbek(Nganjoek) yang bersumber dari Regeering almanak voor Nederlandsch indie tahun 1904 :

Bupati Raden mas tumenggung Sosrohadikusumo bupati Berbek diangkat 2 Maret 1901
Raden Sosro Prawiro Patih Kabupaten Berbek diangkat 2 maret 1901
Raden Reksodiwiryo ondercolektur di nganjoek diangkat 11 Oktober 1901
Raden nggabei Puspodipuro ondercolektur di Kertosono diangkat 7 Juni 1901
Raden nggabei hariyodirejo wedono Nganjuk diangkat 14 April 1901
Raden sastrokusumo wedana Berbek diangkat 31 Januari 1897
Raden adhiwinoto wedono Kertosono diangkat 28 Mei 1897
Raden Sumanegara wedana Lengkong diangkat 22 Juni 1902
Mas wongsodirjo wedana warujeng diangkat 18 Juni 1899

R.M.T. Sosrohadikusumo IV wafat pada tanggal 30 Desember 1936

Foto. R.A. Sandimah/Poerbo atdmojo bersama Pangeran Adipati Poerbo Atmodjo. sumber foto daei pohon keluarga Pangeranan Banyumas
 
Makam Pangeran Adipati Purboatmodjo Bupati Kutoarjo ke-4 ada di komplek makam keluarga Giri Chumantoko Bukit Satria desa kaliwatu kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo.
Pangeran Purboatmodjo Seorang Bupati Sang ahli pengairan, irigasi, dan bendungan asli pribumi, kalau di era sekarang mungkin beliau udah sekaliber insinyur bahkan Profesor.
 
Berikut Bupati-Bupati Semawung di era kekalahan Diponegoro atau disebut dengan era kolonial belanda, serta kabupaten semawung menjadi milik pemerintah hindia belanda lalu berubah nama menjadi menjadi Kutoarjo :
1. Kyai Adipati Sawong Galing lalu di tahun 1832 berubah gelarnya menjadi Raden Adipati Notto Negoro ( Sawunggaling II)
2. Di Era Sawunggaling II pemerintahan dilanjutkan menantunya yang bernama K.R.M.T. Soerokusumo yang masih kerabat keraton Jogja jg sebelumnya menjadi Patih ambal. Maka trah Adipati Pragolo I Pati habis sampai disini.
3. Atas kebijakan Belanda pemerintahan di lanjutkan kerabat keraton Jogja bernama K.R.T. Pringgoatdmojo, lalu dilanjutkan anaknya,
4. Pangeran Adipati Purboatmodjo,
5. K.R.A.A. Purbohadikusumo.
 
 
Foto. Makam Pangeran Adipati Purboatmodjo di Giri chumantoko bukit satria, kaliwatubumi, butuh, Kutoarjo

Dilihat dari bangunan makam bergaya kolonial Belanda dan lantainya saya pastikan dulu awal mulanya sangat megah, dengan lantai yang indah, kijing dari marmer.

 
Foto. bangunan cungkup makam Pangeran Purboatmodjo yang bergaya era kolonial Belanda

Pangeran Purboatmodjo adalah Bupati Kutoarjo yang sangat berjasa bagi masyarakat eks Kabupaten Kutoarjo.

Waktu itu Tahun 1861 di era Bupati Raden Toemenggong Pringgoatdmojo kutoarjo sering dilanda banjir, lalu saat Pemerintahan Pangeran Purboatmodjo, Pangeran Purboatmodjo membangun kanal saluran air Sudagaran(kali pereng) di Utara kota kutoarjo.
 
Selama ini banyak orang menyangka, pembangunan bendung di Kutoarjo dan purworejo ditangani oleh para ahli bendung dari belanda.
Namun sejarah menunjukkan bendung di Kutoarjo dan purworejo yag dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda ditangani oleh arsitek bendung pribumi yang bernama R.M. Toerkidjo Purboatmodjo bin K.R.T. Pringgoatdmojo Bupati  kabupaten Kutoarjo.
R.M. Toerkidjo Purbo Atmodjo sejak muda dikenal sebagai seorang yang senang pada tehnik bangunan air, akhirnya mendapat kesempatan belajar di kalkuta India untuk mempelajari masalah irigasi di Kalkuta India.
R.M. Toerkidjo Purbo Atmodjo mempelajari tehnik bangunan bendungan sungai Gangga India, setelah kembali ke kutoarjo dari india, pengetahuan yang didapat dari India diterapkan didaerahnya.
K.R.A.A. Tjokronegoro II Bupati Purworejo ke-2 minta dibangunkan bendung di sungai Bogowonto, atas keberhasilannya membangun bendungan Boro, akhirnya diangkat sebagai mantri Bendungan atau mantri Pengairan.
Selain bendungan, sluis/pintu air dan kanal/selokan yang mengambil air dari sungai Bogowonto, R.M. Toerkidjo membangun pula bendung sawangan di sungi jali, bedono, dan gebang. bendung-bendung tersebut antara lain :
 
- Bendung Kedung Glagah puspo bruno
- Bendung sawangan di Sungai Jali.
- Bendung Bandung di Sungai Jali.
- Bendung Siwatu di sungai Jali.
- Sluis Saudagaran.
- Sluis Suren.
- Saluran Loning.
sedang dari Sungai bedono dan Gebang dibangun pula :
- Bendung pekatingan.
- bendung Kedung Gupit kulon dan wetan, Pituruh.
- Bendung Kalimeneng.
- Dam Rebug.
- Saluran Sudagaran atau kanal Kali Anyar Kutoarjo.
 
Saluran Saudagaran atau kali Pereng adalah Sebuah sungai atau kanal kecil mengalir di sepanjang sisi utara kota kutoarjo dan selatan gunung tugel, Masyarakat Kutoarjo menyebutnya kali pereng.
Saluran Kali Anyar merupakan bagian dari saluran air Sudagaran yang menyodet sungai jali yang sudah ada terlebih dahulu. Mulai dibuat pada abad ke-19, saluran Sudagaran awalnya dibuat kepentingan irigasi sawah-sawah yang ada di wilayah selatan Kutoarjo. Mulut saluran tersebut berada di Semawung yang terletak di selatan Kutoarjo.
Sebelum saluran saudagaran dibangun, banjir yang disebabkan oleh meluapnya Kali Jali senantiasa menerjang Kota Kutoarjo di era Bupati Raden Toemenggong Pringgoatdmojo serta Puncaknya terjadi pada 23 Februari 1861 banjir besar setinggi 4,5 meter menggenangi Kota Kutoarjo (Sumber : Arsip/dokumen Belanda berbahasa Belanda). Beberapa tempat tertimbun sedimen banjir setinggi satu meter. Untuk mencegah banjir, maka dibuatlah pintu bendung di mulut saluran sehingga saluran Sudagaran merangkap fungsi sebagai saluran irigasi dan drainase banjir. Fungsi ganda tersebut ternyata menyebabkan konflik wilayah hulu dan hilir saluran. Saat pintu bendung ditutup, maka wilyah di hulu di utara pintu mengalami banjir. Sebaliknya, apabila saluran air dibuka, maka wilayah hilir di selatan pintu yang dekat dengan saluran akan mengalami kebanjiran karena minimnya sarana drainasenya di sana.
Keberatan dari penduduk di wilayah selatan dijawab dengan pembuatan pintu air baru pada 1878. Namun pembangunan tersebut menuai protes dari penduduk Kutoarjo karena dikhawatirkan aliran air banjir yang tertutup pintu akan menambah debit air banjir di wilayah tersebut. Konflik kepentingan tersebut akhirnya menjadi dilema tersendiri bagi pemerintah Belanda karena biaya perawatan yang tinggi tidak diikuti dengan manfaatnya sebagai saluran air seperti yang dikehendaki.
Saat itu Kutoarjo dipimpin oleh Bupati K.R.T. Pringgoatdmojo, bupati Kutoarjo yang menjabat dari tahun 1860-1870.
R.M. Toerkidjo Purboatmodjo Sebelum menjabat sebagai Bupati menggantikan ayahnya, seperti yang sudah ditulis diatas beliau bertugas di Dinas Topografi Karesidenan Bagelen dan mantri pengairan Bendungan Boro era Bupati Purworejo K.R.A.A. Cokronegoro II.
R.M. Toerkidjo Purboatmodjo sempat Bersama Residen Karesidenan Bagelen, belajar ke Kalkuta India untuk menimba ilmu pengairan, bendungan, dan irigasi dari para insinyur pengairan Inggris yang berhasil membendung sungai Gangga.
Memahami bahwa sistem tata kelola air di kabupaten kutoarjo tidak bekerja sesuai rencana, maka Pangeran Adipati Poerboatmojo sebagai Bupati Kutoarjo bersama B.O.W (Burgerlijke Openbare Werken), jawatan pemerintah kolonial Belanda yang bertanggung jawab dalam bidang proyek pembuatan saluran air, memutuskan untuk melakukan perbaikan sistem tata kelola air di kabupaten Kutoarjo.
Ketika merencanakan proyek perbaikan tersebut, B.O.W berupaya memenuhi semua kepentingan baik dari pihak yang tinggal di hulu maupun di hilir. B.O.W kemudian melakukan proyek penggalian saluran di pinggiran utara Kutoarjo. Di pertemuan saluran ait dengan Sungai Jali, akan dibangun pintu air dengan material yang lebih kuat. Di samping itu, B.O.W juga memisah saluran menjadi dua antara saluran drainase banjir dengan saluran banjir, sehingga di atas saluran banjir, terdapat akuaduk yang berfungsi sebagai saluran irigasi. Proses penggalian saluran dimulai pada akhir tahun 1897 dan bagian pintu air dibangun selama musim kemarau tahun 1898 dan 1899.
Sepanjang proses pembuatan pintu air, bagian pondasi dijaga tetap kering dengan pompa bertenaga manual. Material pondasinya terbuat dari batu gunung yang diambil dari bukit-bukit di sekitar proyek. Sementara bagian dinding terbuat dari beton yang dilapisi dengan batu alam yang diprofilkan.
Pintu saluran terbuat dari besi yang dibuat oleh depo kereta api S.S. di Purworejo. Saluran air baru tersebut juga dilengkapi dengan jalan inspeksi,jembatan dan tangga yang dapat digunakan penduduk sekitar untuk mandi di saluran. Dengan dimensinya yang besar, banyak memotong lahan sawah serta saluran irigasi yang rumit, maka proyek senilai 96.940 gulden tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi B.O.W, terutama insinyur Grinwis Plaat yang merancang saluran tersebut.
Upaya penangan banjir di Kutoarjo tak hanya berhenti sampai di situ, Pangeran Poerboatmojo juga turut menghijaukan kembali tanah perbukitan di sebelah utara Kabupaten Kutoarjo seperti di kemiri, semayu, dilem dan sebagainya . Wilayah pantai selatan Kutoarjo juga turut dihijaukan dengan menanam pohon Nyamplung sehingga pantai menjadi teduh dan tidak tergerus angin. Atas pengabdiannya di bidang lingkungan, Pangeran Poerboatmodjo mendapat banyak penghargaan dari kerajaan Belanda.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya masyarakat Kutoarjo berterima kasih kepada Pangeran Poerboatmodjo karena berkat jasanya, Kutoarjo terbebas dari banjir besar, juga eksistensi nya masih utuh dan dinikmati sampai sekarang.
Hampir semua bendung yang dibangun pada masa Pangeran Poerboatmodjo meskipun umurnya sudah tua dan lebih dari satu abad masih banyak yang kokoh. Termasuk Sluis suren hingga saat ini masih berfungsi baik.
R.M. Poerboatmodjo yang dikenal sebagai ahli tehnik bangunan air.
 
Foto lama dan sketsa. Pintu bedung Bandung Sleuis Kutoarjo, yang airnya diambil atau disodet dari kali jali untuk dialirkan di kanal sungai saluran saudagaran/kali pereng yang baru dibangun oleh Bupati Kutoarjo yang ke-4 Pangeran Purboatmodjo, supaya kota kutoarjo tidak terendam banjir lagi. Beliau seorang Bupati merangkap ahli drainase, irigasi dan bendungan.
 
peranan Dr. S.H Korders dalam sejarah perlindungan alam di Hindia Be;anda atau Indonesia periode 1909 - 1921  seorang ilmuan biologi hutan yang mempelopori lahirnya penunjukan natur monument/cagar alam pertama di Hindia Belanda yang di awali pada tahun 1913 di Depok Jawa Barat, dan tahun 1919 ditunjuk 55 lokasi natur monument/cagar alam di Indonesia. Dewasa ini jumlah cagar alam telah mencapai 527 (tahun 2011) dalam bentuk taman nasioal, cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman hutan raya. Kesemua cagar alam ini diawali dari hasil kerja Dr. S.H. Koorders sebaai pelopornya. Usulan penunjukan kawasan konservasi di Indonesia bukan prakarsa dari Pemerintah Hindia Belanda, tetapi berawal dari perkumpulan perlindungan alam Hindia Belanda (NEDERLANDSCH INDISCHE VEREENIGING TOT NATUURBESCHERMING) yang didirikan oleh Dr. S.H. Koorders pada tanggal 22 Juli 1912 di Buitenzorg (Bogor) dan Dr. S.H. Koorders merupakan ketua pertama dari perkumpulan tersebut (1912-1919).,
susunan organisasi perkumpulan perlindungan alam Hindia Belanda tanggal 1914 yang beranggotakan 24 orang terdiri dari orang Belanda yang didominasi oleh para sarjana, Doktor, terutama di bidang biologi (naturalis), satu-satunya bangsawan asal Jawa adalah PANGERAN POERBOATMODJO (Regent van Kutoarjo) Bupati Kutoarjo yang diangkat sebagai anggota dalam perkumpulan tersebut.Perkumpulan tersebut telah diberikan hak sebagai badan hukum dimana Anggaran Dana dan Anggaran Rumah Tangga (statuten) dikukuhkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 3 Pebruari 1913 No.36 (Gouvernement Beslvit Van Nederlandsch-Indi Van 3 Pebruari 1913 No. 36)Pengangkatan Pangeran Poerboatmodjo sebagai anggota perkumpulan perlindungan alam sudah sewajarnya setelah mendapatkan gelar "Pangeran" dari Gubenur Jenderal Hindia Belanda tanggal 1 Oktober 1910, karena jasa beliau dalam menyejahterakan masyarakatnya di sektor pertanian khususnya sebagai ahli teknik bangunan irigrasi pengairan.
Pangeran Purboatmodjo oang yang sederhana, hidup tanpa kemegahan seorang bupati, membesarkan anak-anaknya dengan cara modern, semua belajar bahasa belanda, dan salah satu anaknya belajar di Delf-Belanda.
 
Pada tanggal 22 Juli 1912 di Buitenzorg (Bogor) atas inisiatif Koordeers didirikan "Perkumpulan perlindungan alam Hindia Belanda" (Nederlandch Indische vereeniging tot natuurbescherming) yang anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ditetapkan dengan surat keputusan pemerintah Hindia Belanda (Government besluit Van Nederlandch Indie) No. 36 tanggal 3 Februari 1913.

Perkumpulan ini diberi Hak sebagai badan hukum dan Dr. S.H. Koordeers ditunjuk sebagai ketua pertama dari hasil rapat pertama nya dengan menghasilkan suara terbanyak.
Organisasi ini beranggotakan orang-orang Belanda dan di dominasi para sarjana atau intelektual terutama di bidang biologi (naturalis) , para peneliti dan pemerhati lingkungan hidup.

Keanggotaan organisasi ini melibatkan nama-nama terkenal pada zamannya dan bekerja kepada kepentingan negara terutama di bidang ilmu pengetahuan alam, tumbuhan, dan hewan seperti Dr. K.W. Dammerman (mantan direktur kebun raya Bogor) , Dr. W.M Docteur Van leuuwen ( Mantan Direktur kebun raya Bogor), Dr. F. C. Von Faaber (Peneliti Kebon Raya Bogor), Karel Albert Rudolf Bosscha (pimpinan perkebunan teh malabar), Peter augistis ouwen (manta direktur museum zeologi), serta berbagai anggota lainnya dengan berbagai profesi, satu-satunya orang pribumi/Indonesia hanyalah Bupati Kutoarjo Pangeran Adipati Purboatmodjo yang juga Arsitektur bendung dan pemerhati lingkungan (reboisasi hutan) untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat eks Kabupaten Kutoarjo.

Pangeran Adipati Purboatmodjo namanya menempati urutan paling atas dibandingkan peneliti dan naturalis lainnya seperti Karel Alfred Rudolf, Dr. W.  Docteur Van leuuwen, Dr. F.C. Von Faaber, Peter Augistis ouwen, dan sebagainya.

Pengangkatan Bupati Kutoarjo Pangeran Adipati Purboatmodjo sebagai anggota organisasi perkumpulan perlindungan alam Hindia Belanda di dasarkan atas pertimbangan :
  1. Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda, kepala dinas kehutanan tanggal 5 Agustus 1903 Nomer 723/B Dr. S.H. Koordeers diangkat menjadi kepala bagian Hutan di eks Karesidenan Bagelen sampai 1906.
  2. Disitulah terjadi komonikasi dan hubungan antara Pangeran Purboatmodjo Bupati Kutoarjo dengan Dr. S.H. Koordeers, dan melihat kesejahteraan dan kemakmuran eks Kabupaten Kutoarjo.
  3. Jabatan sebagai Bupati juga sebagai tokoh panutan dan pemimpin sosial yang memiliki kecenderungan sebagai pemberi Ide dan gagasan serta motivator, pengayom, dan pelindung juga pelayan masyarakat yang bercirikan kepada penguasaan science dan teknologi dalam melaksanakan tata kelola pemerintahan dan tata kelola air di eks Kabupaten Kutoarjo.
  4. Keberhasilan Pangeran Adipati Purboatmodjo dalam pembangunan eks Kabupaten Kutoarjo sehingga masyarakat memperoleh kebermanfaatan, keuntungan, kemajuan serta Pangeran Adipati Poerboatdmodjo menerima transfer pengetahuan, ketrampilan, science, teknologi dari pemerintah Hindia Belanda.
  5. Ketaatan kepada pemerintah Hindia Belanda dan menerima 8 pengangkatan jabatan, gelar, dan penghargaan dari pemerintah Hindia Belanda,

Hasil karya Pangeran Adipati Purboatmodjo kurang lebih 11 berupa bendung, sluis, saluran/kanal air irigrasi yang dibangun. meskipun usia bendung dan sluis sudah tua dan lebih dari satu abad lebih, namun bangunan-bangunannya masih kokok dan berfungsi dengan baik. Nama asli Pangeran Poerboatmodjo adalah Raden Mas Toerkijo, putra dari K.R.T Pringgoatmodjo (Raden Mas Sarimin) Bupati Kutoarjo yang Ke-3.

 
Foto. Bendung Pekatingan di kecamatan Butuh
 
Beda Bedungan dan Bendung :
  1. Menurut Kartasapoetra (1991), bendungan merupakan bangunan air yang dibangun secara melintang sungai, sedemikian rupa agar permukaan air sungai di sekitarnya naik sampai ketinggian tertentu, sehingga air sungai tadi dapat dialirkan melalui pintu sadap ke saluran-saluran pembagi kemudian hingga ke lahan-lahan pertanian.
  2. Menurut Sani (2008), bendungan adalah bangunan yang berfungsi sebagai peninggi muka air dan penyimpanan di musim hujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar yang melebihi kebutuhan baik untuk keperluan irigasi, air minum industri atau yang lainnya.
  3. Menurut Peraturan Menteri Nomor 72/PRT/1997, bendungan adalah setiap bangunan penahan air buatan, jenis urugan atau jenis lainnya yang menampung air atau dapat menampung air, termasuk pondasi, bukit/tebing tumpuan, serta bangunan pelengkap dan peralatannya, termasuk juga bendungan limbah galian, tetapi tidak termasuk tanggul.

Bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan batu, beton, dan atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk semacam waduk (Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010 tentang Bendungan).

Jadi kesimpulannya Perbedaan antara Bendung dan Bendungan :

  • Bendung merupakan bangunan yang dipergunakan untuk meninggikan muka air di sungai sampai ketinggian yang diperlukan agar air mengalir ke saluran irigasi dan petak sawah.
  • Bendungan merupakan bangunan yang dipergunakan sebagai penahan aliran air sungai sehingga membentuk suatu waduk dengan cadangan air.
 
 
Sumber Berita dan Foto dari surat kabar De Locomotief yang terbit 18 Oktober 1928 " Wijlen pangeran poerbo atmodjo gedurende ruien 45 jaren, van 19 Oktober 1870 tot 7 December 1915 bupati van koetoardjo en in den ouderdom van 79 jaar na een toege wijd leven kalm heengegaan"
Terjemahan : Mendiang pangeran poerbo atmodjo selama masa mengabdi 45 tahun, dari tanggal 19 Oktober 1870 sampai dengan tanggal 7 Desember 1915 bupati van koetoardjo dan wafat dengan tenang pada usia 79 tahun setelah berbakti

"Dezer dagen heeft het regentschap Koetoardjo zijn ouden Pangeran de laatste eer bewezen ziin stoffelijk overschot aan den schoot der aarde toevertrouwd, in het familiegraf Giri Tjoemantoko....."
Terjemahan :  Saat ini Kabupaten Koetoardjo telah memberikan penghormatan terakhir kepada Pangeran sepuhnya, menitipkan jenazahnya ke pangkuan bumi, di makam keluarga Giri Tjoemantoko...
 
Berita koran Belanda Tentang meninggal dunia nya mantan Bupati Kutoarjo Pangeran Purboatmodjo di hari Sabtu 13 Oktober 1928.
 
DE INDISCHE COURANT
Tweede blad Dinsdag(Selasa) 16 October 1928
 
Overieden.
Koetoardjo, 15 October. (aneta). Zaterdagochtend is te Koetoardjo overleden de oud-regent Van Koetoardjo, Pangeran Purboatmodjo, in den ouderdom Van 79 jaar.  stoffelijk overschot Van den overledene werd zondagmiddag onder de grootste belangstelling begraven. Onder meer waren aanwezig 8 regenten.
Resident J.S. de Kanter en de regent Van keboemen herdachten de verdiensten Van den overledene.
De tegenwoordige regent Van Koetoardjo, zoon Van den overledene, Dankte voor de belangstelling.
 
"Koetoardjo, 15 Oktober. (aneta). Pada Sabtu pagi ( 13 Oktober 1928) mantan Bupati Van Koetoardjo, Pangeran Purboatmodjo meninggal dunia di Koetoardjo dalam usia 79 tahun. Jenazah almarhum dimakamkan pada Minggu sore (14 Oktober 1928) dengan bunga terbesar. Diantaranya hadir 8 bupati.
Residen J.S. de Kanter dan Bupati Van Keboemen memperingati jasa almarhum.
Bupati Van Koetoardjo yang sekarang(K.R.A.A. Purbo adhikoesomo), putra almarhum, mengucapkan terima kasih atas perhatiannya."
 
 
 

Koran Belanda HET VADERLAND Donderdag 12 November 1915 NO. 315 EERSTE AVONDBLAD B 

(Koran Belanda THE FATHERLAND Kamis, 12 November 1915 NO. 315 LEMBAR MALAM PERTAMA B)
 
JUBILEUM
Men schrijft Aan bet Soer . Hbl. :
Te Koetoardjo bestast het voornemen tot feestelijke berdenking van het 45-jarig jubileun als regent Van Pangeran Purbo atmodjo op 19 Oktober a.s.
De oude Pangeran, die op 19 Oct. 1870 tot regent Van Koetoardjo werd verheven, ziet er nog krachtig uit voor zijn leeftijd en heeft voorlo pig nog geen plan om af te treden, tenzij hij daartoe genoodznakt mocht worden vooral hij dat hij de zekerheid mist, dat zijn oudste zoon de Patih Soemadi (R. Poerbo Adiekoesomo) Van Wonosobo hem zal opvolgen.
Terjemahan Bahasa Indonesia :
 
ULANG TAHUN
 
Salah satunya menulis Aan bet Soer. Hbl. :
Di Koetoardjo, niat merayakan HUT ke-45 sebagai Bupati Van Pangeran Purbo atmodjo pada 19 Oktober lalu, memperingati hajatan tersebut.
Pangeran tua, yang dilantik jadi Bupati Kutoarjo pada Oktober Tahun 1870, masih terlihat perkasa untuk orang seusianya dan tidak ada rencana untuk mundur/pensiun untuk sementara waktu, kecuali jika terpaksa, apalagi ia kurang yakin bahwa anak sulungnya Patih Soemadi ( R. Poerbo Adiekoesomo) Van Wonosobo akan menggantikannya.
 

Berita tutup usianya Pangeran Purboatmodjo salah satu Bupati Kutoarjo di muat surat kabar Belanda De Locomotif, yg terbit di Semarang maandag(Senin) 15 October 1928

 
Pangeran Purboatmodjo
 
Zaterdagochtend is te Koetoardjo in den ouderdom van 79 jaar overleden de oud regent van Koetoardjo, Pangeran Purboatmodjo, Een Dier boepati's Van ouden stempel, die Gedurende Een langereeks Van jaren de krachtige drager is gaweest van het gezag in zijn landstreek.
Volle vijf-en- veertig jaren heaft pangeran Purboatmodjo trouw en met onbegrensde toewijding zijn koningin, zizn land en zizn volk gediend. Hiz was nog alechts 21 jaren our toem de sware last Van het regentschap hem op de schouders werd gelegd an Van 1870 TOT December 1915
Toen hij de taak overdroeg op de schouders Van zizn zoon, heeft hij met wije beleid de zorgen der Aan hem toevertrouwde bevolking behartigd
De verdiensten Van den overleden pangeran-boepati zijn Ten vollein het licht gesteld bij het familie-graf der regenten Van Koetoardjo, waar Een enorme menschenschare den overleden eerbiedig de lastate eer bewees. Daar was de resident Van Bagelen, de here de Kanter, daar waren tal Van regenten, Van Wie wij noemen die Van keboemen, temanggoeng, ngandjoek, Magelang, Banjarnegara, Wonosobo, Poerworejo en banjoemas, vertegen woordigers Van de sui-kerfabrieken premboen en Poerworedjo, tal Van Inlanrsche bestuursamtenaren unit het regentschap wn daarbuiten. Vele andere belangstellenden.
Resident de Kanter heeft te kali watoe twee Paal buiten Koetoardjo, de palasts Van familiegraf, de ambtelijke loopbaan en de verdiensten Van den overledene in woorden Van hulde en waardeering in het licht gesteld, waarna de regent van keboemen sprak als vertegenwoordiger Dee boepati's, die in hem een waardig voorbeeld hebben gevonden.
De tegenwoordige regent van Koetoardjo R.A.A. Poerbohadikusumo, zoon Van den overledene, heeft daarna dank gezegd voor de woorden Van hulde en de belangstelling.
Hoezeer de verdiensten Van den oud regent werden gewaardeerd moge blijken unit de toekenning Van het ridderkruis der orde Van den Nederlandschen leeuw en van het officiers-kruis der oranje nassau-orde.
___________________&&&&&
 
Koran De Locomotif terbit Semarang Hari Senin tanggal 15 Oktober tahun 1928.
 
Pangeran Purboatmodjo 
 
Sabtu pagi di Koetoardjo(Sabtu 13 Oktober 1928), dalam usia 79 tahun, Mantan Bupati Koetoardjo Pangeran Purboatmodjo, yang sudah bertahun-tahun menjadi pemegang kekuasaan berkuasa di daerahnya(Kabupaten Kutoarjo) telah meninggal dunia
Beliu Selama empat puluh lima tahun penuh, Pangeran Purboatmodjo dengan setia dan dengan pengabdian yang tak terbatas melayani Ratu Belanda, negaranya(Hindia-Belanda), dan rakyatnya. Beliau menjabat Bupati ketika masih berusia 21 tahun ketika beban berat kabupaten dibebankan padanya dari tahun 1870 hingga Desember 1915 (45 tahunan)
Setelah dia menyerahkan tugas itu ke pundak putranya(K.R.A.A. Purbohadikusumo alias Raden Sumedi yang sebelumnya menjadi Patih Wonosobo), beliau telah mengurus dengan baik keprihatinan penduduk yang dipercayakan kepadanya. (tahun 1915 sampai akhir hayatnya 1928 beliau menikmati masa pensiunnya selama 13 tahun setelah itu tutup usia)
Kebaikan almarhum Pangeran-boepati Purboatmodjo telah terungkap sepenuhnya di pemakaman keluarga Bupati dari Koetoardjo, di mana kerumunan besar orang besar dan terhormat dengan hormat memberi penghormatan terakhir kepada almarhum. Banyak warga dari karesidenan Bagelen, warga setempat (kabupaten kutoarjo), banyak bupati berdatangan, di antaranya kami sebut bupati dari keboemen, temanggoeng, ngandjuk, Magelang, Banjarnegara, Wonosobo, Poerworejo dan banjoemas, juga perwakilan dari pabrik sui-ker(Gula) premboen dan Poerworedjo. , banyak petugas administrasi Van Inlanrsche di kabupaten (Kutoarjo) dan sekitarnya. Serta Banyak pihak lain yang berkepentingan.
Resident de Kanter memiliki dua Paal tanah di Kali watoe di luar Koetoardjo, palast Van familygraf, karir pegawai negeri dan jasa almarhum dalam terang penghormatan dan penghargaan, setelah itu perwakilan para bupati berbicara yang diwakili bupati keboemen sebagai perwakilan Dee boepati, yang di telah menemukannya sebagai teladan yang layak.
Bupati Koetoardjo R.A.A. Poerbohadikusumo, putra almarhum, kemudian mengucapkan terima kasih atas kata-kata penghormatan dan belasungkawa.
Seberapa besar penghargaan mantan bupati kutoarjo itu dapat ditunjukkan dengan pemberian salib ksatria dari ordo singa Belanda dan salib perwira ordo nassau jingga.
 
Selama masa jabatan pada pemerintahan kabupaten kutoarjo, beliau banyak memberi perhatian pada masalah tata kelola air, pengairan, drainase, irigasi, tehnik bangunan Bendungan, pertanian, lingkungan hidup, keagamaan, pendidikan, perekonomian kerakyatan, peternakan, perikanan, pelestarian lingkungan hidup, kesehatan bahkan perhubungan, politik, dan keamanan.
beliau juga penanaman pohon nyampung di pesisir pantai selatan yang funfsinya untuk menahan angin laut yang dapat menimbulkan kerusakan terhadap sawah-sawah, bonorowo yang sebelumnya adalah rawa-rawa atas ide gagasan Pangeran Adipati Poerbo Atdmodjo dirubah menjadi persawahan juga desa-desa.
reboisasi atau penghijauan dilakukan beliau di utara kutoarjo yaitu desa wonosuko, desa semayu, desa dilem. di bidang pendidikan beliau mendirikan sekolah pribumi "Mardi Kenyo", beliau juga membangun gedung societeit "Tanggal Pandriyo Darmo" yang sekarang menjadi SMP N 3 Kutoarjo alias SMPN 16 Purworejo setelah itu diratakan menjadi Shelter Kuliner Kutoarjo.
 
Foto. Gedung Societeit "Tanggal Pandriyo Dharmo" yang menjadi SMP N 3 Kutoarjo alias SMPN 16 Purworejo setelah itu diratakan menjadi Shelter Kuliner Kutoarjo.
 
Pangeran Purbo atdmodjo juga pernah memugar Masjid Besar Jami' Al Izhar di tahun 1887.
Masjid Al Izhar kutoarjo adalah masjid dari tanaah wakaf K.H. Kastubo bin kyai nur Muhammad alang-alang Ombo di tahun ±1790 M.
Ukuran Tanah 75 X 45 M = 3. 375 M²
Ukuran masjid 35 X 19 M = 665 M²
Pernah di pugar di era Bupati Kutoarjo Pangeran Purboatmodjo pada tanggal 9 September 1887 prasasti tahun pemugaran ada di dalam masjid agung Al Izhar kutoarjo.
Kontruksi bangunan berasal pindahan dari kabupaten Ambal, 4 Batang tiang tengah(Soko guru) dari padukuhaan Alang Alang Ombo Giri Gondo pituruh.

Berikut Nama-nama Pengulu Kabupaten Semawung/Kutoarjo semenjak kekalahan Pangeran Diponegoro tahun 1830, dengan pengulu pertama adalah K.H. Kastubo bin kyai Nur Muhammad alang-alang Ombo Giri Gondo pituruh

1. K.H. Kastubo bin kyai Nur Muhammad alang-alang Ombo
2. K.H. Mohammad Soehodo (Syuhadak)
3. K.H. Abu Bakar
4. K.H. Abdullah Siradj
5. K.H. Mohammad Noer
6. K.H. Machfudz
7. K.H. R. Mohammad Zein
8. Kyai Abdul Choliq
9. K.H. R. Damanhuri
10. Kyai Hasyim
11. Kyai Waqrin
12. Drs. Muhadi syuhadak
Tahun 1972 kantor Pengulu atau KUA dipindah dari masjid Agung Jami'Al Izhar kutoarjo ke kompleks Kecamatan kutoarjo

Prasasti pembangunan masjid Al Izhar Kutoarjo pada tanggal 9 September 1887 berhuruf Arab pegon oleh Bupati Kutoarjo Pangeran Adipati Purboatmodjo

Sampai sekarang jasa-jasanya dan eksistensi nya masih dapat dibuktikan dan dirasakan salah satunya adalah eks Kabupaten Kutoarjo menjadi penopang lumbung padi propinsi Jawa tengah bahkan menjadi salah satu lumbung padi nasional yang terdiri dari kecamatan Purwodadi, kecamatan Grabag, kecamatan pituruh, kecamatan Kutoarjo, kecamatan Butuh, kecamatan Kemiri.
 
 
Gambar. Susunan Anggota Perkumpulan Perlindungan Alam Hindia Belanda NEDERLANSCH INDISCHE VREENIGING TOT NATURBESCHERMING (Voor get behoud Van naturmonumenten)NAAMLIJST VAN VERTEGENWOORDIGERS, DONATEURS, LEDEN, EN CORRESPONDENTEN OP 31 JULI 1914

NEDERLANSCH INDISCHE VREENIGING TOT NATURBESCHERMING
(Voor get behoud Van naturmonumenten)

NAAMLIJST VAN VERTEGENWOORDIGERS, DONATEURS, LEDEN, EN CORRESPONDENTEN OP 31 JULI 1914

Perkumpulan perlindungan alam Hindia Belanda (untuk konservasi monumen-monumen alam)
Daftar nama perwakilan, donatur, anggota, dan koresponden sampai 31 Juli 1914
_____

Di dalam daftar nama anggota perkumpulan perlindungan alam Hindia Belanda terdapat nama Bupati Kutoarjo Pangeran Purboatmodjo Regent Van Koethoardjo.

Ada 24 anggota, dan Pangeran Purboatmodjo di nomer urutan ke 7.

Pangeran Purboatmodjo Bupati Kutoarjo satu-satunya orang pribumi/Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan perlindungan alam Hindia Belanda yang di ketuai dan didirikan oleh Dr. S.H. Koordeers.

Inilah Bukti bahwa Bupati Kutoarjo Pangeran Purboatmodjo layak menjadi Tokoh Perlindungan alam pertama di Indonesia.

Keanggotaan organisasi ini melibatkan nama-nama terkenal pada zamannya dan bekerja kepada kepentingan negara terutama di bidang ilmu pengetahuan alam, tumbuhan, dan hewan seperti Dr. K.W. Dammerman (mantan direktur kebun raya Bogor) , Dr. W.M Docteur Van leuuwen ( Mantan Direktur kebun raya Bogor), Dr. F. C. Von Faaber (Peneliti Kebon Raya Bogor), Karel Albert Rudolf Bosscha (pimpinan perkebunan teh malabar), Peter augistis ouwen (manta direktur museum zeologi), serta berbagai anggota lainnya dengan berbagai profesi, satu-satunya orang pribumi/Indonesia hanyalah Bupati Kutoarjo Pangeran Purboatmodjo yang juga Arsitektur bendungan dan pemerhati lingkungan (reboisasi hutan) untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat eks Kabupaten Kutoarjo.Pangeran Purboatmodjo namanya menempati urutan paling atas dibandingkan peneliti dan naturalis lainnya seperti Karel Alfred Rudolf, Dr. W. Docteur Van leuuwen, Dr. F.C. Von Faaber, Peter Augistis ouwen, dan sebagainya.

 
Foto. Kanal atau Selokan dibangun oleh Bupati Kutoarjo Pangeran Purboatdmodjo yang dibantu Belanda pada tahun 1897 untuk menyelamatkan masyarakat Kota Kutoarjo dari banjir akibat meluapnya sungai kali jali. kanal/selokan ini adalah sungai kecil mengalir di sepanjang sisi utara kota kutoarjo dan selatan gunung tugel, Masyarakat Kutoarjo menyebutnya Kali pereng atau saluran saudagaran.

Sebelum saluran saudagaran dibangun, banjir yang disebabkan oleh meluapnya Kali Jali senantiasa menerjang Kota Kutoarjo di era Bupati Raden Toemenggon Pringgoatdmojo Puncaknya terjadi pada 23 Februari 1861 banjir besar setinggi 4,5 meter menggenangi Kota Kutoarjo. Ketika merencanakan proyek perbaikan tersebut, Bupati Kutoarjo Pangeran Purboatdmodjo bersama B.O.W (Burgerlijke Openbare Werken), jawatan pemerintah kolonial Belanda yang bertanggung jawab dalam bidang proyek pembuatan saluran air, berupaya memenuhi semua kepentingan baik dari pihak yang tinggal di hulu maupun di hilir. B.O.W kemudian melakukan proyek penggalian saluran di pinggiran utara Kutoarjo. Di pertemuan saluran ait dengan Sungai Jali, akan dibangun pintu air dengan material yang lebih kuat. Di samping itu, B.O.W juga memisah saluran menjadi dua antara saluran drainase banjir dengan saluran banjir, sehingga di atas saluran banjir, terdapat akuaduk yang berfungsi sebagai saluran irigasi. Proses penggalian saluran dimulai pada akhir tahun 1897 dan bagian pintu air dibangun selama musim kemarau tahun 1898 dan 1899
Kanal/selokan saudagaran atau kali pereng merupakan salah satu aset sejarah kutoarjo yang seharusnya dijaga oleh generasi muda karena fungsi dan manfaatnya untuk menanggulangi banjir yang disebabkan oleh meluapnya sungai kali jali, dataran kota kutoarjo sendiri tergolong dataran rendah.

Pangeran Purboatmodjo Enviromentalis alias Ahli Lingkungan Hidup Pribumi Pertama
 
 
demikian artikel ilmiah sederhana ini yang sudah dilakukan kajian dan validitas semoga bisa dipahami Ditulis oleh : N. Kumolo Adi, Pecinta dan Pemerhati sejarah, heritage, dan budaya Kota Kutoarjo
 
Sumber Referensi :
  1. Arsip/Dokumen Pemerintah Hindia-Belanda Tentang Sejarah kabupaten kutoarjo yang sudah diterjemahkan oleh bapak Anton Adisucipto.
  2.  Bupati kepala daerah dan Ketua DPRD Purworejo 1830 - 2000, pertama kali di paparkan 12 Oktober 2000 di gedung Setda Purworejo.
  3.   Bapedda Tingkat II Purworejo, 1982 sejarah bagelen dari Mataram Kuno hingga kabupaten Purworejo.
  4.   Jhr. P.J. Boreel. 1901. "De Verbetering der Soedagaran Leiding" dalam De Ingeneur No. 35.
  5.  Koran Belanda DE INDISCHE COURANT Tweede blad Dinsdag(Selasa) 16 October 1928.
  6.  Almanak Nederlandsch-indie.
  7. Koran Belanda De Locomotief yang terbit 18 Oktober 1928
  8. Koran Belanda HET VADERLAND Donderdag 12 November 1915 NO. 315 EERSTE AVONDBLAD B(Koran Belanda THE FATHERLAND Kamis, 12 November 1915 NO. 315 LEMBAR MALAM PERTAMA B).
  9.  Koran Belanda De Locomotif terbit di Semarang hari Senin 15 October 1928.
  10.  Surat keputusan pemerintah Hindia Belanda (Government besluit Van Nederlandch Indie) tanggal 19 Oktober 1870 nomor 25 . diangkat menjadi Bupati Kutoarjo.
  11.  Surat keputusan pemerintah Hindia Belanda ( government besluit Van Nederlandch Indie) tanggal 30 Juni 1889 Nomer 3 memperoleh gelar "Adipati"
  12.  Surat keputusan Hindia-Belanda ( Government besluit Van Nederlandch Indie) tanggal 31 Agustus 1898 Nomor 1, berhak memakai Payung Songsong kebesaran berwarna Kuning.
  13.  Surat Keputusan Kerajaan Belanda (Koninklijk besluit) Ratu Wilhelmina tanggal 30 Agustus 1899 Nomor 12, Menerima bintang tanda jasa berupa (Ridder der Oranje Van Nassau orde).
  14.  Surat keputusan pemerintah Hindia Belanda tanggal 22 Februari 1900 nomer 44 mendapatkan kenaikan Gaji dari 1000 Gulden menjadi 1.200 Gulden.
  15.  Surat keputusan Kerajaan Belanda/Koninklijk besluit/ Ratu Wilhelmina, 29 Agustus 1901 Nomer 29/8, diangkat menjadi Opsir/Perwira Kerajaan Belanda dan mendapatkan bintang penghargaan tinggi ( Officier in de orde Van Oranje Nassau).
  16.  Surat keputusan kerajaan Belanda (Koninklijk besluit) ratu Wilhelmina tanggal 27 Agustus 1908 Nomer 30, diangkat menjadi "Satria Singa Kerajaan Belanda "Ridder der Nederlandch leuw".
  17.  Surat keputusan pemerintah Hindia Belanda (Government besluit Van Nederlandch Indie) tanggal 10 Oktober 1910 Nomor 26 dianugerahi gelar "Pangeran" sebagai penghargaan atas dedikasinya kepada masyarakat eks Kabupaten Kutoarjo, serta jasa dan karya nya sebagai Bupati.
  18.  NEDERLANSCH INDISCHE VREENIGING TOT NATURBESCHERMING (Voor get behoud Van naturmonumenten) NAAMLIJST VAN VERTEGENWOORDIGERS, DONATEURS, LEDEN, EN CORRESPONDENTEN OP 31 JULI 1914.
  19.  Peraturan Menteri Nomor 72/PRT/1997 tentang Bendungan dan Bendung.
  20.  Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010 tentang Bendungan.
  21. Foto dari pohon keluarga Pangeranan Banyumas. 
  22. Catatan riwayat singkat Masjid Besar Al Izhar Kutoarjo oleh Takmir Masjid
  23.  Narasumber Ahli Waris.
 

 

.

Kutoarjo

Desa Tursino Kutoarjo di dalam kanccah perang jawa juga tercatat di Babad Kedungkebo Pupuh XXIX Dhandanggula bait syair nomor 23-56 karya Ngabehi Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokrojoyo alias R.A.A. Tjokronegoro I Bupati Pertama Purworejo

  Di Dalam Babad Kedungkebo Pupuh XXIX Dhandanggula bait syair nomor 23-56 karya Ngabehi Reksodiwiryo alias Kyai Adipati Tjokrojoyo alias R....

Kutoarjo